Menikah, Ke Mana Uang Suami?
Pernikahan sudah tentu menjadi satu langkah maju dalam sebuah hubungan. Ketika dua manusia memutuskan untuk menikah, maka keduanya siap untuk terikat dan berkomitmen untuk selalu bersama dan menyatukan visi dan misi masa depan. Pernikahan sebagai deklarasi cinta ini diharapkan mampu bertahan dan abadi hingga akhir hidup.
Menyamakan visi dan tujuan hidup dua belah pihak sudah tentu bukan hal yang mudah. Tak perduli seberapa lama keduanya saling mengenal, seberapa banyak waktu yang dihabiskan bersama, proses menyatukan persepsi ini adalah proses belajar seumur hidup.Â
Tak heran, banyak pernikahan yang berakhir begitu saja bahkan setelah melewati usia pernikahan tahunan hingga puluhan tahun.
Ada banyak hal yang menjadi persoalan yang akan menjadi akar perdebatan karena tidak samanya pandangan. Bisa masalah pendidikan anak, hubungan keluarga kedua belah pihak, hobby dan kebiasaan salah satu yang mengganggu kualitas hubungan, waktu dan lain sebagainya. Faktor faktor ini rentan menjadi alasan perpecahan sebuah pernikahan.
Dari sekian faktor tersebut di atas, Ekonomi atau Keuangan bisa jadi salah satu alasan terbanyak gagalnya pernikahan. Bagaimana pengaturan keuangan keluarga. Dan aturan apa yang perlu disepakati dalam manajemen keuangan keluarga.Â
Bagaimana suami sebagai kepala keluarga mampu untuk memenuhi kebutuhan keluarga hingga siapa yang menjadi  tokoh sentris dalam menentukan apa yang akan dibelanjakan dan bagaimana mengoptimalkannya.
Maka sebelum memulai untuk berkomitmen dalam ikatan pernikahan, ada baiknya hal-hal seperti ini dibicarakan terlebih dahulu untuk meminimalisasi kegagalan pernikahan. Karena sudah pasti tidak ada yang menginginkan perceraian, terlebih hubungan yang dilandasi cinta.
"Sekarang nikmati saja dulu bro, bebas kemana saja, membeli apa saja, karena setelah punya istri nanti sudah tidak bisa" kata teman saya suatu kali. "Ketika sudah menikah, kita hanya karyawan sukarela yang tidak pernah ada gaji tersisa di dompet" kata yang lain. Kalimat-kalimat ini hanya beberapa dari banyaknya faktor yang membuat stigma buruk pernikahan terutama bagi kaum pria.
Apa benar seburuk itu? Lalu, apa salahnya jika memang istri yang menyimpan semua uang suami. Apakah mendadak suami akan 'dimiskinkan' dan tak mampu membeli apapun lagi? Dan bagaimana pula jika suami tetap yang mengatur keuangan rumah tangga? Apakah salah?