[caption id="" align="aligncenter" width="560" caption="Foto/Soompi.com"][/caption]
Sinetron atau serial televisi barangkali sudah menjadi acara televisi Indonesia yang paling eksis sejak dulu. Kisah-kisah kehidupan yang dibumbui drama dan ditayangkan secara bertahap menjadi cirri khas Sinetron Indonesia. Tak jarang penggambaran tokoh yang hiperbolis dan terlalu berlebihan menjadi senjata ampuh kesuksesan sinetron. Tetapi justru ini yang membuat pemirsanya semakin penasaran dan terbawa dalam haru biru cerita. Akibat terlalu larut dalam fiksi yang ditayangkan Sebuah sinetron, pikiran pemirsapun turut serat berubah dalam menilai artis/aktor yang berperan dalam sinetron yang diikutinya. Tokoh Protagonis yang memerankan peran baik-baik menjadi idola, sementara itu tokoh antagonis yang memerankan tokoh jahat menjadi Public enemy untuk penikmat sinetron. Perspektif masyarakat pecinta sinetron tak terbatas pada hiburan semata antara penonton dan layar kaca. Kenyataannya, public figure yang berperan antagonis dalam sinetron juga dibenci dan bahkan mendapat caci-maki dari pemirsa sinetron. Beberapa sinetro yang paling popular di Indonesia adalah Tersanjung, Pernikahan Dini, Cinta Fitri, Para Pencari Tuhan dan yang paling baru Emak Ijah pengen ke Mekkah serta Tukang Bubur Naik Haji.
Jika menghitung jumlah sinetron yang pernah tayang di televisi Indonesia mungkin akan cukup sulit. Mengingat sejak dulu, program ini paling diminati masyarakat. Ribuan judul sinetron dengan ragam genre pernah tayang di televisi nasional. Berbagai kisah diangkat dalam ke layar kaca. Mulai dari sinetron Kolosal (Jaka Tingkir, Tutur Tinular, dsb), Drama Remaja hingga sinetron adaptasi kerap kali menjadi topik yang dikemas dalam sebuah sinetron. Produksi sinetron yang sangat intens setiap tahun tak jarang juga menciptakan ide cerita yang hampir sama dengan sinetron lain. Tak heran, banyak pemirsa televisi yang tidak mengemari Sinetron. Cerita yang sudah dapat ditebak ditambah harus membuang waktu dengan menunggu episode demi episode menjadi alasan untuk tidak mengikuti Sinetron. Sinetron Remaja contohnya bisa ditebak alur cerita pasti menggambarkan sekolah mewah yang diisi siswa-siswa hedonis yang berperan sebagai antagonis, tokoh protagonisnya adalah murid yang miskin yang ternyata posisinya tertukar sejak lahir dengan tokoh antagonis. Anehnya lagi, walau mengambil setting di sekolah, adegan belajar-mengajar sangat minim. Sinetron kolosal yang berkisah sejarah Indonesia, ceritanya malah melenceng dan mengada-ada (Tutur Tinular). Dan ini terjadi di hampir semua sinetron yang ditayangkan. Sengaja atau tidak, ide cerita yang sama dengan pemeran berbeda sudah menjadi kewajaran di sinetron Indonesia. Toh, tidak pernah ada persoalan tentang plagiarism sesama rumah produksi sinetron. Lalu bagaimana jika plagiat dilakukan terhadap serial tv negara lain?
RCTI sebagai salah satu televisi nasional yang paling produktif menayangkan sinetron mengalami hal ini.
Penayangan sinetron perdananya pada 28 April 2014 lalu berjudul Kau yang Berasal dari Bintang mendapat tuduhan plagiat dari SBS, stasiun televisi Korea. Pasalnya sinetron Kau yang Berasal dari Bintang (KYBDR) tersebut dinilai meniru 100 % drama Korea berjudul Man from the Stars tanpa izin dari SBS. Sinetron KYBDR ini dibintangi oleh Nikita Willy dan Morgan, eks Smash. Tak berbeda dengan versi koreanya, Sinetron ini bercerita tentang alien yang turun ke bumi dan jatuh cinta dengan seorang artis top yang tak sengaja dijumpainya. Versi Koreanya sendiri telah ditayangkan akhir tahun 2013 lalu dan menjadi program popular di televisi Korea, bahkan kedua pemeran utamanya Kim Soo Hyun dan Jun Ji Hyun menjadi selebritis popular di negeri ginseng berkat aktingnya di drama tersebut.
Sementara itu KYBDR telah sempat ditayangkan sebanyak tiga episode (28/4-30/4) di RCTI. Namun penikmat sinetron dan drama korea yang menyadari kemiripan tersebut segera melakukan protes kepada RCTI dan menjadi awal mencuatnya kasus plagiat ini. Bahkan, pihak SBS mengakui tindakan plagiat ini dan akan menindaklanjuti kasus ini. Seperti dikutip dari artikel di soompi.com Indonesian Drama Accused Of Plagiarizing ‘Man From The Stars’ SBS to take action , Pihak SBS menyatakan kasus tersebut adalah Plagiat dan Indonesia tanpa izin menayangkan ide cerita yang sama:
“The drama has not been made after acquiring the legal publishing rights. It can be considered to be a plagiarized version.”
Aksi jiplak yang dilakukan oleh RCTI ini bukti nyata dari dangkalnya kreativitas produksi televisi Indonesia. Selain itu kebiasaan ingin mencetak sukses instan seperti yang diraih acara yang dijiplak makin membuat mereka malas untuk memikirkan ide-ide baru. Tak hanya dunia sinetron, lihat saja sekarang hampir semua acara televisi seragam menayangkan dangdut dadakan karena kesuksesan salah satu program demikian. Sebenarnya, RCTI melalui production housenya seringkali mengadaptasi cerita-cerita luar untuk tema sinetronnya. Namun kali ini, dengan berat hati RCTI harus mengakhiri sinetron tersingkatnya ini karena ‘ketahuan nyolong’ . dan pecinta sinetron Nikita willy pun harus menahan diri, karena secara resmi sinetron tersebut berakhir dengan tiga episode. Baca di tempo.co Sinetron Kau Yang Berasal dari Bintang dihentikan RCTI.
Kasus plagiarism memang marak terjadi di Indonesia belakangan ini. Puncaknya penjiplakan artikel yang dituding dilakukan Anggito Abimanyu beberapa waktu lalu yang berjudul "Gagasan Asuransi Bencana" yang diterbitkanKompas, Senin, 10 Februari lalu dan diduga menjiplak artikel Hotbonar Sinaga yang diterbitkan di media yang sama. Sejak itu kasus plagiat mendapat perhatian di Indonesia.
Tindakan plagiat dalam bentuk apapun adalah tindakan memalukan dan mencerminkan budaya malas dan melemahnya kreatifitas bangsa. RCTI membuktikannya dengan menayangkan drama Korea dengan judul dan pemeran berbeda. Bayangkan saja, untuk sinetron yang peminatnya orang Indonesia kita sudah disuguhi materi jiplakan yang menjual karya negara lain. dan itu tanpa izin ditayangkan ke seluruh Indonesia. RCTI seharusnya malu karena secara tidak langsung telah mengajarkan tindakan tidak baik. Sudah hampir semua teknologi yang ditiru oleh Indonesia dari negara lain, apa hal sekecil ‘drama’pun harus dicontek? Miris bangsa ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H