Pagi baru menyingsing, matahari pun baru seperempat perjalanannya menerangi bumi dengan cahayanya. Tapi Sofi sudah cemberut dan bermuram durja.........
"Kamu itu kenapa?? Pagi-pagi kok sudah ndak sedap begitu dilihatnya "tanya Komala teman sekantornya"
" Ndak papa"
"Ndak papa gimana, lihat tuch wajah kamu memancarkan aura yang tidak enak dipandang. Ada masalah di rumah? Kalau ndak keberatan aku siap kok mendengarkannya. Bukankah selama ini kita saling berbagi?? Sekalian kita sarapan bareng, kebetulan aku masak nasi goreng spesial pagi ini. Toch temen-temen juga masih belum datang."
"Iya.......gimana ndak marah coba hanya karena hal sepele saja, suamiku marah-marah dan kata-katanya kalau lagi marah itu lho yang bikin merah telingaku"
"Ada apa sebenarnya. Kalau suami marah, itukan biasa, mungkin itu ungkapan perhatian dan cintanya kepadamu agar kamu lebih baik melayaninya"
"Cinta............??? Benarkah suamiku cinta padaku "gumam Sofi lirih
"Ya iyalah Cinta. Gimana ndak cinta coba, dia telah mendampingimu sampai ada anak-anak lahir diantara kalian. Kamu itu gimana sich, kok masih tanya suamimu cinta apa ndak ke kamu???"
"Aku ndak pernah mendengar kata itu diucapkan oleh suamiku" bela Sofi
" Ndak pernah??? Tanya Komala dengan bingung. Ndak pernah sama sekali atau ndak pernah lagi???
" Tidak pernah sama sekali"