Mohon tunggu...
Sahroha Lumbanraja
Sahroha Lumbanraja Mohon Tunggu... Teknisi - Masih percaya dengan Cinta Sejati, Penggemar Marga T..

When You Have nothing good to say, Then Say nothing!!! Email: Sahrohal.raja@ymail.com IG: @Sahroha

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Debat Vokalis Jokowi dan Prabowo di Mata Najwa, Siapa Pemenangnya?

29 Mei 2014   19:35 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:59 2221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
images/turuntangan.org

[caption id="" align="aligncenter" width="639" caption="images/turuntangan.org"][/caption]

Sebagai salah satu program Talkshow besar di Indonesia, Mata Najwa memang menjadi  meja diskusi serius yang menjadi tempat yang dipercaya sejumlah tokoh penting dalam menyampaikan pola pikirnya kepada masyarakat. Kepiawaian Najwa Shihab dalam mewawancarai setiap narasumbenya juga kian mendukung kualitas acara yang lebih real dan apa adanya. Najwa ahli meramu pertanyaan yang tengah banyak diperbincangkan masyarakat secara tajam dan tegas. Dengan kata lain, Najwa menjadi penyambung lidah masyarakat terhadap politisi-politisi yang kebanyakan menggunakan topeng.  Maka tak salah jika menjadikan talkshow ini sebagai salah satu referensi dalam mengenali tokoh-tokoh penting bangsa ini. Narasumber yang mayoritas dari kalangan politisipun menjadi daya tarik tersendiri di tengah panasnya persaingan di tahun politik. Menjelang pemilihan Presiden pada 9 Juli 2014 mendatang, topik yang menjadi hangat diperbicangkan adalah kedua sosok Calon Presiden yang akan bertarung merebut kursi istana. Mata Najwa juga peka terhadap issue ini hingga episode Rabu malam (28/8) Talkshow ini mengangkat bahasan topic berjudul “Jokowi atau Prabowo?”

Pada episode malam tadi, Prabowo dan Jokowi tidak dihadirkan.  Mata Najwa sepertinya ingin menganalisa pandangan pendukung atau loyalis keduanya. Tiga tokoh dari masing-masing Caprespun diduelkan di meja Najwa. Mahfud MD, Fadli Zon dan Ahmad Yani (politisi PPP) menjadi wakil Prabowo sementara itu Anies Baswedan, Maruarar Sirait dan Aldian Napitupulu bersiap membela Jokowi.

Segmen Pertama, Najwa menampilkan Duel antara Mahfud MD dari kubu Prabowo-Hatta Rajasa dengan Anies Baswedan dari kubu Jokowi-JK. Seperti yang kita ketahui, Anies Baswedan salah satu peserta konvensi Capres Demokrat resmi menyatakan dukungan kepada Jokowi-JK. Sikap SBY sebagai penentu suara Partai Demokrat yang memilih untuk netral memberikan keleluasaan kepada kadernya untuk menentukan suara sendiri dalam Pilpres tahun ini. Anies memilih untuk mendukung Jokowi-JK. Tak jauh berbeda dengan Mahfud MD, Anies juga cukup ‘punya nama’ di kancah politik nasional. Walaupun berasal dari akademisi, rasanya banyak yang memfavoritkan beliau untuk mengisi jabatan penting di Republik ini untuk perubahan yang lebih baik. Tak heran, SLANK mengajukan namanya menjadi bahan pertimbangan bagi Jokowi untuk mengisi Kabinet jika terpilih.

Tenang, cerdas, bijaksana dan ramah itulah kesan yang tampak dari Anies Baswedan selama beberapa menit mengamatinya di Meja Najwa. Sangat berbeda dengan Mahfud MD yang terlihat emosional dan menggebu-gebu. Sepanjang wawancara, tak sekalipun Anies ‘ngotot’ atau menunjukkan sikap ingin ‘mencuri’ salah satu kekuasaan di negeri ini. Kelihaiannya menjawab pertanyaan-pertanyaan tajam Najwa menunjukkan betapa Anies tulus memberikan dukungan kepada Jokowi-JK. Tak perlu waktu lama baginya untuk menentukan suara kepada Jokowi-JK berbeda dengan pengakuan Mahfud yang membutuhkan waktu 3 hari 3 malam. Jawabannya menanggapi politik transaksional juga sangat logis. Kira-kira kutipannya demikian:

“Kalau motivasinya ingin memperoleh jabatan, akan lebih baik saya memilih sikap netral. Saya baik-baikin saja kedua Capres, nanti saya bisa dipanggil juga…”

Sementara itu, Mahfud MD malah kewalahan menanggapi pertanyaan yang sama, terlebih ketika Najwa menyinggung posisi jabatan di atas menteri yang akan diperoleh Mahfud jika Prabowo menang. Terpojok, Mahfud terbata-bata menjawabnya.

Segmen kedua menghadirkan Fadli Zon kontra Maruarar Sirait. Tadinya saya pikir, Fadli Zon akan membungkam Maruarar dan menguasai jalannya diskusi sebagaimana kebiasaanya yang suka berkomentar ke media. Tetapi di Mata Najwa, Zon tak tampak tajinya. Maruarar justru mengangkat isu bagi-bagi jabatan yang menaikkan daya tawar Gerindra kepada petinggi Parpol lain. Kehabisan ide, Zon malah menyangkal pernyataan Ketua DPP PDI-P itu. Ia menyebut tidak ada bagi-bagi kursi oleh Prabowo, tetapi bagi-bagi tugas. Kontan Maruarar dan penonton di studio mentertawakannya.

Segmen terakhir menghadirkan politisi Parpol lain yang mengusung kedua Capres. Kali ini menghadirkan Ahmad Yani dari kubu Prabowo dan Aldian Napitupulu dari kubu Jokowi. Diskusi segmen akhir ini mengalir dengan banyaknya sindiran-sindiran dari kedua pendukung. Walau bernada tawa, kalimat-kalimat yang dilontarkan keduanya selalu berusaha menjatuhkan kubu lawan. Bahkan hingga pertanyaan penutup yang diberikan oleh Najwa Shihab kepada keduanyapun tetap saja berusaha untuk menyindir.

Najwa : Apa Hal Positif yang dimiliki Lawan anda?

Ahmad Yani sepertinya susah untuk meilih jawaban yang tepat. Selama beberapa menit, Ia tak focus menjawab pertanyaan. Bahkan sampai najwa mempertegas pertanyaanya barulah Ahmad Yani menjawab demikian:

Blusukannya, Tapi… apa mungkin Jokowi Blusukan ke seluruh Indonesia?

Sebutnya dengan nada mengejek.

Mendapat kesempatan menjawab, tak perlu berfikir lama. Napitupulu yang berada di kubu Jokowi menjawab hal positif yang dimiliki Prabowo:

Kudanya….

Selain itu, Beliau memberikan harapan kepada ibu-ibu… karena sebenarnya yang dibutuhkan adalah Istri.

Jawaban itu sekaligus mengundang tawa penonton di studio dan mengakhiri Episode mata Najwa kali ini. Siapa pemenangnya?

Walaupun diskusi tersebut berlangsung singkat, tetapi sedikit banyak memberikan penilaian tersendiri terhadap politisi-politisi yang dihadirkan. Pesannya: Kita boleh saja mengidolakan seorang tokoh untuk menjadi pemimpin, tapi bukan berarti hati kita tertutup untuk mendengarkan konsep positif dari tokoh lain. Kefanatikan hanya akan berujung kehancuran dan peperangan. Mari menjadi supporter yang sportif. No Black Campaign apalagi sampai menyebarkan tabloid menyudutkan Capres lain ke masjid-masjid. Pilpres bukan melulu masalah agama, Ia lebih luas dan agama hanya salah satu cakupannya. Jangan sampai hanya karena Perbedaan pendapat, kita porak-poranda. Pilpres bukan hanya sekedar kemenangan Prabowo atau Jokowi, tapi seharusnya menjadi kemenangan Indonesia! NO Fanatisme!

Lihat Cuplikannya di sini:

http://www.youtube.com/watch?v=q7BUUey6sgo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun