Mohon tunggu...
Sahroha Lumbanraja
Sahroha Lumbanraja Mohon Tunggu... Teknisi - Masih percaya dengan Cinta Sejati, Penggemar Marga T..

When You Have nothing good to say, Then Say nothing!!! Email: Sahrohal.raja@ymail.com IG: @Sahroha

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Happy Father’s Day, Bapa!

12 November 2014   14:19 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:00 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1415751276635552614

[caption id="attachment_374463" align="aligncenter" width="462" caption="The greatest Parents Of All Time (Doc.Pri)"][/caption]

Sosok seorang ayah tentu saja memiliki arti penting bagi kehidupan anaknya. Banyak istilah yang menggambarkan hubungan ayah dan anak juga banyak cara mengekspresikan cinta kasih seorang anak kepada ayah maupun sebaliknya. Salah satunya adalah adanya perayaan khusus sebagai bentuk apresiasi akan peran kehadiran seorang ayah di dunia yang dikenang tiap-tiap negara sebagai Father’s day. Indonesia sendiri merayakannya tepat hari ini, 12 November 2014. Apresiasi akan peran penting ayah dalam melindungi, mengayomi dan mendedikasikan hidupnya untuk keluarga tentu saja bukan hal yang berlebihan. Bagi saya sendiri sosok ayah merupakan seorang pahlawan di keluarga yang harus dikenang sepanjang hayat saya. Walaupun ada pepatah tak ada gading yang tak retak, demikian juga seorang ayah akan tetapi Cinta kasih seorang ayah jelas tak bisa terlupakan.

Seorang sastrawan terbesar sepanjang sejarah, William Shakeaspearepun memiliki satu kutipan inspiratif yang menggambarkan hubungan anak dan ayahnya. Kutipan singkat namun sarat makna inspiratif ini menjadi salah satu Quotes favorit saya dari sekian banyaknya kalimat bijak yang menggambarkan hubungan anak dan ayah.

“When a father gives to his son, both laugh; when a son gives to his father, both cry.” (Ketika seorang ayah memberikan sesuatu kepada puteranya, keduanya Tertawa; sebaliknya keduanya akan menangis). So True!

Mengenang seorang ayah akan mengingatkan saya kepada seorang pria yang sudah tidak muda lagi. Sosok pria pekerja keras yang lahir di zaman penjajahan pada 1942 silam. Pria yang kini sudah memiliki banyak cucu inilah yang selalu begadang menunggui anak-anaknya tertidur duluan sambil tak henti-hentinya berperang melawan nyamuk yang bisa mengganggu tidur anak dan istrinya. Pria yang bekerja keras untuk menghidupi keluarganya ini seakan tak sudi bila nyamuk-nyamuk di malam hari menghisap sedikit saja darah anak-anaknya.

Pria yang seorang perokok berat ini juga selalu paham jika anaknya belajar, beliau akan menyingkirkan rokok dan bahkan melarang tamunya merokok di dalam rumah. Pria hebat ini juga yang tak pernah menyuruh anaknya untuk membeli rokok ke warung seperti yang dilakoni kebanyakan ayah perokok . Seperti yang kita tahu, banyak orang tua yang melarang anaknya merokok tetapi tanpa sadar selalu menyuruh mereka untuk membeli rokok. Miris! Dan Pria ini jugalah yang selalu membanggakan prestasi anak-anaknya secara diam-diam di depan teman-temannya. Walau tak pernah memuji anaknya secara langsung di depan, Beliau ini tak akan pernah canggung menghadapi orang-orang jahat yang menyakiti anak-anaknya. Pria inilah yang saya dan 6 orang saudara lainnya panggil dengan sebutan Bapa (Ayah). Di usianya yang kini menginjak 72 tahun ini, tubuhnya masih fit dan bahkan rambutnya masih hitam. Tinggal di desa dengan gaya hidup sehat yang alami tanpa ke Gymyakni tiap pagi bekerja di kebun membuatnya bugar. Thanks God!

Seiring berjalannya waktu kerja kerasnya memberikan pendidikan yang tinggi kepada anak-anaknya justru membuat beliau ditinggal. Semua akan-anaknya justru mengais rezeki di perantauan dan kini tinggallah beliau berdua bersama Omak (Ibu) di kampung. Ciee..ciee pengantin baru! (begitu kami menggodanya jika pulang kampung). Walau kadang khawatir dengan kesehatan keduanya, tapi sebisa mungkin kami selalu menelepon secara rutindan bergantian menjenguk.

Ayah saya bukan tipikal orang yang suka teori. Beliau tidak pernah mengajaran saya pribadi tentang teori-teori apapun secara spesifik. Semuanya saya peroleh dengan meniru langsung apa yang dilakukannya. Dari pelajaran adat Batak, hingga cara menjadi Suami yang baik saya dapatkan dengan menjadi penonton setianya. Maka tak heran saya sangat mengagumi beliau terutama hal-hal kecil yang dilakukannya. Dimana saya patut berbangga karena tak semua ayah melakukannya. Bapa, Terimakasih telah menjadi ayah yang baik buat kami!



Di hari ayah ini tak ada salahnya kita merenung sedikit tentang apa yang telah dilakukan ayah kepada kita dan apa yang telah kita lakukan buat beliau. Benar, kasih kepada ayah bukan hanya 12 november saja tapi harus setiap hari. Namun di hari yang spesial ini tak berlebihan jika mengungkapkan kalimat I love You Ayah! (Tentu saja saya akan mengatakannya dalam bahasa batak, Bapa saya pasti tak tahu soalnya, hehehe..)

Selamat hari ayah buat semua ayah di dunia ini terutama Kompasianer. Semoga menjadi ayah yang dikagumi putranya dan selalu menjadi pengayom yang baik bagi keluarganya. Dimanapun kini Ayah berada, kami titip salam dan titp doa agar senantiasa dalam Lindungan sayap-Nya. Amin!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun