Mohon tunggu...
S A Hadi
S A Hadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Sholikhul A Hadi

Happy is the people whitout history

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tidak Bermuka

21 April 2019   09:00 Diperbarui: 21 April 2019   09:20 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar diambil dari .saatchiart.com/art

Hendi tidak menyangka kabar semacam itu sampai ke telinga Bahri terlebih dahulu katimbang dirinya. Dia merasa sesuatu yang tidak wajar telah terjadi. " Kamu tahu dari mana kabar itu Ri?"

" Seseorang telah meneleponku dan memintaku untuk memperingatkanmu." Bahri berdiri dan meninggalkan ruang tamu.

Hendi mengikutinya di belakang. " Siapa dia?"

" Dia hanya nitip pesan, agar kamu berhati-hati dan fokus saja pada perjuanganmu." Bahri memeluk Hendi. " Baliklah, kamu perlu koordinasikan semuanya pada pengusul proyekmu agar masalahnya tidak membesar!" Ucap Bahri dengan nada setengah memerintah.

Hendi kembali dengan perasaan yang tidak tentu. Dia merasa aura kekecewaan yang mendalam dari Bahri atas apa yang terjadi. Dia selalu terbayang oleh wajah muram Bahri saat memintanya balik. Tetapi dari pesan yang disampaikan Bahri, Hendi mencurigai Zaid lah orang yang berada di balik semua ini. Orang yang memberikan informasi kepada Bahri tentang proyek jembatan itu.

Keesokan paginya, Gita berada di meja kerjanya, di samping pintu masuk ruangan Hendi ketika seorang lelaki dengan rambut acak-acakan dan mengenakan kaos berkerah warna biru itu datang ke kantor Hendi.

" Mbak Gita, Pak Hendi ada di dalam?" Ucap lelaki empat puluhan tahun itu sambil tersenyum.

" Masih ada tamu pak, dari kepala dinas. Mungkin bapak bisa menunggu di sini. Owh iya, bapak siapa namanya?"

"Zaid."

" Pak Zaid?" Gita memperhatikan penampilan lelaki yang mengenakan sandal jepit itu. Dia tidak menemukan sama sekali aura menakutkan atau berwibawa sebagaimana yang selama ini membuat pimpinannya takut. " Mau minum apa pak? Kopi apa teh?"

" Owh, teh boleh Mbak."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun