Mohon tunggu...
sahila azmatin
sahila azmatin Mohon Tunggu... Mahasiswa - jangan perna putus asa

sukses

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Urgensi Metode Tafsir Ijmali di Era Rasulullah

29 Desember 2021   22:53 Diperbarui: 29 Desember 2021   22:55 1364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

URGENSI METODE TAFSIR IJMALI DI ERA RASULULLAH

 

Al-Qur’an adalah wahyu Allah yang di turunkan kepada Nabi Muhammad melalui malaikat jibril dan pembacanya merupakan ibadah. Al-Qur’an sebagai pentunjuk bagi manusia untuk melihat mana jalan yang benar dan salah dalam kehidupan dunia dan akhirat. Untuk bisa di terapkan dikehidupan tafsir al-Qur’an hadir  untuk memahamkan isi dan kandungan didalam Al-Qur’an. Tafsir Al-Qur’an sangat penting karna ayat-ayat Al-Qur’an ada sejak era Nabi sampai sekarang. Dalam penafsiran memiliki banyak metode yang di gunakan oleh ulama’ diantaranya metode tafsir ijmali, metode tafsir tahlily, metode tafsir muqarin, dan metode tafsir maudhu’iy. Dari semua metode tafsir tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Dalam penulisan ini akan membahas mengenai metode penafsiran di era rasulullah.

Penafsiran Al-Qur’an ada sejak zaman Rasulullah sampai sekarang. dan pada masa Rasulullah sendiri sebagai orang pertama yang menjelaskan menganai wahyu yang di turunkan oleh Allah ke dalam hatinya kepada umatnya. Karna pada masa itu tidak ada yang berani dalam menafsirkan al-Qur’an. dan Rasulullah menunaikan kewajiban sebagai al-Mufassir al-Awwal. kenapa di sebut al-Mufassir al-Awwal? Karna Rasulullah yang menerima wahyu dari Allah yang harus disampaikan dan dibacakan kepada sahabatnya serta menyuruh para khattib untuk menulisnya. Juga dimasa Rasulullah yang berhak menafsirkan ayat Al-Qur’an adalah Rasulullah sendiri. Rasulullah memahamkan Al-Qur’an kepada sahabatnya dengan global dan terperinci. 

Sahabat Rasulullah juga faham dengan Al-Qur’an karna menggunakan bahasa arab yang dimana itu bahasa mereka sendiri, meskipun begitu para sahabat tidak benar-benar faham dengan keseluruhan atau sedetail-detailnya. Sehingga disini letak Rasulullah untuk menafsirkan bahasa asing atau bahasa yang tidak dimengerti. seperti dalam Surat al-Fatihah, para sahabat tidak mengetahui makna kata yang terkandung dalam ayat: Ghair almaghdhubi `alaihim wa la al-Dhalliin, sehingga Nabi menafsirkan kata al-Maghdhub dengan kaum Yahudi, dan kata al-Dhallin dengan kaum Nashrani. Demikian contoh bagaimana Nabi menafsirkan makna kata-kata sulit yang tidak dipahami oleh para sahabatnya dengan menggunakan metode ijmali (singkat dan global).

Terus, bagaimana jika Rasulullah meninggal siapa yang akan menggantikan posisi penafsiran AL-Qur’an? ada 10 sahabat Rasulullah yang mengambil posisi dalam penafsiran Al-Qur’an salah satunnya yaitu sahabat abu bakar ashidiq, tetapi tidak hanya 10 orang tersebut ada sahabat yang turut ambil dalam menafsirkan Al-Qur’an salah satunya yaitu abu hurairah. 

Dalam penafsiran para sahabat bisa diterima oleh para ulama tabi’in dari berbagai daerah umat islam. Dan memunculkan berbagai kelompok-kelompok ahli tafsir. Selanjutnya yang meneruskan generasi tabi’ tabi’i yang dimana pada masa ini ilmu-ilmu berkembang pesat dan di ikuti masa-masa selanjutnya.

Dalam pembahasan ini mengenai metode tafsir ijmali di era Rasulullah, apakah yang dimaksut dengan tafsir dan ijmali? Tafsir dalam manna khalil al- Qathathan tafsir mengandung arti, pengetahuan atau ilmu yang berkenaan dengan kandungan Al-Qur`an dan ilmu-ilmu yang dipergunakan untuk memperolehnya, atau sebagai cara kerja ilmiah untuk mengeluarkan pengertian-pengertian, hukum-hukum dan hikmah-hikmah yang terkandung dalam Al-Qur`an. 

Sedangkan, tafsir ijmali adalah menfasirkan Al-Qur’an secara singkat dan global dengan menjelaskan dan menyampakan  setiap ayat setiap kalimat penuh dengan bahasa yang mudah dipahami, ringkas, dan bahasa gaya populer. Kenapa metode penafsiran ijmali di gunakan pada masa Rasulullah? Karna di era itu bahasa tidak terlalu menjadi penghambat bagi para Rasulullah.

Adapun langkah-langkah para mufassir dalam penafsiran metode ijmali di antaranya:

  • Membahas ayat demi ayat sesuai dengan urutan yang tertuang dalam mushaf.
  • Mengemukakan arti global yang dimaksud oleh ayat tersebut
  •  Makna yang diutarakan biasanya diletakkan di dalam rangkaian ayat (ayat diletakkan di antara dua tanda kurung, sementara tafsirnya diletakkan di luar tanda kurung tersebut) atau menurut pola yang diakui oleh jumhur Ulama dan mudah dipahami semua orang.
  • Bahasa yang digunakan, diupayakan lafaznya mirip bahkansama dengan lafaz yang digunakan Al-Qur`an (dalam bentuk sinonim).

kelebihan dan kelemahan metode tafsir ijmali adalah:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun