Mohon tunggu...
S A Hadi
S A Hadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Sholikhul A Hadi

Happy is the people whitout history

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tidak Bermuka

21 April 2019   09:00 Diperbarui: 21 April 2019   09:20 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

" Betul pak. Andai saja bapak pulang ke sini, mungkin pesantren Al Jami' akan semakin maju. Owh iya, saya ijin pamit dulu pak." Pamit Sugiono. " Saya ingin melanjutkan agenda saya."

" Baik" Zaid berdiri sambil menempelkan mulutnya ke telinga Sugiono. " Aku minta tolong jangan bilang saudara-saudaraku kalau aku ada di sini."

Sugiono menganggukkan kepala tanda mengerti. Gita mendengar bisikan itu dan dia mengetahui bahwa keduanya tampak memiliki hubungan yang cukup dekat. Gitapun baru tahu jika masjid Jami' yang semalam dikunjunginya itu merupakan Masjid milik keluarga Zaid. Masjid yang berada di komplek pesantren Al Jami'.

Gita memperharikan rombongan kepala dinas itu keluar dari ruangan dan berjalan menuruni tangga. Dari pembicaraannya, sayup-sayup Gita mendengarkan pembicaraan mereka.

" Itu si Zaid yang dulu berhasil memenjarakan Bupati Ahyar. Orang sekuat Ahyar saja dilibasnya, apalagi Hendi yang baru kemarin tampil di sini." Ujar salah satunya.

" Mungkin dia ingin menggulingkan Hendi atau dia ingin menjadi wakil Hendi pada periode depan." Jawab lainnya.

Mengetahui itu semua, Gita merasa pengetahuannya sangat rendah tentang Zaid. Orang yang setiap hari  berkomunikasi dengannya dan bahkan memperkerjakannya. Dia ingin lebih mengenal Zaid, sosok yang sejak pagi itu menjadi Idolanya. Dia ingin tetap duduk di sampingnya dan bertanya banyak hal tentang keseharian Zaid.

Ketika Gita masih menyusun pertanyaannya untuk Zaid. Tiba-tiba Zid berdiri dan menjulurkan tangannya. " Aku masuk dulu. Ingat, apapun yang terjadi di dalam harus tetap menjadi rahasiamu. Aku ingin mengajakmu masuk bersamaku menjadi saksi pertemuanku dengan Hendi."

Gita tidak kuasa menolak permintaan itu. Meskipun dalam batinnya, dia masih belum layak menjadi seorang saksi atas pertemuan dua orang yang sama misteriusnya itu. Dia berjalan mengikuti Zaid dengan tanpa semangat.

" Mengapa kamu ajak anak itu masuk?" Hendi membentak.

" Biarlah, aku ingin dia menjadi saksi pembicaraan kita pagi ini. Aku ingin menjamin bahwa diantara kita berdua tidak akan terjadi perselisihan yang panjang. Aku tidak ingin bermusuhan denganmu lagi." Zaid duduk tepat dihadapan Hendi. " Kamu duduk di sini Mbak." Perintahnya pada Gita menunjuk sebuah kursi di sampingnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun