Mohon tunggu...
Sahiruddin Khaliq
Sahiruddin Khaliq Mohon Tunggu... Buruh - Aku masih di dalam Goa

55521110044/Prof Apollo Daito/Magister Akuntansi Universitas Mercu Buana Jakarta PAJAK,..Bagai mencabut bulu PINGUIN sebanyak-banyaknya dengan teriakan PINGUIN sekecil-kecilnya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

K8_ Satire Tax Amnesty

28 April 2022   09:15 Diperbarui: 9 Mei 2022   04:24 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selamat Tinggal Tax Amnesty

Saksikanlah, wahai Tax Amnesty                                    
Aku tak akan lagi melihat dari bawah peraturanmu
Inilah aku, kini telah pergi, sembunyi, jangan kau cari
Sebab pencarian dan harapanmu tak akan menemukanku
Langkahku dalam gelap, berlindung dalam pelukan DEWA-DEWI,
Dekat mungkin tak terlihat, jauh mungkin tak terjangkau.
Jangan kau harap aku...ya?!

Sebagai langkah pamungkas, di sini...Aku,
hanya mengembalikan nyanyian-nyanyian yang tak kau mengerti.  
Perlahan kau kan pupus jua seiring kelihaianku
Langkahku, tempat kembali segala hampamu.

Kini, darimu, aku pergi, wahai Tax Amnesty,
dalam pakaian pengembaraan dan penghormatan.
Implementasimu kufikir distorsi filosofis.
Andai saja aku beranikan diri untuk berjumpa denganmu,
memandangmu sekali lagi, tanpa paksaan dan tebusan,
tak akan kau rasakan, esok hari, dampak dari kesalahanku.

Aku, wahai Tax Amnesty saudaraku, tak akan pernah kembali.
Semua harapan dan kacaunya mimpimu mengikis patriotismeku
Surga gemilang, asa dari langkah pengembara.
Akan kau temui ranting kering dalam bayang-bayang daun, dan aku pun berlalu.
Apa artinya, setelah ini, pohon dan ranting yang rapuh itu?
Aku akan hidup, wahai langitku,  
di atas bumi akan kuselipkan cahaya dalam hati terdalam.

Oooh,,,Tax Amnesty...!!!
Kufikir...?!
Kau tak diperlukan andai filosof jadi panutan;
kau tak diperlukan andai kolusi, korupsi, nepotisme tuntas ditumpas;
kau tak diperlukan andai semua pemimpin hidup sederhana dan bermental cukup;
kau tak diperlukan andai gurita oligarki jahat dimusnahkan;
kau tak diperlukan andai redistribusi pajak berkeadilan sosial;
kau tak diperlukan andai semua patuh pada konvensi dasar;
kau tak diperlukan andai semua pendidikan dan kesehatan dimurahkan;
kau tak diperlukan andai peran fungsi parlemen kuat, dan ideal;
kau tak diperlukan andai kartu kontrol pemanfaatan pajak diterapkan.
Mungkin Tax ratio akan meningkat dengan kesadaran, bukan dengan keterpaksaan

Andai saja kau mendengar suara nestapa;
andai saja tak ada kekuatan koersif;
andai saja aku menutup inderaku;
mungkin aku tak akan menyaksikan mimpi yang asing itu;
mimpi seperti apa yang muncul di tengah hutan Pasir Penajam?
Kau ukir di dalamnya sebuah melodi;
sebuah mimpi dan ambisi kekuasaan;
sebuah degup nada-nada sendu hutang;
seluruh kritik saran menepi jadi eligi.

Selamat tinggal Tax Amnesty.
Inilah aku, hasrat yang terpendam dalam cinta Ibu Pertiwi
Dan akan kurahasiakan cita dan cintaku yang getir dan penuh duka
Di Jalan-jalan Tol yang indah kumenangis sebab tidak gratis
Di dalam kenangan-kenanganku, jiwaku tak akan pernah kembali

Wahai Tax Amnesty, Wahai Program Pengungkapan Sukarela
Anggaplah jiwaku berasal darimu
Bahwa ingatan dan hasratku tak akan pernah hilang
Dan aku...?! Jangan kau ragu, anggap saja engkau berasal dariku
Sungguh, kenangan tentangmu akan selalu hidup di hatiku
Segala tentangmu akan mengakar dalam kedalaman bathinku
Ia abadi sebagai puisi dua priode amnesty, dua skema tebusan dan dua bidang Investasi yang ditentukan.

Salam anak negeri

Tonton video ini untuk mengetahui bahaya oligarki

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun