[caption id="attachment_325869" align="aligncenter" width="300" caption="Logo Tv nasional"][/caption]
Televisi sebagai salah satu media penyebar informasi dalam bentuk audio, visual, teks, hingga video merupakan media paling lengkap dan paling cepat menyebarkan informasi atau berita. Indonesia sendiri memiliki banyak stasiun televisi yang bertebaran di Nusantara. Sesuai batas transmisi masing-masing daerah, maka beberapa stasiun televisi membatasi siarannya hanya pada daerah tertentu saja. Ini yang sering disebut televisi lokal. Contohnya: Deli TV di Medan, Alam Tv di Denpasar, Banten Tv di Banten, Jaya Tv di Manokwari hingga TVRI daerah-daerah. Televisi ini memang sengaja dikhususkan untuk mengabarkan berita/informasi seputar lokasi berdirinya studio. Stasiun televisi dengan jangkauan yang lebih luas, bahkan mencakup akses seluruh Indonesia kemudian disebut stasiun televisi nasional. Seperti TVRI Pusat, RCTI, METRO TV, TVONE, INDOSIAR, SCTV,TRANSTV, ANTV, TRANS7 dan lain sebagainya. Sebagai televisi nasional, stasiun-stasiun TV ini berkantor pusat di Ibu Kota, Jakarta. tentu saja ini demi alasan kelancaran bisnis dan kecepatan akses.
Permasalahannya adalah sudahkah tayangan dari televisi-televisi yang mengaku nasional di atas telah nasional. Artinya beritanya telah mencakup seluruh peristiwa yang terjadi di nusantara? Jawaban untuk pertanyaan ini mungkin akan berbeda-beda bergantung pihak yang ditanyakan. Tetapi kenyataannya beginilah sekarang yang terjadi. Setiap pagi hari, siang hingga malam kita akan sulit menemukan tayangan yang mengangkat peristiwa daerah. Kecuali telah menjadi perbincangan nasional, barulah stasiun televisi berlomba memberitakannya. Ketertarikan stasiun televisi menayangkan acara-acara hiburan yang berkonsep sama kian mengaburkan fungsi televisi sebagai sumber informasi.
Jakarta sebagai tempat berdirinya studio-studio stasiun TV inilah yang mereka maksudkan dengan nasional. Maka setiap acara news di televisi akan memberitakan Jakarta melulu. Mulai dari berita gubernur, lurah, walikota hingga berita korupsi pejabat. Jadilah semua tokoh Jakarta popular hingga ke daerah, sekarang sangat mudah menyebut pejabat pemimpin DKI Jakarta. Semua orang kenal Jokowi dan Ahok. Bahkan mungkin lebih tahu Jokowi daripada pejabat daerah sendiri saking tak pernah tampil atau disorot di televisi. Seakan-akan Indonesia itu hanyalah seputaran Jakarta saja. Bahkan berita yang disuguhkan kadang-kadang telah diputar beberapa kali (rerun). Jakarta memang ibu kota negara, tetapi perlu mengadakan keseimbangan berita antardaerah untuk ditayangkan sehingga tercapai visi nasional.
Televisi nasional seharusnya memberikan informasi tentang Indonesia secara menyeluruh dan berimbang. Sehingga masing-masing penonton saling mengenal dan paham budaya hingga pelosok negeri. Begitu banyak berita daerah yang tidak tersorot oleh media TV nasional akibat terlalu fokus menayangkan Jakarta. Di sinilah salah satu kelemahan TV nasional saat ini, entah karena para pencari beritanya malas untuk berburu berita ke pelosok atau memang pihak produksinya yang tidak tertarik menayangkannya. Atau apa sudah lupa akan namanya sebagai TV nasional? Jika tidak ada berita yang seimbang antardaerah, ada baiknya semua stasiun televisi tersebut berganti nama menjadi TV Jakarta.
sumber gambar:
http://1.bp.blogspot.com/-KqAhV4Ubeq8/UM6ld9fLv5I/AAAAAAAAAH0/nv4BtT7uMZY/s640/tv+lokal.jpg
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H