Mohon tunggu...
Nani Sun
Nani Sun Mohon Tunggu... -

hasil akhir bukanlah tujuan utama, tapi proses adalah pelajaran berharga untuk menjadi lebih baik. better than yesterday >_*)

Selanjutnya

Tutup

Money

Say No To Candy Exchange

4 November 2012   05:32 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:00 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkin ini hanya ada, dan hanya terjadi di Indonesia. Belanja dengan kembalian uang koin, diganti dengan permen.

Selama saya tinggal di Abu dhabi, belum pernah sekalipun saya diberi kembalian uang belanja dengan permen. Saya jadi merasa lucu, jengkel, marah dan merasa diremehkan. Entah apa yang ada dipikiran kasir dan pemilik supermarket di Indonesia. Setiap kali seorang konsumen berbelanja dan berhak atas pengembalian koin, maka yang harus diterima adalah penjelmaannya yaitu berupa permen. 

Satu permen dihargai Rp.100,-.

Satu hari saya berbelanja di Brav* Supermarket Cepu, pertama saya membayar untuk item yang saya beli, di kasir bagian dalam. Ketika saya menerima pengembalian sisa belanja saya ada permen keluar beserta uang pengembalian. Sambil menggerutu kuterima permen itu. Dalam hati saya masih bisa memaafkan, toh hanya satu permen.

Selanjutnya, saya membayar dikasir utama untuk seluruh item yang saya beli. Keterlaluan adalah ungkapan yang pantas untuk sang kasir. Dan mungkin untuk management yang menganjurkannya. Kali ini saya tidak hanya mendapatkan satu permen tapi tiga permen sekaligus. Padahal saya melihat ada banyak koin dalam lacinya.  Dalam sekali belanja saya harus menerima empat permen sekaligus. Item yang sama sekali tidak saya butuhkan.

Atau pernah satu kali saya belanja, disebuah Ind*mart. Ketika hendak membayar dikasir terpampang tulisan cukup jelas "MAAF KOIN ANDA KAMI GANTI PERMEN". Beruntung saya tidak mendapat kembalian permen. Tapi seorang sebelum saya, keluar dengan manyun dan marah-marah karena dia dipaksa menerima empat permen sekaligus. Sambil terus memaki akhirnya toh dia terus pergi juga. Memprihatinkan!!!! Sungguh terlalu!!!!

Bagi saya, jumlah uang mungkin tidaklah terlalu penting, tapi penghargaan yang saya terima sebagai customer terabaikan. Dan ini adalah bentuk pemaksaan pembelian. Dimana seseorang dipaksa membeli permen, sedang konsumen tidak membutuhkan. Anda bisa membayangkan jika anda  belanja di supermarket seminggu dua kali saja dalam sebulan, bisa jadi permen anda akan terkumpul banyak.

Lalu jika anda dijalanan anda membutuhkan koin, apa akan anda ganti dengan permen juga? Atau barang kali bias membayar parkir dengan permen? Membayar toilet umum dengan permen? Atau menyantuni peminta-minta dengan permen?

Untuk para pengelola minimart, supermart, dan lain lain, alangkah baiknya anda memikirkan kebijakan anda lagi, hargailah koin Indonesia, dan hargailah konsumen anda.

Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun