Mohon tunggu...
S A Hadi
S A Hadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Sholikhul A Hadi

Happy is the people whitout history

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tidak Bermuka

21 April 2019   09:00 Diperbarui: 21 April 2019   09:20 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Tidak ada." Sebenarnya dalam pikiran Hendi, telah muncul beberapa nama lain yang mungkin melakukan itu. Tetapi Hendi tidak ingin membuat sahabatnya itu kecewa. Dia ingin menunjukkan loyalitasnya pada sahabat kecilnya itu.

" Aku ingin membawa anakku pergi ke kota. Dia sudah cukup belajar bersamamu. Aku butuh penerus untuk mengelola usahaku. Sudah cukup lama keluargamu menjaganya selama ini. Mungkin Gita akan bahagia, jika pada akhirnya harus bertemu dengan Kakaknya yang selama ini tidak pernah menemuinya. Terima kasih." Zaid tidak mendengarkan penjelasan Hendi. "Aku tidak ingin kamu dijadikan kambing hitam oleh pamanmu saat kasus Jembatan Sandang menjadi tidak terkendali."

" Hentikan tingkahmu itu Id." Bentak Hendi. " Sudah kami jelaskan bahwa Gita menjadi Hak keluargaku. Hakmu hanya membesarkan Gatra."

" Bahkan kamu sendiri tidak dapat menjamin keselamatan anakku. Begitupun kamu tampak ingin main aman sendiri. Kamu tidak menyebutkan mitramu dalam proyek itu malah kamu menuduhku sebagai pelapor atas penyelewenganmu itu." Zaid menahan diri.

" Mereka tidak akan mampu bermain secantik itu. Mereka tidak akan membuat laporan kepada BPK dengan tanpa sepengetahuanku." Hendi membentak.

Ruangan menjadi hening saat Hendi dan Zaid saling bertatap mata. Gita sendiri pikirannya masih disibukkan oleh sesuatu yang ingin dilakukannya dan sesuatu yang tidak ingin diterimanya. Jauh dalam dirinya, Gita lebih suka menganggap Zaid sebagai atasannya katimbang ayahnya. Dan dia baru terpikirkan bahwa mungkin dua orang santri yang mengikutinya saat pengajian semalam itu bukan untuk meminta uang. Dia melihat Ibu nyai yang memandanginya dari kejauhan.

Seorang pemuda berbadan tegap memasuki ruangan itu dengan tanpa mengetuk. Dia berjalan dengan sangat tenang. Gita segera mengenali lelaki itu ketika dia tersenyum. Wajah dan senyum sama yang selama ini menyertainya di setiap kunjungannya bersama Hendi. Dialah lelaki yang berada di warung kopi malam itu saat Gita dan Hendi jalan kaki ke rumah Bahri.

" Perkenalkan Git, dia Gatra. Saudara kembarmu." Zaid memperhatikan mimik wajah Gita yang tampak kebingungan. " Kalian terpisah sejak usia enam bulan. Saat itu, aku harus menceraikan ibumu dan mengambil hak asuh atas Gatra." Zaid menjelaskan.

Keduanya saling berpelukan. Hendi masih kebingungan dengan kasus proyek itu ditambah lagi dengan reuni keluarga kecil yang tidak pernah dibayangkannya. "Akhirnya kita bertemu juga Tra." Hendi mencoba menguraikan kebingungannya.

" Dalam Flash disk ini, semua data proyek paman dan mitra paman tersimpan. Di dalamnya juga terdapat data yang dicurigai oleh BPK dan dasar kecurigaannya." Gatra tersenyum.

Hendi mengambil flash disk itu dan menancapkannya ke komputer jinjingnya. " Kamu cepat sekali mengetahui semua ini. Kamu memiliki bakat yang di miliki bapakmu Tra dan Gita memiliki kecantikan dari ibunya."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun