Mohon tunggu...
Sahroha Lumbanraja
Sahroha Lumbanraja Mohon Tunggu... Teknisi - Masih percaya dengan Cinta Sejati, Penggemar Marga T..

When You Have nothing good to say, Then Say nothing!!! Email: Sahrohal.raja@ymail.com IG: @Sahroha

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jokowi Presiden, Ahok Gubernur. Selamat Indonesia!

23 Juli 2014   06:13 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:31 1427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_349204" align="aligncenter" width="300" caption="Jokowi-JK ditetapkan sebagai Pemenang Pilpres (doc.pri)"][/caption]

Komisi Pemilihan Umum (KPU) akhirnya telah menjawab rasa penasaran sejumlah masyarakat Indonesia tentang hasil Pemilihan Presiden 9 Juli lalu. Bagi sebagian masyarakat tentunya penetapan Joko Widodo sebagai pemenang Pilpres hanya formalitas, karena sudah tahu gambarannya dari beberapa Quick Count lembaga survey Kredibel dan dengan mengamati hasil Scan C1 dari situs kpu.go.id. Namun tak bisa dipungkiri, masih ada juga masyarakat yang termakan oleh tipu-tipu Quick Count abal-abal yang menyesatkan dan menutup mata serta telinga atas keunggulan Capres lawan yang tidak dipilih. Tepat hari ini, Selasa (22/7) pukul 20.00 WIB, KPU melalui Husni Kamil Malikselaku Ketua menetapkan Pasangan Joko Widodo dan Jusuf Kalla sebagai pasangan Presiden dan Wakil Presiden terpilih untuk masa bakti 2014-2019. Dari total suara nasional, Jokowi-JK mengumpulkan 70.997.833 suara (53.15%) unggul dari Prabowo-Hatta dengan jumlah suara 62.576.444 suara (46.85%). Secara otomatis, Jokowi-JK akan dilantik sebagai Presiden NKRI berikutnya pada Oktober mendatang. Selamat!

Terpilihnya Joko Widodo sebagai Presiden tentunya bukan hal yang mengejutkan lagi, elektabilitas yang tinggi sejalan dengan prestasinya sebagai kepala daerah selalu mengungguli lembaga survey dan diprediksi akan menjadi pemenang Pilpres. Bahkan ketika banyak kampanye negative yang menyerangnya bertubi-tubi selama masa kampanye, elektabilitasnya tetap tinggi. Sehingga , pada mayoritas Quick Count pasca pemungutan suara 9 Juli 2014 lalu Jokowi-JK unggul dan menjadi pemenang hitung cepat. Puncaknya, hari ini kemenangan Jokowi tak terbendung lagi setelah penetapan KPU.

Pasca kemenangan Jokowi sebagai Presiden terpilih, maka secara otomatis mantan walikota Solo ini akan melepaskan jabatannya yang sekarang sebagai Gubernur DKI Jakarta. Artinya, Basuki TJahaja Purnama atau Ahok yang kini menjabat sebagai pejabat pelaksana tugas akan menggantikan posisi Jokowi sebagai orang nomor satu di Ibukota. Seperti yang kita tahu, selama masa kampanye Jokowi mengambil cuti dan tugasnya diemban oleh wakil Gubernur, Ahok. Setelah beberapa bulan menjadi PLT Gubernur, maka kemenangan Jokowi sebagai presiden terpilih mengantarkan Ahok menjadi Gubernur asli.

[caption id="" align="aligncenter" width="455" caption="Jokowi dan Ahok (image:jpnn.com)"]

Jokowi dan Ahok (image:jpnn.com)
Jokowi dan Ahok (image:jpnn.com)
[/caption]

Beberapa bulan lalu, ketika Jokowi resmi dideklarasikan sebagai Calon Presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), isu kemungkinan naiknya Ahok sebagai gubernur cukup memanas karena menuai pro dan kontra. Dinilai terlalu keras dan tidak merepresentasikan mayoritas warga Jakarta, menjadi alasan penolakan AHok sebagai Gubernur. Bahkan Salah satu Ormas yang dengan gamblang menolak dan mengancam akan melakukan demonstrasi adalah Gema PKS. Setelah beberapa bulan kemudian, isu tersebut perlahan hilang digantikan euphoria kampanye Pilpres. Bahkan selama Ahok menjalankan tugas sebagai PLT Gubernur, kritik dan protes dari masyarakat semakin kecil. Kecuali berita Ahok yang marah-marah kepada PNS yang tidak disiplin, barulah Ahok mendapat sorotan. Bukan rahasia lagi, ketegasan Ahok dalam memimpin Jakarta sering diartikan negative oleh sebagian orang hanya demi menjatuhkannya. Padahal alasan itu hanya pembungkus untuk alasan sebenarnya terkait SARA. Namun sesuai Hukum, pada akhirnya Ahok telah menjadi Gubernur DKI sesaat setelah Jokowi ditetapkan sebagai Presiden terpilih. Sebagai negara hukum yang demokratis ini tak terelakkan.

Pasangan Jokowi dan Ahok barangkali telah menjadi pasangan kepala daerah paling fenomenal di Indonesia serta paling banyak memperoleh sorotan masyarakat se-Indonesia. Walau hanya berstatus Kepala Daerah, popularitas keduanya bahkan melampaui Popularitas Presiden. Rasanya sebagian besar masyarakat Indonesia telah mengenal kedua sosok ini dan mendambakannnya menjadi pemimpin di wilayah domisilinya. Walaubeda karakter, Jokowi-Ahok saling melengkapi dan berhasil membawa Jakarta lebih baik dengan program-program kerja yang memang sukses terrealisasi. Merakyat dan Transparan bisa jadi suatu ciri khas pemerintahan keduanya. Jika dulu Indonesia memiliki pemimpin dwi Tunggal Soekarno-Hatta, maka Jokowi-Ahok tampaknya penerus dari proklamator RI tersebut.

Namun tingginya tuntutan masyarakat yang menginginkan Jokowi menjadi Presiden, pada akhirnya harus memisahkan kedua pemimpin hebat ini. Dan terbukti penetapan Jokowi sebagai presiden terpilih oleh KPU hari ini semakin mewujud nyatakan bahwa Jokowi-Ahok harus terpisah. Bahwasanya Jokowi tak hanya diperlukan oleh warga Jakarta saja, melainkan seluruh Indonesia. Sementara itu, Jokowi tahu benar siapa yang ditinggalkannya menggantikan posisinya untuk membangun Jakarta. Kualitas dan Kapabilitas Ahok sebagai Pemimpin membuat Jokowi berani menitipkan Jakarta untuk Ahok. Jakarta sebagai Ibukota Indonesia tentunya memainkan peranan penting untuk mendukung kemajuan Indonesia, dengan Jokowi sebagai presiden maka akan semakin mudah bagi Ahok untuk mensukseskan program-programnya yang dulu direncanakan bersama Jokowi. Jadi apakah mereka benar-benar terpisah? Tentu saja tidak. Kombinasi Kepemimpinan Jokowi-Ahok malah akan semakin intens dan tak terbantahkan. Selamat untuk Indonesia!

Kini Indonesia telah mencetak sejarah baru dengan terpilihnya seorang Jokowi sebagai Presiden. Bukan anak Jendral atau Panglima berbintang, bukan Ketua Partai Politik atau Pendiri, Bukan anak Presiden atau Sultan. Tapi Dialah anak warga biasa yang dengan usaha keras mampu menjadi orang nomor satu di negara ini. Jokowi, hanya Dialah presiden yang akan tahu bagaimana rasanya saat menjadi Walikota, Gubernur hingga Presiden. Proses yang dijalaninya rasanya telah sempurna untuk mengangkatnya menjadi seorang Pemimpin bangsa.

Kini masyarakat harus siap menyambut pemimpin baru yang hebat, tanpa kepentingan perbedaan Golongan atau SARA. Saatnya negara kita dipimpin oleh orang-orang berkualitas yang tidak bertopeng. Tak harus dari agama tertentu, yang penting mampu membawa perubahan untuk Indonesia yang lebih hebat. Inilah mungkin salah satu revolusi mental yang digadang-gadang Jokowi. Rakyat, Kini sambutlah Jokowi sebagai Presiden dan Jakarta mendapat Ahok sebagai Bonusnya. Selamat!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun