" Siapa kamu?" Dia bangkit dari tidurnya.
" Satu-satunya orang yang mengenalimu." Senyuman lelaki itu mengingatkannya pada wawan teman SMPnya.
"Wawan?"
Lelaki itu mengangguk. "Aku santri bapakmu. Kamu pasti ingat saat pengajian dulu, aku selalu datang terlambat."
"Ya" Jawabnya datar. "Aku mengira sudah tidak seorangpun mengenaliku."
" Masih banyak yang mengenalimu di sini. Mereka biasanya sengaja membuang makanannya yang masih bagus ke dekat tempat sampah agar dapat kamu makan."
"selesai makan, aku harus segera meninggalkan tempat ini."
" Sebentar, aku tidak bermaksud mengusirmu. Aku hanya ingin memastikan bahwa kabar tentang kegilaanmu itu tidak benar."
"Untuk apa?"
" Sepeninggal bapakmu, kami semua kehilangan panutan. Kami kehilangan orang yang dapat mengingatkan kami."
" Aku tidak peduli."