Mohon tunggu...
sahrah nasir
sahrah nasir Mohon Tunggu... -

alumni universitas hangtuah sby

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dusta Missworld

3 September 2013   13:55 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:26 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dusta Missworld

---------------------------------------------------------------------------------

Bulan september menjadi waktu yang ditunggu2 oleh sebagian masyarakat, baik perempuan maupunlaki2. Karena dibulan ini ada perhelatan besar ditengah2 kehidupan masyarakat indonesia yaitu kontes Miss world.

Kontes ini adalah ajang pemilihan “Wanita tercantik sejagat”. Yang kalo kita telusuri sejarahnya adalah berawal dari “Bikini Contest Festival” yang kali pertama disealenggarakan di Inggris pada 1951. Dalam perkembangannya, dipopulerkan sebagai kontes Miss World. Dan menjadi perhatian besar bagi masyarakat yang tidak kalah menarik dengan piala dunia sepak bola.karena ditonton oleh lebih dari satu milyar orang. Dan tentunya hal ini menggiurkan berbagia media tuk menyiarkan.

Negeri ini yang mayoritasnya muslim, tentu sajapenolakan semakin banyak dari berbagai kalangan. Ulama dan tokoh masyarakat Bogor termasuk yang paling keras menolak rencana itu. Hal itu sangat bisa dimengerti karena perhelatan Miss World 2013 akan digelar di Sentul International Convention Center Bogor, Jawa Barat. “Atas nama Ormas Islam Bogor kami menolak acara ini diselenggarakan apalagi di Bogor,” tegas Ketua MUI Kota Bogor, Adam Ibrahim pada 11/04/2013. Begitupun dengan 52 Ormas Jawa Timur juga menolak missworld karena menilai acara Miss World itu sebagai sesuatu yang jelas merusak akhlak, kultur bangsa Indonesia yang mayoritas Muslim.

Dari kalangan sekulerpun ada yang bersuara keras. Tabloid Media Umat edisi 19 April-2 Mei 2013 mengutip kritik pedas Dr. Daoed Joesoef -Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI- terhadap acara kontes-kontesan seperti Miss World. Khusus dalam hal ini, di dalam buku bertahun 2006 dan berjudul “Dia dan Aku: Memoar Pencari Kebenaran”, Daoed Joesoef –tokoh yang dikenal sekular itu- kritis menilai: ”Pemilihan ratu-ratuan seperti yang dilakukan sampai sekarang adalah suatu penipuan, di samping pelecehan terhadap hakikat keperempuanan …. Tujuan kegiatan ini adalah tak lain dari meraup keuntungan berbisnis, bisnis tertentu; perusahaan kosmetika, pakaian renang, rumah mode, salon kecantikan, dengan mengeksploitasi kecantikan … dan kebutuhan akan uang untuk bisa hidup mewah.

Penolakan ini bukan hanya karena masalah pakaian,dll yang tidak sesuai dengan budaya indonesia akan tetapi jelasbertentangan dengan syariat Islam, karena melombakan perempuan yang menebar pesona tubuhnyadihadapan ribuan bahkan ratusan ribu penonton laki2 maupun perempuan. Naudzu billah..Dan pemenang dari kontes ini akan dijadikan sebagai daya tarik sebuah produk.

kontes semacam ini hanyalah propaganda kapitalisme-liberalisme untuk menyebarluaskan paham kebebasannya. Umat didorong agar masuk dalam arena kontes Ratu kecantikan dengan alasan seni. Hiburan semacam itu akan banyak melalaikan kita dan terjerumus ke dalam lembah dosa.

Saat ini paham kebebasan sudah sangat merajalela di semua aspek kehidupan, termasuk kebebasan bertingkah laku (al-hurriyah asy-syakhsiyah). Kebebasan yang kebablasan yang menjauhkan perempuan dari ikatannya dengan taqwa.

.Jelaslah bahwa masyarakat, khususnya kaum perempuan, agar segera sadar untuk kembali kepada hukum Islam dan membuang jauh-jauh ide-ide kebebasan yang kufur, penuh dusta, yang telah terbukti tidak membawa kebaikan dan kesejahteraan bagi kaum perempuan, tapi justru membuat perempuan jadi rusak, bejat, dan hidup dalam kehinaan dan kesengsaraan.

Dalam pandangan Islam, maka perempuan dihargai, dihormati, bukan karena kecantikannya melainkan karena keimanannya, ketakwaannya, dan ilmunya, Itu baru dikatakan beradab. Hanya Islam saja yang menjadi jalan keselamatan umat manusia, bukan yang lain. Wallaahu a’lam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun