Untuk kamu, jodohku
50.000 tahun sebelum semuanya diciptakan, Alloh mula-mula menciptakan pena dan diperintahkanNya untuk menulis semua kejadian. Ya semua kejadian, termasuk pertemuan kita kelak, jodohku. Pertemuan yang telah ditakdirkan Tuhan untuk kita dalam menyempurnakan separuh agamanya.Â
Untuk kamu, jodohku.
Saat dalam rahim ibuku, wanita paling mulia yang surga berada ditelapak kakinya, Tuhanku telah memerintahkan malaikatnya untuk meniupkan ruh dalam jasadku. Tak lupa memerintahkan malaikat untuk menggenapi dengan rezekiku, bahagia dan deritaku, jodohku serta ajalku. Betapa Tuhan tak pernah berhenti memberikan nikmat terbaik berupa jodoh yang dirahasiakan. Sama rahasianya dengan rezeki dan ajal. Ah, andai tak dirahasiakan tentulah tidak akan bernilai usaha untuk mencarimu, jodohku.
Untuk kamu, jodohku.
Tangisan pertama saat aku lahir, adalah awal perjuangan untuk menemukan engkau wahai jodohku. Betapa berat perjuangan itu nanti untuk menemukan rusuk yang telah dijanjikan Tuhan kepadaku. Yang telah ditakdirkan untuk menemani susah dan senangnya diriku nanti. Yang akan menjadi penyejuk mata saat memandangmu, wahai jodohku.Â
Untuk kamu, jodohku.
Dalam peluh dan penat ikhtiar bekerja mengumpulkan mahar untuk melamarmu kelak. Dalam doa dan sujud beribadah berharap jodohku kelak adalah wanita terbaik. Yang menasehatiku seperti Hajar disamping Ibrahim. Yang menyelimutiku seperti Khadijah disisi Muhammad. Yang tidak meninggalkanku saat susah tak seperti istri Ayub. Yang tidak mendurhakaiku seperti istri Nuh. Yang selalu berjalan disampingnya seperti Ainun melengkapi Habibie.
Untuk kamu, jodohku.
Aku hanya meminta kepada Tuhanku, kelak jika pun harus ditakdirkan bersama, aku ingin kita bersama bukan hanya di dunia tapi juga akan bersama di surgaNya kelak. Semoga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H