Mohon tunggu...
S A Hadi
S A Hadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Sholikhul A Hadi

Happy is the people whitout history

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tidak Bermuka

21 April 2019   09:00 Diperbarui: 21 April 2019   09:20 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar diambil dari .saatchiart.com/art

Sementara itu, Hendi mencoba mengingat tokoh terdekat yang dapat dikunjunginya. Tiba-tiba saja seorang tokoh agama menelponnya dan memintanya untuk mampir di rumahnya.

" Hei pak Hendi, kabarnya bapak habis menghadiri pengajian dari masjid Jami'?" Kata tokoh itu.

" Betul Pak Bahri, Bolehkah saya sowan ke Bapak? Mumpung saya lewat daerah rumah bapak?"

" Silahkan pak. Saya tunggu di rumah pak."

Instruksipun langsung diterima oleh sopirnya. Dia kemudian memparkirkan mobilnya di dekat warung kopi 77 yang ada di jalan masuk gang. Beberapa orang yang berkumpul di warung kopi memperhatikan dua mobil alphard yang terparkir di sebelahnya. Mereka segera berlari merapat ketika mengetahui bahwa yang berada di dalam mobil itu adalah Hendi. Mereka berebut untuk mendapat kesempatan bersalaman dan berfoto.

Gita perhatiannya tertuju pada seorang lelaki yang masih berdiam diri di warung saat yang lainnya berebut salam kepada Hendi. Gita merasa bahwa wajah dari lelaki itu sangat familiar. Tetapi Gita tidak menemukan momen dirinya bersama dengan lelaki itu.

Gita pura-pura tidak memperhatikan lelaki itu. Tetapi setelah dia bersama rombongannya memasuki gang, Gita segera mengenali lelaki itu. Dia orang yang sering kali ditemuinya saat keluar bersama dengan Hendi. Mungkin sudah lebih dari sepuluh kali atau bahkan dua puluh kali menyaksikan lelaki itu sejak dia bekerja bersama Hendi enam bulan lalu.

Hendi telah sampai di rumah tokoh Bahri, orang yang pada pemilu sebelumnya masuk dalam anggota tim suksesnya. Bahri termasuk orang yang loyal, dia sama sekali tidak merubah pilihannya walaupun sudah lebih dari empat tahun dirinya mendukung pemerintahan Hendi. Mengetahui Gita yang masih canggung padanya, Bahri segera menggodanya sambil menyodorkan Jus Jeruk. " Jus Jeruk mbak. Tapi jangan gee r ya?"

Gita bingung maksud Hendi, " Maksudnya pak?"

" Ya Just Jejer Wong Ayuk mbak. Atau Hanya duduk disamping orang yang sangat cantik mbak. Jejer itu berarti duduk bersebelahan mbak." Bahri menjelaskan.

Semuanya tertawa mendengar candaan itu. Namun kemudian ruangan itu menjadi hening ketika Bahri mulai berbicara dengan nada yang cukup rendah. "Aku mendengar kasak-kusuk tentang pembangunan jembatan kampung Sandang. Kabarnya nilai proyek yang kamu setujui lebih tinggi dari yang seharusnya. Badan Pemeriksa Keuangan telah memeriksa semua laporan proyek itu."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun