Mohon tunggu...
Abdurrafi Sahitya
Abdurrafi Sahitya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menyalurkan menulis saya pada web Kompasiana ini.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Stop Peduli Omongan Orang Lain

29 November 2022   13:34 Diperbarui: 29 November 2022   13:34 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

 Stop Peduli Omongan Orang              

Judul                    : Berani Tidak disukai

penulis                : Ichiro Kishimi &

                                 Fumitake Koga

Penerbit              : Gramedia  

                                 Pustaka Utama                                        

Tanggal Terbit    : 9 september 2019  

Jumlah Halama  : 352 Halaman

ISBN                      : 9786020633213   

Harga Buku         : 78.500

Peresensi             : Dyana Saputra

Berani Tidak Disukai (2019) buku yang  menjelaskan kepada pembaca  untuk memahami konsep memaafkan diri sendiri, mencintai diri, dan menyingkirkan hal-hal yang tidak penting dari pikiran. Cara pikir yang membebaskan, ini memungkinkan pembaca  membangun keberanian untuk mengubah dan mengabaikan batasan yang mungkin Diepelukan bagi yang membaca.

Jika biasanya dalam buku tiap pembahasan dibagi dalam beberapa bab maka dalam buku ini diistilahkan "malam" sebagai pengganti kata bab. Menceritakan seorang filsuf dan seorang pemuda, yang pemuda itu tiap malam mendatangi seorang filsuf hingga lima malam berturut-turut untuk melontarkan berbagai pertanyaan tentang bagaimana manusia bisa meraih kebahagiaan. Lalu dalam lima malam tersebut sang filsuf memberikan jawaban-jawaban sederhana yang tidak terbelit-belit atas pertanyaan filosofis si pemuda.

Dalam buku ini juga pembaca  akan menemukan jawabannya yang secara garis besar berkata bahwa hidup bahagia itu bukan hal rumit asal seseorang mampu mengubah pola pikir, membuang rasa ingin diakui yang motivasinya ingin dapat pujian. Maka sesorang perlu membaginya menjadi konsep berbagi tugas. Menurut Adler, tugas itu ada dua: Pertama, tugas seseorang adalah pilih dan lakukan apa yang dipercaya. Kedua, bagaimana orang lain melihat pilihan dan apa yang diri kita lakukan, merupakan tugas orang lain yang tentu saja tidak bisa kita kontrol.

karena bagi sang penulis seseorang   hidup bukan untuk semua harapan orang lain.Sesorang tidak akan pernah mengecap rasa bahagia jika semua komentar orang lain dijadikan beban yang wajib dituruti dan terlalu berfikir apa kata orang, merasa rendah diri, yang akhirnya menimbulkan rasa tidak Bahagia.

Hidup bukan untuk mendapat pengakuan dari orang lain. Teori ini dipaparkan oleh Adler untuk mengikari kebutuhan dalam mencari pengakuan dari orang lain, dalam proses mendapat pengakuan dari orang lain jelas menggembirakan namun hal yang salah jika menganggap bahwa suatu pengakuan merupakan suatu hal yang perlu dirasakan dan didapatkan terus menerus.

Penulis juga mengatakan bahwa hidup yang terbaik adalah hidup yang seseui dengan prinsip yang telah  dibuat seseorang itu sendiri meskipun dengan “resiko” tidak disukai oleh orang-orang sekitar.

Kebahagiaan dimulai dari Cara seseorang Mencintai Diri  Sendiri.

Seseorang akan jauh dari “kebahagiaan” jika seseorang   terlalu fokus dalam mengagumi orang lain dalam kehidupannya dan ingin memiliki kehidupan seperti orang tersebut, kita tidak akan merasakan kebahagiaan pada diri kita sendiri dan akan selalu fokus dengan kehidupan orang lain tersebut dan tetap ingin menjadi dirinya.

Jika seseorang masih saja berasumsi kalo hidup bisa menjadi orang lain  bisa menjadi bahagia atau dengan berkata “anda saja ini terjadi” sekali lagi itu tidak akan membuat seseorang bahagia. Kata-kata tersebut hanya akan membuat seseorang menjadi sering menegluh dan dan kurang bersemangat.  karena itu seseorang harus mengambil sebuah keputusan untuk menghentikan ini.

Semua Persoalan adalah Tentang Hubungan sosial yang Muncul dari dalam Diri Sendiri. Melalui cara teoritis Adler menegaskan bahwa semua persoalan mengenai hubungan interpersonal disebabkan oleh manusia yang pada dasarnya adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri dan akan terus saling berinteraksi satu dengan yang lainnya dengan segala macam perbedaan yang dimiliki masing masing manusia. 

Kebanyakan orang yang merasa dirinya tidak memiliki kelebihan sedikitpun dan kelebihan tersebut tidak ada dalam dirinya merasakan bahwa dirinya sangat rendah dan tidak memiliki kepercayaan diri dan selalu merasa pesimis terhadap suatu hal dan selalu merasa khawatir terhadap pandangan orang lain. Menurut Adler perasaan inferior ini bisa menjadi pemicu seseorang untuk bekerja keras dan akan menjadi ’’doronagn” serta ’’motivasi” dalam mencapai tujuan utama yaitu kualitas diri yang semakin baik.

Pelajaran penting dalam buku ini: Jangan jadikan pujian sebagai candu, Hindari persaingan, Fokus pada pilihan diri sendiri dan fokus untuk menjadi orang yang bermanfaat.

Kesimpulan buku ini adalah Hidup kita tidak ditentukan oleh kehidupan kita di masa lalu, namun dari hal-hal yang kita berikan di masa lalulah serta pengalaman-pengalaman baik maupun buruk itulah yang menentukan bagaimana kita saat ini.

Kebahagiaan diciptakan dan hadir dari cara kita mencintai diri kita sendiri, kebanyakan orang tidak bahagia karena menganggap dirinya akan merasa lebih bahagia jika dirinya menjadi seperti orang lain yang terlihat baik.

Setiap individu perlu memiliki hubungan interpersonal dan jika mereka tidak mampu memiliki “hubungan” tersebut akan menjadi sebuah persoalan di kedepannya. Kita memiliki hidup yang tidak diciptakan untuk harus “memuaskan” ekspektasi orang lain. Jika hidup dengan tujuan untuk mencapai ekspektasi orang lain terus menerus kalian akan kehilangan keyakinan pada diri kalian sendiri dan hal itu sangat buruk. Kita akan menemukan kebahagiaan kita sendiri disaat kita dapat menerima dan mencintai diri kita sendiri terlebih dahulu, ditambah dengan kehadiran kita dapat memberikan kontribusi untuk lingkungan sekitar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun