" Dalam file suara, terdapat suara lukman yang memberi tahu Bahri mengenai kasusmu. Di dalam file suara lainnya, terdapat pembicaraanmu melalui telpon dengan lukman untuk menjadikan Gita sebagai kambing Hitam atas kasusmu. Aku minta ijin untuk membawa Gita keluar paman." Gatra kemudian menarik tangan Gita dan membawanya keluar ruangan.
Hendi membatu. Dia merasa tidak mampu lagi berbuat banyak. Dia merasa tidak mampu lagi menyampaikan sepatah katapun. Namun dia perlu menjelaskan sesuatu pada Zaid. " Id. Semua itu tidak benar."
" Aku tidak peduli dengan kebenarannya. Aku hanya ingin membawa Gita. Jika saja kamu menghalanginya, kamu lebih tahu akibatnya dari pada aku sendiri." Zaid berdiri. " Owh iya, bukan aku yang memberi tahu bahri mengenai kasusmu tetapi aku yang memintanya untuk memperingatkanmu."
"Id, tunggu. Bagaimana dengan perusahaan jepang itu?" Hendi ingin menunda kepergian Zaid.
" Bukankah kamu telah memainkannya bersama dengan Mabrur, Lukman, Wardi dan Tatik?" Zaid menyindirnya. " Mungkin siang ini, penduduk kampung Sandang akan datang ke sini sekitar seribu orang dan menanyakan tentang penyelesaian Jembatan yang pengerjaannya baru 70% itu. Begitupun dengan Kampung Sambi yang akan menolak untuk menjual tanah dengan harga rendah ke Tatik, itu mereka sudah pada datang. Aku pamit dulu."
" Kamu benar-benar ..." Suara Hendi terputus yang kemudian diikuti dengan suara gelas jatuh dari meja.
Zaid terus berjalan tanpa menghiraukannya sambil mencabut kamera yang telah dipasang Gatra di balik pintu untuk merekam pembicaraannya dengan Hendi.