Mohon tunggu...
Bonano Yogi
Bonano Yogi Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Sayatan Hitam Paru-Paru Masyarakat Medan

16 Maret 2018   00:36 Diperbarui: 27 Maret 2018   16:19 521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kemacetan yang terjadi di kawasan Medan (dokumentasi pribadi)

Kebutuhan primer dan sekunder kini bukan lagi patokan akan selera masyarakat. Masyarakat lebih mementingkan "status sosial" sebagai bagian paling menentukan dalam kehidupan selanjutnya. 

Tidak heran jika setiap orang yang ada di Kota Medan memiliki kendaraannya masing-masing. Dengan dalil bahwasanya kedaraan dapat mempermudah pekerjaan, masyarakat medan terus memperbaharui dirinya dengan nafsu besar dalam memiliki kendaraan pribadi. Produsen otomotif juga tidak mau kalah, berbagai jenis kendaraan pun disesuaikan dengan nafsu masyarakat, sehingga masyarakat dapat terbuai dengan berbagai kemolekan kendaraan tersebut. Tidak salah, semua itu adalah hak konsumen.

Kuat, kuat, menguat, pajak bukanlah lagi halangan. Pajak bermotor yang harusnya untuk lingkungan entah kemana menghilang. Kendaraan bertambah, hutan berkurang. Polusi dimana-mana, paru-paru yang dulu sesak kini mulai terbiasa. Terlihat tenang namun telah berukirkan sayatan hitam yang sangat berdampak. Bagi "orang kekal" polusi bukanlah masalah, kan ada AC pikir mereka. Lalu bagaimana dengan orang-orang pinggiran? Akankah ada tersisah udara segar yang dapat dihirup? Jawabannya ada pada waktu.

(dokumentasi pribadi) Polusi dari kendaraan bermotor di salah satu kawasan Universitas Sumatera Utara
(dokumentasi pribadi) Polusi dari kendaraan bermotor di salah satu kawasan Universitas Sumatera Utara
Asap kendaraan mulai mendominasi dalam paru-paru di siang-malam hari masyarakat kota Medan. Tanpa sadar mereka terlihat bangga menghirup asap yang dapat membunuh secara perlahan tersebut. Ditambah lagi dengan kepadatan penduduk di kota Medan yang kebanyakan masyarakatnya memilih untuk merokok. 

Selain berbahaya buat diri sendiri rokok sangat merugikan orang lain dan lingkungan. Namun himbauan "merokok dapat membunuh mu" hanyalah isapan jari semata. Bukannya berhenti mereka malah menjadikannya sebagai kebutuhan utama.

(dokumentasi pribadi) Banyaknya puntung rokok yang bertebaran di perumahan warga Medan
(dokumentasi pribadi) Banyaknya puntung rokok yang bertebaran di perumahan warga Medan
Selain polusi dari kendaraan bermotor dan rokok, "AC" ternyata lebih bertanggung jawab akan menipisnya ozon di bumi ini. Freon tergolong dalam CFC (Chloro Fluoro Carbon). CFC adalah senyawa yang organik yang mengandung karbon, klorin, dan fluorin, diproduksi sebagai volatile turunan dari metana dan etana. Freon tidak berbahaya untuk kesehatan jika hanya dalam konsentrasi kecil atau rendah, tapi sangat berpengaruh pada orang yang berjantung lemah karena dapat menyebabkan aritmia jantung (detak jantung tidak teratur) dan akan menyebabkan jantung berdebar pada kondisi tinggi. Freon juga digunakan pada lemari pendingin (kulkas).

(dokumentasi pribadi) Jumlah AC pada satu rumah di kawasan Medan
(dokumentasi pribadi) Jumlah AC pada satu rumah di kawasan Medan
Sebagai masyarakat yang baik harusnya kita lebih memperhatikan kesehatan pribadi dan lingkungan, sehingga tidak menjadi beban bagi anak-cucu kita nanti. Banyak dari masyarakat kota Medan yang belum mengerti ataupun pura-pura tidak tahu akan dampak polusi yang secara tidak sadar sangat merugikan. Kita sebagai masyarakat yang baik harus menjaga lingkungan kita dengan mengurangi konsumsi barang penghasil polusi. 

Dan juga pajak kendaraan ataupun barang lain yang merujuk pada pajak lingkungan harusnya difokuskan untuk pengembalian hutan yang telah dirusak. Besar harapan bagi pemerintah agar dapat berindak tegas mengatasi hal tersebut. Salam konservasi.

151201075

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun