Sepenggal nikmat yang tentu dirasakan hampir semua pekerja migrant di Timur Tengah. Seorang lelaki muda baru saja mengetuk pintu rumahnya. Panas matahari masih membekas dikening dan mukanya. Keringat masih nampak bercucuran tatkala seorang istri yang parasnya juga tak terlalu jelita, tapi mampu menghapus lelah dibadan dan kepalanya. Setelah seharian bekerja berjibaku dengan panas dan pasir. Segelas air tersaji dalam gelas yang tak lagi bisa dibilang bening. Untuk menghilangkan bekas panas yang masih setia menempel di mukanya, dibasuh muka dan tangannya dengan air kran. Meski begitu tetap saja yang mengalir air yang panas. Musim panas benar-benar tak menyisakan sejuk sedikitpun. Padahal dia menginginkan air dingin yang mengalir menyejukkan. Tidak lama setelah seluruh prosesi pulang kerja selesai, dia duduk di kursi makan yang hanya tersisa dua, itupun telah patah sebelah kakinya, dan hilang busanya. Sambil menikmati sajian air dingin dari istrinya, dia duduk memperhatikan sang istri menuangkan nasi dan temen-temennya kedalam piring. Sesaat lelaki muda penuh semangat itu termangu memperhatikan piringnya. Â Sepiring nasi lengkap dengan temen-temennya. " Beras ini diimport jauh dari Australia. Ayamnya dari Brazilia. Telurnya dari Saudi Arabia. Santannya dari Malaysia. Ikannya dari perairan laut Abu Dhabi. Sayurannya didatangkan dari Thailand dan Afrika. Bumbu-bumbunya berasal dari daratan China dan India. Diolah dengan menu spesial dari resep tradisional Indonesia, yang menghasilkan cita rasa sangat tinggi dan menggugah selera". Lengkap sudah seluruh dunia bersatu dalam satu piring. Berbaur menjadi satu, tak ada amarah dan peperangan. Berbeda tapi damai. Bercampur saling melengkapi memberi aroma dan rasa: manis, asin, pedas. Andaikan manusia didunia ini bagai sepiring nasi dan temen-temennya. Tak ada kepentingan dan ambisi jahat. Tak ada rasa ingin menguasai. Hanya kepentingan humanity, maka akan damai dan tentramlah dunia ini. Sepiring nasi dan teman-temannya ini bagai harapan dunia yang masih menjadi mimpi bagi semua penghuninya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H