Mohon tunggu...
SEM SUSILO
SEM SUSILO Mohon Tunggu... -

www.sahampemenang.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Novie Amalia dan Pecandu Saham

17 November 2012   14:40 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:10 614
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aksi ugal nekad Apriani Susanti masih belum berlalu dari ingatan kita, kini kita disuguhkan aksi baru dari nekader Novi Amalia. Syukurlah tidak ada korban jiwa, namun dari peristiwa ini kita belajar bahwa, kecanduan pada hal apapun adalah tidak baik. Imajinasi liar dari efek kecanduan akan menjadi jembatan penyeberang dari kawalan akal sehat menuju rana aksi irasionalitas. Sebagaimana yang kita saksikan, aksi nekad Novi Amalia setelah mengkonsumsi narkoba (kecanduan), beliau berani "membuka" apa yang seharusnya tidak dibuka dan menabrak apa yang seharusnya tidak ditabrak. Lantas apa korelasinya dengan dunia investasi saham ? Kecanduan di dunia saham kita kenal dengan istilah overtrading atau dalam bahasa sederdananya kita namakan saja supersibuk transaksi (trader supersibuk). Sikap supersibuk transaksi (termasuk memburu rumor 7 hari/minggu 24 jam/hari) ini kalau tidak segera diturunkan derajat intensitasnya akan membawa kita pada suatu situasi dimana saham akan 'menguasai' keseluruhan waktu, pikiran dan energi kita, alias menjadi PECANDU saham. Probabilitas resiko menjadi semakin tinggi ketika kita tidak mempunyai pemahaman yang baik akan apa yang sedang kita lakukan. Dan tanpa kita sadari ternyata biaya kecanduan saham yang harus kita bayar sangat mahal. Selain biaya kerugian material, biaya waktu, biaya sosial, biaya kesehatan dan ada satu biaya yang sangat mahal yang harus kita bayar, yaitu biaya psikologis. Sikap supersibuk transaksi akan menyimpangkan segala strategi investasi yang terbaik sekalipun, dan pada gilirannya akan merembet pada pendestruksian bangunan psikologi kehidupan kita. Psikologi kehidupan (gambar diri) yang rusak adalah bagian dari pelatuk aksi-aksi IRASIONAL. Pengalaman saya yang sudah satu setengah tahun mengkomandani Komunitas InvestorPemenang dan sudah tiga tahun menahkodai blog SahamPemenang pada kenyataannya masih banyak menjumpai sahabat yang kecanduan saham. Ada yang stress atau tangannya gatel karena tidak bisa menahan diri untuk tidak bertransaksi padahal situasi market saat itu berkadar resiko sangat tinggi, ada yang merasa kurang puas kalau tidak memakai margin (amunisi pinjaman), ada yang merasa kurang lengkap kalau keranjang kolektornya belum terpenuhi puluhan saham, ada juga yang ngileran pada volatilitas hamgor (saham gorengan), ada yang bergabung pada puluhan group obrolan, ada yang menjadi "penunggu" running trade dan ada yang membeli saham seperti memborong sayur di pasar. Kondisi kerentanan psikologis tersebut pada akhirkan akan mengkonstruksi keberanian-keberanian tanpa fondasi seperti aksi BON (buy on nekad), BOR (buy on rumor) dan BOM (buy on monas).Sahabat investor pemenang, bukankah kepemenangan kita di dunia investasi saham pada akhirnya di ukur dari kemampuan kita mendulang profit secara berkelanjutan, bukan pada kemenangan-kemenangan temporar tanpa dasar yang jelas ? Dan bukan pula pada kesupersibukan transaksi atau pada koleksi sekeranjang saham ?? Masih bisakah kita FOKUS kalau sekaligus membuka puluhan front pertempuran ??? investor (kita bukan pedagang/trader tapi kita adalah investor), saatnya berani mengambil satu langkah besar (komitmen) untuk mentransformasikan diri dari perangkap segala kesupersibukan dan ketercanduan yang sebenarnya bukan hanya tidak perlu tapi justru memundurkan kita untuk menjadi Sang Pemenang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun