Mohon tunggu...
S A Hadi
S A Hadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Sholikhul A Hadi

Happy is the people whitout history

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tidak Bermuka

21 April 2019   09:00 Diperbarui: 21 April 2019   09:20 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar diambil dari .saatchiart.com/art

" Alhamdlillah, sesuai yang kita harapkan. Foto Pak Bupati telah tersebar di Internet. Semua memberikan komentar yang positif." Gita terdengar senang. " Tetapi aku harus mengeluarkan uang tambahan kepada Panitia. Mereka terus saja mengikuti kami."

" Ya Sudah tidak apa, yang penting mereka menjamin dukungannya ke Kita pada pemilu mendatang." Zaid diam. " Tolong berikan telponnya ke Hendi."

Gita menyodorkan gawainya pada Hendi, "Pak, ini ada Pak Zaid mau bicara dengan bapak."

" Id, kamu ada masalahkah?" Kata Hendi saat membuka percakapan.

" Begini, tadi utusan dari perusahaan itu datang menemuiku. Mereka ingin kita membantunya dalam perijinan dan pembebasan lahan." Zaid bingung saat ingin melanjutkan bahwa dia telah menerima permintaan mereka.

" Kau tidak menolaknya kan?" Hendi tertawa.

" Kita membutuhkan banyak modal untuk memperbaiki daerahmu. Aku menerimanya." Zaid menarik napas dalam. " Aku akan mengurusnya. Kamu sekarang temui saja tokoh terdekat yang kamu lalui tanpa membuat janji. Kamu turun satu kilo meter dari rumahnya dan berjalan memberikan salam kepada warga-warga di sekitarnya. Selebihnya, biar aku yang urus." Zaid menutup telponnya.

" Sebenarnya, beberapa orang telah menemuiku dan mengaku sebagai utusan orang perusahaan." Hendi tidak sengaja menceritakan sesuatu yang telah lama dipendamnya.

"Siapa itu?" Zaid kaget.

" Mabrur, dia memaksaku agar menandatangi ijin pendirian pabrik. Dia bilang kalau kabupaten kecil semacam tempatku ini membutuhkan sebuah pabrik untuk mengurangi beban pengangguran yang mungkin dapat memperburuk citraku." Hendi menarik napas dalam sebelum akhirya terdengar nada putus pada gawainya. Hendi merasa lega karena Zaid tidak memperpanjang masalah ini.

Zaid kembali membuka gawainya. Dia mengetikkan beberapa kalimat di grup whatsapp nya. Beberapa orang mengkomentari postingnya dengan tanda jempol. Zaid kemudian menelepon Bahri. " Halo, Ri. Hendi sepertinya akan melewati rumahmu. Barangkali bisa dipercantik tentu akan sangat menarik.                                                                                                                                                                                                                                                                           

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun