Mohon tunggu...
Sahira
Sahira Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Suka membaca tapi novel

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Ibu dalam Mencegah Terjadinya Stunting pada Anak

4 Juli 2023   09:27 Diperbarui: 4 Juli 2023   09:35 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS


Stunting merupakan suatu keadaan dimana anak mengalami gangguan pertumbuhan, sehingga tinggi badan anak tidak sesuai dengan umurnya atau usianya, sebagai dampak dari masalah gizi kronis yaitu kekurangan asupan gizi dalam waktu yang lama. Untuk mengetahui status balita stunting atau tidak, indeks yang digunakan adalah ukuran antropometri yang merujuk pada indeks panjang badan menurut umur/tinggi badan menurut umur (PB/U atau TB/U) (Permenkes RI, 2020).
Stunting merupakan salah satu tantangan dan masalah gizi secara global yang sedang dihadapi oleh masyarakat di dunia. Ambitious World Health Assembly menargetkan penurunan 40% angka Stunting di seluruh dunia pada tahun 2025. Global Nutritional Report 2018 melaporkan bahwa terdapat sekitar 150,8 juta (22,2%) balita Stunting yang menjadi salah satu faktor terhambatnya pengembangan manusia di dunia. World Health Organization (WHO) menetapkan lima daerah subregion prevalensi Stunting, termasuk Indonesia yang berada di regional Asia Tenggara (36,4%) (United Nation, 2018) (UNICEF, `Levels and Trends in child malnutrition - UNICEF WHO.
Prevalensi stunting di Indonesia berdasarkan hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021 menunjukkan bahwa 24,4% anak Indonesia mengalami stunting dimana 5 provinsi tertinggi ialah NTT (37,8%), Sulawesi Barat (33,8%), Aceh (33,2%), NTB (31,4%) dan Sulawesi Tenggara (30,2%). Semua wilayah di Sulawesi Tenggara sebanyak 17 Kabupaten/Kota memiliki prevalensi stunting di atas angka prevalensi nasional (23%-45,2%). Hal ini menandakan bahwa masalah stunting masih menjadi masalah kesehatan masyarakat utama di wilayah Sulawesi Tenggara (Kementerian Kesehatan RI, 2021).
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara anak balita 0-59 bulan yang mengalami stunting mencapai angka 2.920 balita. Angka ini dari penggabungan jumlah ukuran tumbuh pendek sekitar 1.811 orang dan sangat pendek 1.109 orang (Dinkes Provinsi Sultra 2020). Hasil studi status gizi Indonesia SSGI 2021 Sulawesi Tenggara masuk dalam 5 besar angka stunting tertinggi di Indonesia yaitu (30,02%). Angka stunting di Sulawesi Tenggara masih berada di atas rata-rata nasional, karena angka kasus stunting nasional hanya mencapai (24,4%). Jika dilihat dari data perkabupaten kota yang tinggi berada di Buton Selatan (45,2%), Buton Tengah (24,7%), Buton (33,9%), Konawe Kepulauan (32,8%), Muna (30,8%), Konawe Utara (29,5%), Kolaka Utara (29,1%), Muna Barat (29,0%), Konawe Selatan (28,3%), Kota Bau-Bau (27,6%), Bombana (26,8%), Buton Utara (26,8%), Kolaka (26,5%), Konawe 926,2%), Wakatobi (26,0%), Kota Kendari (24,0%), dan Kolaka Timur (23,0%). Daerah kepulauan memiliki angka stunting lebih rendah dibanding dengan Kabupaten/Kota yang tidak memiliki wilayah laut karena daerah.
Pengetahuan ibu tentang pemenuhan gizi seimbang pada balita berada di kategori cukup sebanyak 30 orang (41,1%), perilaku ibu dalam pencegahan stunting pada balita berada di kategori perilaku negatif sebanyak 41 orang (56,2%), pengetahuan tentang pemenuhan gizi seimbang pada balita dengan perilaku pencegahan stunting pada balita sama-sama memiliki berada di kategori cukup dengan perilaku negatif yaitu sebanyak 18 ibu dengan persentase (44%) dan dengan kategori pengetahuan rendah dan perilaku negatif sebanyak 23 ibu dengan persentase (56%). Hasil uji Kendall-Tau dengan < = 0,723, diperoleh nilai signifikan sebesar 0,000.
Peran dan kedudukan ibu dalam menjaga kualitas keluarga mencakup aspek pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial budaya, kemandirian keluarga, dan mental spiritual serta nilai-nilai agama yang merupakan dasar untuk mencapai keluarga sejahtera. Pengukuran pada kondisi Stunting menggunakan pengukuran status gizi secara langsung menggunakan penilaian antropometri. Salah satu pencegahan Stunting melalui edukasi pada ibu dalam perubahan perilaku peningkatan kesehatan dan gizi keluarga. Pola asuh dan status gizi sangat dipengaruhi oleh pemahaman orang tua (seorang ibu).
Peran ibu dalam mencegah terjadinya stunting adalah sangat penting dan tidak bisa diremehkan. Berikut beberapa peran ibu dalam mencegah terjadinya stunting:
1. Memberikan ASI eksklusif: Ibu harus memberikan ASI eksklusif kepada bayi selama 6 bulan pertama kehidupan. ASI mengandung semua nutrisi yang diperlukan bayi untuk tumbuh dan berkembang dengan baik. ASI juga memiliki zat-zat kekebalan yang melindungi bayi dari berbagai penyakit. ASI eksklusif dapat membantu mencegah terjadinya stunting pada bayi.
2. Memberikan makanan bergizi: Setelah 6 bulan, ibu perlu memberikan makanan pendamping ASI yang bergizi kepada bayi. Pastikan makanan yang diberikan mengandung protein, vitamin, mineral, dan nutrisi penting lainnya. Makanan pendamping ASI haruslah bervariasi dan sesuai dengan perkembangan usia bayi.
3. Menjaga kebersihan: Ibu harus menjaga kebersihan bayi dan lingkungan sekitarnya. Mencuci tangan sebelum memberikan makanan atau ASI kepada bayi, menjaga kebersihan botol susu, dan menjaga kebersihan makanan yang diberikan sangat penting. Hal ini dapat mencegah infeksi yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan bayi.
4. Memberikan stimulasi yang tepat: Ibu perlu memberikan stimulasi yang tepat kepada bayi untuk mempromosikan pertumbuhan dan perkembangan otak yang optimal. Melalui interaksi yang baik dengan bayi seperti dukungan emosional, kehangatan, dan rangsangan sensorik yang sesuai, ibu dapat membantu meningkatkan kualitas perkembangan otak bayi.
5. Mencari informasi dan konsultasi kesehatan: Ibu harus aktif mencari informasi tentang gizi dan kesehatan bayi, serta berkonsultasi dengan tenaga medis jika ada masalah kesehatan yang muncul. Dengan memiliki pengetahuan yang baik dan mendapatkan bantuan profesional, ibu dapat memastikan bahwa bayi mendapatkan perawatan yang tepat untuk mencegah stunting.
Dengan memahami dan melaksanakan peran ibu dalam mencegah terjadinya stunting, diharapkan prevalensi stunting pada anak dapat diminimalisir dan anak dapat tumbuh dengan kualitas kesehatan yang baik.
Berdasarkan penelitian dan studi yang dilakukan oleh para ahli, terdapat beberapa teori yang menjelaskan tentang stunting dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Berikut adalah beberapa teori yang umum dikemukakan:
1. Teori Kekurangan Gizi Kronis: Teori ini mengemukakan bahwa defisiensi gizi kronis, terutama dalam hal kurangnya asupan energi dan protein, merupakan faktor utama dalam terjadinya stunting. Kekurangan gizi pada masa kehamilan dan dua tahun pertama kehidupan anak dapat mempengaruhi pertumbuhan tulang, otot, dan organ tubuh, serta menghambat perkembangan sistem saraf.
2. Teori Buruknya Kualitas Makanan: Teori ini berfokus pada kualitas makanan yang dikonsumsi oleh anak, terutama pada masa pemberian makanan pendamping ASI. Konsumsi makanan yang kurang variatif, rendah dalam nutrisi mikro (seperti vitamin dan mineral), serta mengandung banyak zat antinutrisi dapat berdampak negatif pada pertumbuhan dan perkembangan anak.
3. Teori Infeksi dan Penyakit: Teori ini berpendapat bahwa infeksi dan penyakit kronis, seperti infeksi saluran pernapasan atas dan diare yang sering terjadi pada masa anak-anak, dapat menghambat asupan gizi dan mengganggu proses metabolisme tubuh. Infeksi yang berulang juga mempengaruhi daya serap nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan optimal.
4. Teori Faktor Sosial-Ekonomi: Teori ini menyoroti peran faktor sosial ekonomi, seperti tingkat pendidikan orang tua, status ekonomi, dan akses ke layanan kesehatan dan gizi. Ketidakmampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan gizi dan kesehatan anak dikaitkan dengan tingkat stunting yang lebih tinggi.
5. Teori Lingkungan Fisik: Teori ini menyatakan bahwa lingkungan fisik yang buruk, seperti sanitasi yang tidak memadai, kebersihan yang kurang, dan air bersih yang tidak tersedia, dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi dan penyakit yang berkontribusi pada stunting.
Perlu diperhatikan bahwa teori-teori ini saling terkait dan bisa saling mempengaruhi. Pemahaman tentang faktor-faktor yang menjadi penyebab stunting penting untuk mengembangkan intervensi yang tepat guna dalam mencegah dan mengatasi masalah stunting.
Stunting menjadi permasalahan dimana gagal tumbuh yang dialami oleh
bayi atau anak di bawah lima tahun yang mengalami kurang gizi semenjak berada di dalam kandungan hingga awal bayi lahir, stunting akan mulai nampak Ketika anak berusia dua tahun. Seperti yang dikemukakan oleh Schmidt bahwa stunting ini merupakan permasalahan kurang gizi dengan periode waktu yang cukup lama sehingga muncul gangguan pertumbuhan tinggi badan pada anak yaitu lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya (Ramayulis, 2018).
Untuk mengatasi masalah stunting di Kota Kendari, beberapa langkah penting yang perlu dilakukan adalah:
1. Peningkatan kesadaran dan pendidikan gizi: Melakukan kampanye dan pendidikan kepada masyarakat tentang pentingnya pola makan yang sehat dan gizi yang adekuat, baik melalui program sekolah, pusat kesehatan masyarakat, dan media massa.
2. Peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan: Menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan yang mudah diakses oleh ibu hamil dan anak-anak, termasuk program pemberian makanan tambahan, imunisasi, dan pemantauan pertumbuhan anak.
3. Peningkatan sanitasi dan akses air bersih: Meningkatkan akses terhadap air bersih dan sanitasi yang baik, termasuk pembangunan fasilitas sanitasi yang memadai di lingkungan masyarakat.
4. Pemberdayaan ibu dan keluarga: Memberikan pendidikan dan dukungan kepada ibu dan keluarga mengenai perawatan anak, gizi, dan pola makan yang baik.
Semua langkah ini harus dilakukan secara terintegrasi dan melibatkan semua pihak terkait, termasuk pemerintah daerah, lembaga swadaya masyarakat, masyarakat, dan akademisi, untuk mencapai hasil yang optimal dalam mencegah terjadinya stunting di Kota Kendari.
Jadi dapat kita Tarik kesimpulan bahwa Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu tentang pemenuhan gizi seimbang dengan perilaku pencegahan stunting pada balita. Karena sang ibu tidak memiliki akses terhadap makanan sehat dan bergizi seperti makanan berprotein tinggi, sehingga menyebabkan buah hatinya turut kekurangan nutrisi. Selain itu, rendahnya asupan vitamin dan mineral yang dikonsumsi ibu juga bisa ikut memengaruhi kondisi malnutrisi janin.
Stunting, yang mengacu pada pertumbuhan terhambat anak-anak di bawah usia lima tahun, merupakan masalah serius di Kota Kendari. Fenomena ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk kekurangan gizi kronis, buruknya kualitas makanan, infeksi dan penyakit, faktor sosial-ekonomi yang rendah, serta lingkungan fisik yang kurang mendukung

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun