"Harta yang paling berharga adalah keluarga, istana yang paling indah adalah keluarga..."
seperti itu syair dari lagu soundtrack nya Keluarga Cemara.
saya sangat setuju, harta yang paling berharaga itu keluarga, harta yang ingin selalu saya jaga, bahkan jika memungkinkan saya akan bawa kemanapun. "Istana paling indah.." Â tentu saja, Keluarga adalah tempat pulang paling nyaman, ketika pulang rasanya lega, haru, dan ingin berlama-lama.Â
Tapi, ya namanya hidup, keluarga juga beberapa insan yang berbeda, punya kehidupan dan tujuan yang berbeda. Tidak semudah itu untuk selalu bersama.Â
tapi setidaknya, masing-masing insan punya satu tujuan yang sama, tetap harmonis dalam keluarga.
Itu tujuan setiap orang, termasuk saya. Dengan alasan itu, saya juga berjuang untuk keluarga, membantu dari kejauhan,untuk  mencukupi kebutuhan.
Saya dari keluarga sederhana yang mencukupkan diri dengan apa yang ada, kami tinggal di suatu perkampungan yang jauh dari hiruk-pikuk nya kota.Â
keseharian kami berladang, di ladang sumber kecukupan kami, ladang menghasilkan padi, cabai, sayuran, singkong, kopi untuk dijual menghasilkan uang untuk membeli sekilo ikan dengan empat jenis yang berbeda.
Ibu hebat saya seorang guru SD, Ibu yang luar biasa.Â
kami 7 bersaudara, 4 perempuan dan 3 laki-laki.Â
saya anak kedua, kakak saya sudah berkeluarga. secara tidak langsung saya menjadi anak tertua di keluarga saya, dimana anak tertua dituntut dewasa dalam segala hal, terlebih lagi dalam keuangan dan kerja keras. selain Ibu, dan Ayah di kampung, saya membantu menjadi tulang punggung keluarga, tidak banyak, tapi setiddaknya adik-adik saya harus kuliah. saya punya mimpi melanjut S2, sudah lama saya urungkan, "bekerja dulu". zona adik-adikku harus aman dulu. orangtuaku jangan kesusahan. hanya itu motivasi saya
Saya merantau di provinsi yang lain dengan kampung saya, ternyata dunia kerja hebat juga. Saya mengajar SD di satu sekolah HTI.
Menghadapai berbagai jenis sifat dan pola pikir rekan kerja, memaksakan kehendaknya untuk diikuti orang lain, tidak menerima masukan, mengabaikan saran, saat rapat menerima saran, tetapi saat eksekusi, yang terjadi tidak sesuai saran.
mempunyai rekan yang suka menyalahkan, lempar batu sembunyi tangan, dan mengeluh terus.
kalau saya tidak tegar, rasanya bisa bisa saya jadi ahlinya mengibul. kalau saya tidak tegar, saya juga bisa terkontaminasi dengan siat-sifat itu.
kalau saya tidak tegar, saya akan mengeluh karena tekanan, tapi saya bersyukur punya adik yang menasehati saya "kalau kerja, kita bersyukur yaa, karna kamu kerja, kamu dapat gaji, gajimu buat kami, kami jadi senang" sederhana, mengesalkan tapi hati saya lega.Â
iya, seperti itu. Tegarku adalah motivasi ku. motivasiku adalah keluargaku.
Semoga sang pekerja sehat-sehat selalu, mari berdoa untuk mimpi mimpi kita :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H