Mohon tunggu...
sahlum amelia
sahlum amelia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi saya adalah mendengarkan musik, memasak, menonton film, dan membaca berita-berita terkini untuk menambah wawasan saya. saya tertarik dalam berbagai bidang terutama dalam bidang kesahatan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kasus Pernikahan Dini di Indonesia Tinggi? MBA Bukanlah Solusi

29 Mei 2022   08:00 Diperbarui: 29 Mei 2022   08:05 705
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pernikahan dini adalah hal yang sedang ramai terjadi di kalangan masyarakat Indonesia. Banyak sekali kota-kota di Indonesia yang memiliki kasus pernikahan dini tinggi. Ada beberapa daerah yang menganggap pernikahan dini sebagai tradisi atau budaya.  Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2020, jumlah pernikahan dini atau pernikahan anak pada tahun 2019 sebanyak 10,8%. Kemudian pada tahun 2020 menurun walaupun tidak signifikan yaitu sebesar 10,18%. Pernikahan dini banyak terjadi di wilayah rural dibanding di wilayah urban. Seperti halnya pernikahan dini yang terjadi di Lombok dan Madura.

Dampak pernikahan dini sangatlah banyak, terutama dalam segi kesehatan, ekonomi, dan sosial. Dari segi kesehatan pernikahan dini dapat menyebabkan menambahnya probibilitas kasus stunting di Indonesia, bayi lahir cacat, bayi lahir prematur, BBLR (Berat Badan Bayi Rendah), dan masih banyak resiko lainnya dikarenakan usia ibu yang sangat muda serta berpengaruh terhadap kesehatan mental masing-masing individu yang menikah dini. 

Selain itu, dari segi ekonomi dapat menyebabkan kemiskinan dikarenakan usia yang belum cukup dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari disebabkan tidak adanya pekerjaan menetap dan pengeluaran sehari-hari cukup banyak. Dan dari segi sosial yaitu terjadi perceraian dini, perspektif buruk dari masyarakat sekitar, dan kesenjangan antar pasangan sehingga dapat memancing timbulnya kekerasan seksual (sexual harassment) dikarenakan faktor emosi para remaja yang tidak stabil.

Seperti yang dijelaskan oleh Abdi Fauji Hadiono dalam jurnalnya yang berjudul “Pernikahan Dini dalam Perspektif Psikologi Komunikasi” 2018 menyebutkan bahwa masa remaja disebut sebagai periode Hightened Emotional. Dimana kondisi emosi nampak lebih tinggi atau nampak lebih intens dibanding keadaan normal. Sehingga menyebabkan berbagai tingkah laku seperti halnya uring-uringan, bertengkaran, tidak bergairah dan lain sebagainya.

Pernikahan dini seringkali dianggap sebagai solusi. Dalam kata lain yaitu MBA (Married by Accident) dimana pasangan remaja di usia dini menikah karena suatu kecelakaan. MBA dianggap sebagai solusi karena perspektif masyarakat yang masih bersifat kedaerahan dan erat dengan budayanya. Mereka menganggap bahwa MBA adalah sebuah solusi yang tepat. Padahal, apabila dilihat dari perspektif lain dengan pemikiran jangka panjang, MBA bukanlah suatu hal yang sepenuhnya positif, melaikan suatu hal yang memberikan banyak dampak negatif untuk invidu kedepannya.

Terjadinya MBA dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor yang mempengaruhi terjadinya MBA yaitu:

 1. Kurangnya pengawasan orang tua terhadap anak. Orang tua tidak mengawasi lingkungan yang diikuti oleh anak. Anak bebas bergaul sehingga terjerumus ke hal-hal yang tidak diinginkan. Peran orang tua sangat penting dalam mendidik dan membimbing anak untuk masa depan mereka.

2. Niat pribadi masing-masing individu dan pasangan. Di bidang Ilmu Kesehatan masyarakat dalam teori Snehandu B.Karr dijelaskan bahwa untuk melakukan suatu perilaku, invidu dipengaruhi oleh niat. Karena niat adalah predator utama dalam melakukan suatu perilaku.

3. Minimnya edukasi tentang sex, seperti halnya di daerah-daerah terpencil dan sulit dijangkau. Banyak sekali remaja yang menikah dini dikarenakan tradisi atau kurangnya pendidikan yang layak.

4. Kurangnya kesadaran masing-masing individu. Masyarakat Indonesia sangat sulit dalam merubah pola pikir dan seringkali acuh dalam hal menyadari sesuatu bahwa itu baik atau buruk.

5. Lemahnya iman masing-masing individu. Banyak orang tergoda melakukan perbuatan zina dikarenakan kenikmatan sesaat. Dan mereka tidak berpikir panjang untuk kedepannya. Apakah itu baik untuk masa depan mereka atau justru sebaliknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun