Di ufuk senja yang mempesona, sinar jingga membelai langit yang memudar menjadi warna kebiruan. Udara sejuk menyapa dengan lembut, mengiringi langkah-langkah yang menghampiri waktu berbuka puasa. Suasana tenang terasa begitu istimewa di bulan Ramadhan yang penuh berkah.
Rumah-rumah di pinggir jalan bercahaya lembut, memancarkan kehangatan dari dalamnya. Bau masakan khas Ramadhan menguar, mengundang selera dan kerinduan akan sajian-sajian tradisional yang hanya ada di bulan suci ini. Suasana keramaian mulai terasa, terutama di sekitar pasar-pasar tradisional yang ramai oleh para pemburu takjil dan hidangan lezat untuk berbuka.
Tetapi, di balik keramaian itu, ada juga sisi tenang bulan Ramadhan yang mengundang introspeksi. Orang-orang duduk bersama di teras rumah atau di masjid, mengingat-ingat kenangan lama, merenungi perjalanan spiritual mereka, dan berdoa dengan khidmat. Suara adzan maghrib menggema, menandakan waktu berbuka telah tiba, dan hati-hati yang bersyukur memenuhi udara.
Senja di bulan Ramadhan mengajarkan banyak hal. Ia mengajarkan kesabaran dalam menahan lapar dan dahaga, mengajarkan rasa syukur atas nikmat makanan dan minuman, dan mengajarkan arti kebersamaan dalam berbagi saat berbuka bersama keluarga dan sahabat. Ini adalah waktu yang penuh berkah, di mana hati dan pikiran bersih dari hal-hal duniawi yang menjauhkan dari kebenaran.
Mungkin, di balik setiap senja di bulan Ramadhan, ada cerita dan pengalaman yang berbeda bagi setiap orang. Namun, satu hal yang pasti, kehadiran senja ini selalu menyiratkan keindahan, kedamaian, dan keberkahan yang mengalir dalam setiap detiknya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H