Perempuan bermata tajam menatap ku
Dia duduk si kursi reyot di rumah butut
Rumahnya bising, lalu lalang kendaraan berirama seperti musik bagi telinganya
Kembar bola mata itu menatap lurus ke arah ku dengan sorot tajam
Duduk Nak, jangan mengasihani ku seperti itu
Aku tanya, maksud mu?
Mata mu sedih menatap ku, kau meratapi ku Nak
Tidak, aku hanya takjub kau mampu tegar dan sabar padahal sudah di usia senja
Dia berambut panjang dan ikal
Mengenakan sandal jepit yang lebih besar dari kakinya
Tangannya berotot, memakai baju panjang sampai menutupi mata kaki
Kagum kepada manusia seperti ini Nak?
Dia tertawa, suara tawanya diterima udara dan diajak masuk ke dalam telinga ku
Nak, jangan jadi seperti aku
Raut wajahnya tak sedih, dia mengucapkan itu dengan tegas
Kau tau? Dulu aku terlalu banyak menganggap enteng waktu
Kau tau tidak menganggap enteng?
Terlalu terlena, membiarkan waktu ku berlalu sia-sia
Oh ternyata dia menasihati ku
Hei jangan kau anggap nasihat Nak!
Tau dari mana perempuan itu tentang pemikiran ku?
Wajah mu Nak, raut wajah mu itu yang memberitahu
Ku katakan sekali lagi pada mu ini bukan nasihat!
Ini kenyataan yang sudah terjadi dan silakan kau ambil sebagai pelajaran hidup
Kau cantik Nak, indah nian rambut mata mu
Lentik melekuk seperti dibelai angin
Kecantikan itu jangan kosong, nanti sia-sia
Apa maksud mu? Tanya ku lagi
Sekarang tangan dingin dan keriput itu menjemput tangan ku
Kecantikan mu lebih baik kau isi dengan banyak ilmu, pengetahuan, dan pengalaman hidup
Aku sudah cukup belajar dalam hidup! Ucapku lantang, berdiri dari kursi ringsek itu
Nak, manusia yang bisa bercakap seperti itu dia perlu belajar lebih banyak dalam hidup
Nak, aku tidak pandai dan cekatan bahkan tidak ada tenaga lagi untuk melakukan banyak hal karena sudah tua renta
Nak, jangan jadi seperti aku
Aku hanya diberi kesempatan oleh Tuhan untuk hidup lebih awal dibanding kau
Aku sudah cukup menikmati pengalaman hidup
Apakah kau tau Nak?
Pengalaman hidup itu tidak dapat kau beli, di dalamnya terdapat ilmu dan pengetahuan, terdapat cinta dan kasih sayang, tidak dapat dimiliki oleh setiap insan serta akan abadi di dalam ingatan sampai akhir hayatmu Nak
Aku kembali duduk di kursi ringsek itu, tubuh ku lemas dan mata ku lirih menatap tanah
Dari lubuk hati ku sungguh merintih menangis