[caption id="" align="aligncenter" width="465" caption="Awal Mimpi Buruk YKS (image/republica.co.id)"][/caption]
Keputusan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) untuk menghentikan tayangan program unggulan Trans Tv yakni ‘YKS’ mungkin menjadi berita paling buruk untuk tim Produksi acara fenomenal ini. Siapa sangka, acara yang dimulai pada saat bulan Ramdhan tahun lalu ini harus berakhir juga menjelang bulan suci Islam. Setahun bergulir, debut program acara keroyokan ini mendulang sukses luar biasa dan mampu meraup sponsor atau iklan besar yang secara eksklusif menjual produknya di tengah acara berlangsung, hal ini tampak dari aneka kuis sponsor yang sudah menjadi bagian dari acara ini. YKS (Yuk Kita Sahur) yang awalnya mengisi jam sahur di tahun 2013 seketika menjadi program stripping seusai Idul Fitri dan berganti nama menjadi Yuk Keep Smile. Kepopuleran acara ini juga berdampak pada acara televisi lain yang mengadaptasi dangdut dalam acaranya, layaknya yang dilakoni pengisi acara YKS. Menjadi trend setter untuk berbagai acara televisi nasional, cukup menjadi bukti kuat bahwa YKS memang menjadi program paling fenomenal sepanjang tahun.
Mendapat perhatian besar dari masyarakat tentu saja tidak disia-siakan oleh Trans Tv. Untuk alasan komersil dan meraup profit sebesar-besarnya, Trans TV pun menambah jam tayang acara ini. Sempat 4-5 jam sehari di slot prime time, tetap saja banyak pemirsa setianya. Kekuatan karakter Caisar menjadi awal pembuka kesuksesan acara ini dengan Goyang Caisar. Kemudian karakter vokal Soimah yang kuat dan mampu menggubah berbagai lagu dangdut lama menjadi terdengar baru. Selain itu bumbu-bumbu lawakan Olga Syahputra, Raffi Ahmad, Deny dan Wendy ‘Cagur’ menjadi pelengkap acara ini. Berbagai hujaman dan kritikpun telah banyak ditujukan kepada acara ini. Selera humor pengisi acaranya yang kadang melontarkan lawakan-lawakan sarkastik dan berisi caci-maki menjadi alasan kritik masyarakat yang berakhir dengan teguran KPI. Namun banyaknya protes dan kritikan bahkan teguran dari KPI tak serta merta menghentikan YKS. Mereka tetap berkibar di tengah banyaknya protes. Maklum saja, pemirsa setia YKS juga sudah terlanjur banyak dan tetap menginginkan eksistensi acara ini.
Terlepas dari sengaja atau tidaknya pengisi acara ini melontarkan kalimat-kalimat tidak pantas yang dianggap sebagai lawakan, sebenarnya ini  bukan hal yang aneh. Bayangkan saja, tayang setiap hari selama 4 hingga 5 jam, apa pengisi acaranya tidak kehabisan ide? Panjangnya durasi ini jugalah yang mungkin membuat kreativitas tim produksi YKS kebingungan dan bahkan kehabisan ide. Akhirnya slot yang panjang pun diisi oleh berbagai kuis dan hipnotis. Berbagai mentalis juga sudah pernah dihadirkan di acara ini. Suksesnya Uya Kuya menertawakan aib bintang tamunya Dalam program yang dibawakan mungkin memunculkan ide untuk mengisi durasi panjang YKS. Maka kehidupan pribadi Raffi Ahmad, Ayu Dewi hingga Olga Syahputra menjadi bulan-bulanan yang dijadikan bahan tertawaan setelah dihipnotis oleh Hipnoterapis, Ferdian. Hipnotis pun menjadi trend lawakan baru bagi pertelevisian Nasional. Setelah MNC TV, Indosiar dan RCTI, YKS mewakili Trans TV untuk menyebarkan ‘teknik lawakan’ baru ini.
Trend ini pulalah yang menjadi ‘mimpi buruk’ bagi Tim Produksi YKS.  Selama ini, Sukses membuat penontonnya tertawa dengan aneka sugesti yang diberikan kepada pengisi acara terhipnotis sehingga berlaku konyol dan tak jarang mengeluarkan kata-kata tak senonoh. Akhirnya, YKS harus mengubur dalam-dalam harapannya untuk melanjutkan acara di bulan ramadhan tahun ini setelah melakukan hipnotis kepada Caisar yang memang menjadi ikon acara ini. Pasalnya, dalam tayangan itu Ferdian dan Caisar menghina seniman betawi Benyamin Sueb. Lagi-lagi acara yang disiarkan langsung ini tak kuasa melakukan sensor guna meredam kemarahan masyarakat betawi yang merasa terhina. Selama ini YKS memang tanpa batas melakukan hinaan-hinaan terhadap selebritas lain dan dianggap biasa. Kali ini YKS terpaksa tutup buku dikarenakan tayangan yang tak sampai 5 menit itu.
Seperti kata pepatah, Sepandai-pandainya Tupai melompat Pasti akan jatuh juga. Demikian juga dengan YKS, setelah beberapa kali sukses mempertahankan eksistensinya di tengah banyaknya kritik. Akhirnya menemui jalan buntu juga dan harus berhenti tayang secara tidak hormat. Uniknya tayangan ini dimulai di bulan puasa, dan berakhir juga saat menjelang ramadhan. Kesuksesannya diawali oleh Caisar yang ikonik, malah diakhiri pula oleh Caisar.
Peristiwa yang dialami oleh YKS tentu saja harus menjadi pelajaran penting bagi acara berformat serupa, layaknya Pesbukers di ANTV dan Suka Suka Uya di MNC TV. Tak jauh berbeda dengan YKS, Pesbukers juga tak lebih baik dari YKS. Maklum saja, pengisi acaranya yang 90 % sama maka kualitas acara dan materi lawakan juga serupa. Sebagai program yang juga telah mengoleksi surat teguran dari KPI, Pesbukers harus segera berbenah untuk lebih layak lagi sebelum mendapat insiden tak terduga. Jika tidak, Pesbuker bisa jadi akan mengalami nasib sama dengan YKS.
Selain Pesbuker, Uya Kuya yang menjadi pioneer acara-acara ‘berbagi aib menjadi lawakan lewat hipnotis’ juga harus menjadikan ini suatu peringatan untuk lebih berhati-hati lagi dalam menyampaikan materi siaran. Acara ini memang masih tapping, jadi masih banyak ruang untk melakukan sensor atau menyaring apa yang ditayangkan dan mana yang tidak layak. Ini suatu tindakan preventif yang baik demi menjaga kualitas siaran. Namun demikian, tetap saja acara-acara seperti ini tak layak tayang dan seharusnya kehidupan orang lain tidak dijadikan bahan tertawaan dan diseebarluaskan ke seantero negeri.
Dalam tayangan YKS malam terakhir (26/6), acara ini berlangsung kaku dan tiba-tiba menjadi islami layaknya acara ramadhan. Dengan permintaaan maaf secara langsung dari pengisi acara menunjukkan bahwa YKS telah mengakui kesalahannya secara jantan. Hanya saja, insiden yang dilakukan tersebut telah terlanjur melukai hati masyarakat betawi dan memang sudah terlalu banyak ketidak pantasan dan ketidaklayakan materi yang dipertontonkan disiaran ini. Peribahasa Sepandai-pandai membungkus yang busuk berbau juga mungkin lebih cocok daripada peribahasa Tak ada gading yang tak retak, seperti komentar Ferdian. Karena ini bukan pelanggaran pertama yang dilakukan di acara ini.
Akhirnya, semoga saja dengan berakhirnya YKS membawa pengaruh baik bagi pertelevisian nasional kita yang tengah sekarat akan kualitas. Dengan keputusan tegas dari KPI akan kelayakan tayangan, maka Televisipun semakin peduli akan kualitas dan edukasi dari materi yang disiarkan. Dengan demikian, Televisi akan bisa kembali lagi kepada fungsinya sebagai media informative, edukatif dan sajian Hiburan berkualitas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H