Mohon tunggu...
Sahilatul Ardhina
Sahilatul Ardhina Mohon Tunggu... -

mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Ilmu Komunikasi '14

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Oboer Takbir

5 Oktober 2014   05:15 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:20 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1412435686971142611

Oboer takbir

Allahuakbar allahuakbar allahuakbar laillahaillahh huallahuakbar allahuakbar walillahilham,,,3x

Tidak masalah kapan kita merayakan lebaran. Hal itu sudah menjadi hal yang biasa bagi masyarakat Indonesia. Terkadang kontroversipun sering terjadi. Berbagai perbedaan dianggap biasa, tapi kita tetap Indonesia.

Kumandang takbir yang menggema di seantero belahan dunia. Sungguh menggetarkan hati setiap insani muslim. Malam idul adha dirayakan berbeda di daerah Wonosobo. Jika biasanya didaerah lain melakukan takbir keliling dengan mobil pickup membawa segerombol orang, berbeda dengan apa yang menjadi tradisi di Wonosobo.

Anak-anak berjalan keliling desa-desa untuk mengumandangkan takbir. Ramai-ramai berbondong-bondong menyuarakan lafadz takbir. Sungguh, adekan yang terasa sakral untuk sebagian orang yang menganggap bahwa ini adalah sebuah tradisi yang sudah mendarah daging dengan dirinya. Memukul bedug membawa keliling hingga menggema.

Banyak anak-anak membawa obor keliling desa dan juga desa tetangga. Tradisi ini dilakukan sebagai bentuk menyemarakkan hari idul adha. Tidak pandang umur, dari mulai anak-anak sampai dewasa turut andil dalam acara ini. Tapi kebanyakan yang membawa obor adalah dari kalangan anak-anak. Orangtua turut mendampingi anak-anak mereka agar terjaga dari hal-hal yang tidak diinginkan terjadi.

Malam yang dingin dan gelap tidak menyurutkan semangat rombongan untuk tetap berkeliling. Lelahpun hilang jika berjalan beriringan menyuarakan takbir. Takbir keliling dengan membawa obor ini biasanya dimulai dari ba’da maghrib sampai sekitar jam 8 malam. Selesai takbir keliling biasanya anak-anak berkumpul untuk membuat tumpukan obor (seperti api unggun) yang setelah dipakai untuk takbir keliling. Sebelum dijadikan tumpukan obor, ada pula yang memainkan obornya. Sungguh saat yang mengingatkan saya pada masa kecil saya.

“Acara ini bertujuan untuk menyambut hari raya qurban, mengabarkan kepada orang akan datangnya idul adha. Sebenarnya, banyak maksud dan tujuan dari acara ini diselenggarakan. Namun, mungkin itu garis besarnyalah ” tutur salah satu pengurus masjid Al muttaqo desa krakal santren Kertek. Beberapa anak juga mengungkapkan bahwa mereka senang dengan kegiatan ini. Menurut saya sendiri hal ini adalah hal positif dan juga tentunya menanamkan sikap sosialisasi terhadap anak.

Dalam takbir keliling ini juga ada istilah nyembor. Nyembor biasa dilakukan anak laki-laki. Adegan ini bisa dibilang cukup bahaya yah. “Don’t try at home”, harusnya kata itu yang tepat jika adegan ini ditayangkan ditelevisi. Saya bilang seperti itu karena hal itu dilakukan dengan meminum bensin atau minyak tanah. Bensin atau minyak tanahnya sekedar dimasukkan dalam mulut tapi tanpa ditelan. Setelah bensin atau minyak tanah tersebut masuk dalam mulut, obor dihadapkan didepan muka tapi agak tinggi kemudian bensin atau minyak tanah tadi disemburkan ke obor yang apinya menyala tadi. Bisa dibayangkan kan bagaimana aksinya.

Tradisi takbir keliling membawa obor ini sudah bertahun-tahun dijalankan. Bahkan, dari saya masih kecil kegiatan ini sudah ada. Tapi, jika dibandingkan dengan saat saya masih kecil tentunya ada perbedaannya. Saat saya masih kecil semua masih memakai obor dari bambu yang diisi dengan minyak tanah dan ditutup dengan kain sebagai sumbunya. Karena zaman sekarang minyak tanah sudah langka jadi sebagian sekarang beralih memakai lilin yang diberi ganggang yang panjang dan botol yang sudah dibentuk sedemikian rupa sebagai pelindung lilin agar tidak mudah mati terkena angin. Ketika saya masih kecil juga suasananya lebih ramai dibanding sekarang.

Harapan saya kedepan semoga tradisi ini terus berlanjut. Jangan sampai tradisi ini hilang digerus zaman. Tradisi ini patut untuk dibudayakan. Biarpun kegiatan ini berlangsung dipedesaan tapi tradisi ini tetap milik Indonesia. Selamat hari raya idul adha. Selamat berqurban dan selamat makan daging.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun