Mohon tunggu...
Agung Prasetyo
Agung Prasetyo Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

menulis adalah lentera jiwaku...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengembalikan Kesaktian Pancasila

2 Oktober 2012   18:16 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:21 1117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

sudah menjadi tradisi di setiap tanggal 1 oktober bangsa ini memperingati hari kesaktian pancasila. Tanggal 1 oktober dianggap sebagai hari yang sakral bagi perjalanan bangsa ini. Dalam sejarah, tepat tanggal 1 oktober negeri ini diguncang oleh sebuah gerakan yang menamakan dirinya “gerakan 30 september” lebih dikenal dengan G30S yang “berhasil” menumpas putra-putra terbaik yang pernah bangsa ini miliki. Enam jendral dan satu perwira pertama tewas. 6 jenderal yakni Letjen TNI Ahmad Yani, Mayjen TNI R Suprapto, Mayjen TNI MT Haryono, Mayjen TNI Siswondo Parman, Brigjen TNI DI Panjaitan, Brigjen TNI Sutoyo Siswomiharjo dan Lettu Pierre Tendean yang disinyalir dibunuh oleh PKI dan jasadnya dibuang di salah satu kawasan yang kini dikenal dengan lubang buaya. Peristiwa tersebut adalah salah satu dari sekian banyak peristiwa yang menjadi catatan kepedihan historis bangsa ini.

Mengapa tanggal 1 oktober?. Pertanyaan ini seringkali melayang dalam pikiran penulis, dan mungkin juga pertanyaan ini pernah hadir di pikiran pembaca. Menurut catatan sejarah, tanggal satu oktober dijadikan hari kesaktian pancasila karena Tanggal 1 oktober lah momen dimana pada saat itu Mayjen Soeharto bergerak untuk menumpas sebuah gerakan yang dinamakan G30S. dalam sebuah artikel yang penulis baca di http://www.scribd.com/doc/27115423/Kesaktian-Pancasila pada hari senin pukul 23.12, dituliskan

Dini hari tanggal 1 Oktober 1965 gerombolan G30S/PKI menculik 6 orang pejabat teras TNI AD dan seorang perwira pertama. Mereka membawa para perwira itu ke desa Lubang Buaya dan menawan mereka di sebuah rumah yangbernama rumah penyiksaan. Di rumah ini tubuh mereka dirusak dengan benda-benda tumpul dan senjata tajam, seperti senapan, pisau, dan benda-bendalainnya sehingga tubuh mereka rusak.Penyiksaan dan pembunuhan itu dilakukan oleh anggota Pemuda Rakyat(PR), Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani) dan ormas-ormas PKI lainnya. Sesudah disiksa para korban dilemparkan dalam sumur tua yang sempit.

Pertama jenazah Jenderal Pandjaitan, Jenderal A. Yani, Jenderal M.T. Haryono, Jenderal Sutoyo, Jenderal Suprapto yang diikat bersama-sama dengan Jenderal S. Parman. Terakhir adalah Jenazah Lettu P.A. Tendean. Penganiayaan tersebut berlangsung sampai pukul 06.30 pagi. Pada tanggal 1 Oktober 1965 Partai Komunis Indonesia kembali mengadakan pemberontakan terhadap pemerintah Republik Indonesia yang dikenal dengan nama Gerakan 30 September (G30S/PKI). Mereka menculik dan membunuh Jenderal-Jenderal pimpinan Angkatan Darat dengan maksud melumpuhkan kekuatan Pancasilais. Pagi itu pula mereka berhasil menguasai Gedung RRI dan Gedung Pusat Telekomunikasi. Di bawah todongan pistol, seorang penyiar RRI dipaksa menyiarkan pengumuman yang menyatakan bahwaG30S/PKI telah menyelamatkan negara dari usaha kudeta “dewan Jenderal”. Tengah hari mereka mengumumkan pembentukan Dewan revolusi sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dalam negara dan pendemisioneran kabinet. Pada saat negara sedang dalam bahaya, Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) Mayor Jenderal Soeharto tampil untuk menyelamatkan negara. Langkah pertama yang diambil adalah mengambil alih pimpinan Angkatan Darat yang pada waktu itu kosong, karena gugurnya Jenderal Ahmad Yani.

Untuk menghentikan pengumuman-pengumuman yang menyesatkan rakyat itu, Panglima Komando Tjadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad)Mayjen Soeharto yang telah mengambil alih sementara pimpinan Angkatan Darat memerintahkan pasukan Resimen Para Komando Angkatan Darat(RPKAD) untuk membebaskan Gedung RRI Pusat dan Gedung Telekomunikasidari penguasaan G30S/PKI. Operasi yang dimulai pukul 18.30, dengan mengerahkan kekuatan satu kompi dalam waktu hanya 20 menit, RPKAD berhasil menguasai kembali kedua gedung vital itu. Pukul 20.00 tanggal 1Oktober 1965 RRI Pusat sudah dapat menyiarkan pidato radio Mayjen Soeharto yang menjelaskan adanya usaha kudeta yang dilakukan oleh PKI melalui G30S.Setelah RRI dan Kantor Pusat Telekomunikasi dikuasai kembali, selanjutnya diadakan penumpasan terhadap konsentrasi kekuatan G30S/PKI yang berada di Pangkalan Udara Utama Halim, Jakarta. Pada hari tanggal 2Oktober 1965 Halim berhasil dibebaskan. Sementara itu, D.N. Aidit, pimpinan utama G30S/PKI merasa aksinya gagal segera melarikan diri meninggalkan Pangkalan Halim Perdanakusuma menuju Yogyakarta sekitar pukul 02.00 tanggal 2 Oktober 1965. Di Yogyakarta dan kemudian di Jawa Tengah, ia masih melanjutkan petualangannya sampai ditangkap dan ditembak mati oleh pasukan TNI. Dari peristiwa tersebut diatas, maka tanggal 1 Oktober diperingati sebagaiHari Kesaktian Pancasila,

Meskipun sejarah tentang gerakan 30 september atau G30S ini masih dalam dialektika historis. Dan kebenaran serta kesahihan peristiwa ini masih dalam perdebatan yang cukup sengit hingga saat ini. namun hal terpenting dari penetapan 1 oktober sebagai HARI KESAKTIAN PANCASILA adalah sebagai kode bahwa semangat Pancasila mampu menumpas dan menghancurkan gerakan-gerakan atau ideologi apapun yang ingin menghancurkan bangsa ini. Pancasila menunjukkan kesaktiannya untuk membangkitkan semangat kebangsaan, dan membangkitkan semangat partiotisme pada saat itu. Sehingga pada saat itu gerakan-gerakan yang ingin mengubah Pancasila sebagai Pandangan Hidup bangsa ini mampu ditumpas.

Kelahiran pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia tidaklah terjadi dengan mudah. Bahkan pada awal kelahirannya yakni tanggal 1 Juni 1945 ideologi ini diperdebatkan dengan sangat sengit. Tercatat banyak golongan yang tidak setuju dengan ideologi ini, baik itu dari kalangan agamis maupun komunis, baik orang-orang yang beraliran sosialis maupun demokratis. Dalam pidatonya dihadapan Dokuritsu zyunbi Tyooosakai Soekarno berujar : kita hendak mendirikan Negara Indonesia diatas Weltanschauung apa? Nasional-Sosialisme kah?, Marxisme Kah?, San Min Chu I kah? Atau Weltanschauung apakah?. Kemudian secara apik soekarno menjelaskan poin-poin Pancasila di hadapan para hadirin sidang Dokuritsu zyunbi Tyooosakai. Dan dalam penjelasannya Bung Karno mencetuskan sebuah Nama yang akan menjadi Weltanschauung bangsa ini yakni PANCASILA. Sejak itulah bangsa ini melahirkan sebuah Ideologi yang genuine dari Indonesia yakni PANCASILA. Selain kelahirannya yang dilalui dengan dialektika yang cukup sengit, dalam perkembangannya Pancasila juga “harus mengalami kepedihan.” Tidak sedikit “catatan kelam” dalam menjaga dan melestarikan Ideologi Pancasila, salah satunya adalah peristiwa G30S. Hal ini semakin mempertegas bahwa Pancasila Terbukti sakti dalam mempersatukan bangsa Indonesia, Membangun semangat nasionalisme, dan juga mampu mengobarkan semangat bangsa ini untuk mempertahankan dan melestarikannya.

Namun, fakta yang ada sekarang adalah Pancasila hanya dijadikan sebagai sebuah Simbol usang yang mungkin sudah terhapus nilai-nilai serta ajarannya. Penduduk bangsa ini seakan-akan lupa bahwa Pancasila lah yang mampu mempersatukan semua golongan bangsa ini dan pancasila lah yang mampu membakar semangat anak bangsa untuk tetap mempertahankan kedaulatan Negara Republik Indonesia dari serangan-serangan bangsa lain yang ingin menduduki (kembali) NKRI. Nilai-nilai Pancasila seakan-akan telah “terhapus” dari memori kolektif masyarakat Indonesia. Sehingga tidaklah mengherankan jika akhirnya lahir kelompok-kelompok separatis yang mulai mencoba untuk menggoyahkan Pancasila. Pancasila seakan-akan telah “dilupakan” dari kehidupan bangsa ini, sehingga tidaklah heran jika korupsi merajalela dimana-mana, kekerasan menjamur di banyak tempat, toleransi dan semangat gotong-royong telah tergantikan dengan semangat komunal dan individual.

Ambil saja contoh kasus korupsi. Dalam butir-butir Pancasila terutama sila kelima yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Pancasila sila ke lima ini secara eksplisit ingin mengatakan bahwasanya apapun kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia ini, haruslah mengutamakan keadilan sosial dimana pendistribusian kebijakan ini haruslah menyentuh semua golongan bangsa Indonesia dan kebijakan yang dibuat haruslah atas nama seluruh bangsa Indonesia bukan atas nama golongan. Namun faktanya,  banyak dari kebijakan yang dibuat oleh pemerintah tidak memihak kepada kepentingan bangsa atau pendistribusian kebijakannya tidak menyentuh seluruh lapisan bangsa Indonesia. Pertanyaan yang muncul kemudian adalah apakah pancasila sudah kehilangan kesaktiannya?

Sudah sepatutnya, peringatan hari kesaktian Pancasila yang jatuh pada tanggal 1 oktober dijadikan momentum oleh bangsa ini untuk mengingat, memahami, dan menghayati dan merefleksikan kembali nilai-nilai Pancasila yang “terlupakan.” Menjadikan Pancasila sebagai weltanschauung bangsa Indonesia serta mengembalikan kesaktian Pancasila.

Dalam penutup pidatonya di hadapan Dokuritsu zyunbi Tyooosakai Bung Karno berpesan : “jangan mengira bahwa dengan berdirinya Negara Indonesia merdeka itu perjuangan kita telah berakhir, Tidak!, bahkan saya berkata: di dalam Indonesia merdeka itu perjuangan kita harus berjalan terus, hanya lain sifatnya dengan dengan perjuangan sekarang, lain coraknya, NANTI KITA BERSAMA-SAMA, SEBAGAI BANGSA INDONESIA BERSATU PADU, BERJUANG TERUS MENYELENGGARAKAN APA YANG KITA CITA-CITAKAN DI DALAM PANCASILA.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun