Dalam waktu kurang lebih setengah jam, Gita memperhatikan orang yang selama ini menghubunginya. Orang yang selalu menanyakan kabar pimpinanannya. Hampir tiap hari dia bertelepon dengannya. Bahkan menurut keterangan banyak orang, pekerjaan yang sekarang dijalaninya merupakan hasil dari rekomendasi orang itu. Gita memberanikan diri untuk duduk di samping lelaki itu dan mengucapkan terima kasihnya. "Pak, Saya benar-benar berterima kasih atas kesempatan yang bapak berikan." Tangan Gita bergetar.
"Owh, untuk apa?"
" Bapak telah memberikan saya pekerjaan."
" Kamu memang pantas mendapatkannya mbak. Bukan pula karena saya."
Kepala dinas itu telah keluar dari ruangan Hendi dan nampaknya mereka mengenal Zaid dengan sangat baik. Mereka memberikan hormat dengan merundukkan kepalanya dan menyapa Zaid.
"Apa kabar pak?" Kata salah seorang dari mereka.
" Baik." Jawab Zaid datar.
" Sampean tidak mampir pesantren Al Jami' Pak?" tandasnya.
" Sepertinya tidak. Aku harus segera kembali ke Ibu Kota siang ini." Jawab Zaid.
" Wah, sayang sekali pak. Bapak masih ingatkan siapa saya?" Tanyanya kembali.
" Sugiono bukan? Santrinya abah. Dulu sampean yang sering datang ke ibu kota dan meminta agar saya kembali kesini." Zaid merundukkan kepalanya member hormat.