[caption id="" align="aligncenter" width="620" caption="Polisi Amankan Kerusuhan (Antara)"][/caption]
Sepak Bola memang menjadi olahraga paling popular di Indonesia. Tak heran banyaknya peminat cabang olahraga ini memicu menjamurnya berbagai pertandingan dalam negeri yang selalu ditayangkan oleh televisi-televisi nasional. Tak jauh berbeda dengan sinetron yang selalu ada di televisi, Pertandingan sepakbola juga hampir tiap hari tayang, baik tingkat nasional maupun laga Internasional. Dalam setiap pertandingan juga selalu dilengkapi dengan banyaknya supporter masing-masing tim yang berlaga. Supporter dalam suatu pertandingan memang menjadi salah satu elemen penting untuk membangun energy tim yang sedang bertanding, sesuai namanya. Supporter sudah seharusnya menjadi penikmat sekaligus pendukung kelancaran suatu pertandingan dan sebagaimana pertandingan biasa. Setiap supporter haruslah menyadari bahwa Kalah dalam Menang dalam suatu pertandingan adalah hal biasa. Jadi jika tim yang dibela kalah, harusnya tetap tenang dan memberikan ucapan selamat bagi tim pemenang demi terciptanya sikap sportif. Sayangnya, hal seperti ini seringkali luput dari perhatian supporter sepak bola. Tak jarang terjadi keibutan dan kerusuhan antar supporter tim sepak bola di negara ini dan tak sedikit yang memakan korban karena tindakan anarkis yang ditunjukkan oleh fans-fans fanatik dari tim sepak bola.
Demikian juga halnya yang terjadi di Sulawesi Tengah tepatnya di di Kabupaten Buol, Sabtu (19/4) malam . Berawal dari pertandingan sepakbola Divisi II Liga Indonesia antara Persatuan Sepak Bola Buol (Persbul) dan Persatuan Sepak Bola Bayuwangi (Persiwangi) di kandang Persbul di Buol tadi sore yang berakhir dengan kemenangan Persiwangi dengan skor 2-1. Supporter Persbul sebagai tuan rumah yang meramaikan pertandingan tersebut kecewa dan tidak terima dengan dengan hasil pertandingan. Timnya Kalah di rumah sendiri, membuat supporter ini kalap dan akhirnya berujung pada kerusuhan. Polisipun kemudian turun tangan untuk membubarkan kerusuhan. Dalam usaha pembubaran massa tersebut, disinyalir ada anggota supporter yang terjatuh hingga menimbulkan kemarahan supporter. Kemudian ratusan supporter Persbul ini malah menyerang aparat hingga ke Markas Polsek Biau. Bentrokan massa Persbul dengan Polisi mengakibatkan suasana mencekam dan korban luka-luka. Selain terjadi aksi lempar batu, massa juga membakar satu kendaraan polisi. Kapolres Buol AKBP Ferdinan Pasule yang turun untuk ikut menenangkan keadaan juga menjadi korban amarah massa “Saya menenangkan warga malah saya yang jadi korban lemparan batu. Saya kena di kepala dan di pundak” (Liputan6.com). hingga pukul 22.30 Wita, kerusuhan belum juga pulih, sumber.
Peristiwa kerusuhan supporter bola memang sudah seringkali terjadi. Suatu pertandingan olahraga yang harusnya menjadi tontonan atau hiburan malah menjadi pemicu keributan karena arogansi dan fanatiknya supporter bola. Hal ini sebenarnya cukup memalukan, pertandingan yang harusnya sportif dan bertujuan meningkatkan kemampuan tim sepakbola justru berubah menjadi sumber kekacauan. Fanatisme supporter dalam membela timnya membutakan mata mereka hingga tak terima saat tim yang dibela berada di bawah. Sehingga saat bertanding di kandangnya, supporter ini memanfaatkannya dengan semena-mena karena merasa lebih kuat. Inilah potret supporter bola Indonesia. Tak heran prestasi Indonesia di cabang olahraga ini melempem dan bahkan tak ada prestasi istimewa di kancah Internasional. Jika sudah terjadi kericuhan seperti ini, lagi-lagi warga yang tak bersalah dan tak tahu-menahu menjadi korban keanarkisan mereka. Selain itu, Polisi memiliki harus berusaha keras mendamaikannya yang sebenarnya tak seharusnya terjadi. aat ini di TKP masih sangat mencekam. Suara tembakan dan lemparan batu yang tidak ada hentinya masih terjadi seperti Polres Buol yang terpaksa menurunkan 100 personel dibantu 50 personel BKO Brimob Polda untuk menormalkan keadaan. Padahal masih banyak agenda yang lebih penting untuk dikerjakan daripada menghadapi supporter bola yang tak terima kekalahan timnya. Jika dalam setiap pertandingan sepak bola, Polisi harus berjaga dan siaga untuk terjadinya kerusuhan, ada berapa banyak aparat yang diperlukan negara ini? Masa tugas mereka hanya akan mengamankan pertandingan sepakbola dari kerusuhan? Mending ditiadakan saja perandingannya, jika suporternya tak bisa menerima kekalahan. Kasihan warga yang tak bersalah.
#Suara Warga
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H