Satu juta jiwa masyarakat Indonesia memiliki masalah yang sama terhadap kemauan dalam menjaga lingkungannya. Hal ini menjadi tugas yang sangat penting bagi setiap manusia yang ada di Indonesia. Salah contoh dari perilaku tersebut adalah gundukkan sampah yang terus menjulang tinggi.Â
Penyebab utamanya adalah tidak tersedianya tempat penampungan sampah sementara di sekitar kawasan Jl. Dr. Mansyur Gg. Sehat, jumlah tempat sampah yang kurang menunjukkan jati diri bangsa yang lebih mementingkan kekayaan diri sendiri dibanding kesehatan lingkungannya.
Ketakutan akan terus menghantui, terutama ketakutan akan hilangnya kualitas kesehatan masyarakat, tentu saja dipengaruhi oleh rusaknya lingkungan sekitar. Lingkungan di kawasan itu kebanyakan merupakan kos-kosan dan rumah kontrakan, serta rumah bagi para pengungsi dari negara lain. Hal ini menunjukkan kurangnya kesadaran dari penduduk yang mayoritasnya bukan merupakan masyarakat tetap dari lingkungan tersebut.Â
Rawa-rawa di kawasan tersebut merupakan target utama tempat pembuangan sampah masyarakat sekitar. Perbuatan ini dilandasi oleh tidak adanya tersedia tempat penampungan sampah sementara yang disediakan pemeritah.
Apabila hal ini terus berlanjut maka dapat dipastikan bahwa warga di kawasan tersebut akan terus mengulangi perbuatan, perbuatan yang terlus berlangsung tanpa adanya perubahan pasti akan membentuk identitas dari warga tersebut.
Yah... identitas sampah masyarakat sendiri bukan lah suatu penghinaan, tapi suatu deskripsi dari warga sekitar kawasan Jl. Dr. Mansyur Gg. Sehat yang terus-menerus membuang sampah (limbah rumah tangga di pinggiran rawa-rawa). Hal ini diperburuk dengan adanya penimbunan badan rawa untuk diperuntukkan menjadi perumahan.Â
Kemudian terbesit lah sebuah pertanyaan "Kemana kah semua air yang ada di rawa-rawa tersebut pergi?" disini pertanyaan tersebut dapat dijawab dengan bukti bahwa setiap terjadi hujan deras berdurasi lama akan mengakibatkan banjir yang dapat merendam jalan di sepanjang Jl. Dr. Mansyur Gg. Sehat.
151201075
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H