Saat ini Indonesia sedang dilanda badai krisis, bukan lagi krisis ekonomi, melainkan krisis kepemimpinan. Indonesia sangat kekurangan sosok pemimpin yang menjadi teladan bagi bangsa Indonesia. Krisis kepemimpinan itu terletak pada, krisis kredibilitas, krisis kepercayaan, krisis kekuatan untuk memmimpin dan terlebih krisis keteladanan. Kepemimpinan terutama di Indonesia kini sudah berada di posisi kritis, dimana kepemimpinan Indonesia kini dipertanyakan kredibilitas dan kapabilitasnya dalam memimpin, masyarakat kini seakan sudah kecewa dengan kepemimpinan yang ada sekarang, kekecewaan itu banyak diungkapkan dalam berbagai aksi dan berbagai ekspresi, sejenak kita menilik kejadian “bakar diri” yang dilakukan seorang mahasiswa di depan istana negara, Sondang, yang tentunya masih lekat dalam ingatan kita, menurut berbagai penuturan, hal ini dilakukan sondang karena kekecewaannya terhadap pemimpin bangsa ini sudah memuncak, dan yang masih segar dalam ingatan kita, beberapa waktu lalu di berbagai sudut kota di Jakarta terdapat spanduk yang bertuliskan “Negeri Auto-pilot” yang menurut Hamdi, Guru Besar Psikologi Politik Univesitas Indonesi, bunyi spanduk itu menunjukkan kegusaran masyarakat terhadap rezim saat ini. Masyarakat beranggapan bahwa tanpa Pemerintah pun negeri ini bisa terus berjalan. Ekonomi terus tumbuh dan rakyat masih bisa makan. “rezim ini dinilai miskin prestasi. Seolah-olah pemerintah tidur dan kehidupan berjalan seperti biasa. Inilah sinyal yang coba dikirim lewat sinyal spanduk itu. Dikutip dari www.mediaindonesia.com dan masih banya lagi ekspresi kekecewaan masyarakat Indonesia terhadap kepemimpinan yang ada.
Berbicara tentang kepemimpinan, tentu kita juga akan membicarakan tentang pemimpin itu sendiri, namun sebelum melangkah lebih jauh tentang kepemimpinan, sejenak kita menilik berbagai definisi kepemimpinan. dalam buku An Integrative theory of leadership, karangan Chemers M. Disebutkan bahwa, leadership has been described as the process of social influence in which one person can enlist the aid and support of others in the accomplishment of a common task.
Menurut Young, kepemimpinan adalah bentuk dominasi yang didasari atas kemampuan pribadi yang sanggup mendorong atau mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu yang berdasarkan penerimaan oleh kelompoknya, yang memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi yang khusus.
Dan dalam buku the dancing leader rocky gerung mengungkapkan bahwa tanggung jawab adalah inti dari kepemimpinan.
Dari ketiga definisi tersebut dapat ditarik suatu benang merah bahwasanya kepemimpinan adalah suatu proses bagaimana seseorang mempengaruhi masyarakat untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan yang diinginkan yang dapat dipertanggungjawabkan.
Bagaimana dengan kepemimpinan di Indonesia.? Sebagian masyarakat yang sudah kecewa dengan pemimpin dan kepemimpinan yang ada sekarang mengungkapkan bahwa kepemimpinan yang ada di Indonesia adalah kepemimpinan yang tidak efektif dan sangat sedikit sekali perannya di dalam masyarakat dan dapat dikatakan sangat mengecewakan. Dan sebagian masyarakat mengatakan, meskipun pemimpin dan kepemimpinan yang ada sekarang mengecewakan, tetapi kita tidak boleh melupakan jasa-jasa pemimpin dan kepemimpinan yang ada sekarang, kita tidak boleh melupakan bagaimana pemimpin yang ada sekarang sudah bekerja keras, dan hasilnya pun cukup menjanjikan, seperti kemajuan ekonomi yang kita capai, yang pada saat ini posisi ekonomi Indonesia sudah berada diatas negeri kincir angin Belanda.
Krisis kepemimpinan yang ada sekarang haruslah segera diatasi. Indonesia membutuhkan sosok pemimpin yang peka, kredibel, berintegritas, memiliki kemampuan memengaruhi, yang paling utama adalah seorang pemimpin yang ko-operatif yang kesemuanya terangkum dalam the ethic of leadership.
Seorang pemimpin haruslah memiliki etika kepemimpinan yang baik, salah satu ethic of ledership adalah seorang pemimpin haruslah peka terhadap permasalahan-permasalahan bangsa. kepekaan ini ditujukkan dengan pembuatan kebijakan yang menyelesaikan permasalahan bangsa, bukan menambah masalah baru, kepekaan juga ditujukkan dengan tindakan, apabila ada suatu permasalahan seorang pemimpin haruslah memberikan solusi tepat. Contohnya pemerintah harus peka terhadap kemiskinan yang menyebabkan kelaparan yang terjadi di Negeri yang ia pimpin, dengan membuat kebijakan-kebijakan yang mengatasi masalah, seperti pemimpin turun tangan dengan membuat kebijakan pemberian Insentif dan pelatihan-pelatihan bagi rakyatnya. insentif berupa pemberian bantuan makanan dan kebutuhan rakyat yang kelaparan itu, tentu insentif saja tidak cukup. Selain itu kebijakan yang harus dibuat adalah dengan mengadakan pelatihan-pelatihan dalam mengasah kemampuan rakyat yang miskin sehingga tidak selamanya rakyat miskin bergantung pada pemerintah.
Kredibilitas diartikan sebagai kepercayaan, etika kepemimpinan yang lainnya adalah kredibel, pemimpin harus dapat dipercaya, kepercayaan itu akan hadir apabila seorang pemimpin tersebut menjalankan kepemimpinannya dengan amanah, jujur, dan adil dan bertanggung jawab dalam membuat kebijakan maupun regulasi. Apabila pemimpin sudah memenuhi etika ini, maka secara otomatis rakyat akan mentaati kebijakan yang sudah dibuat.
Seorang pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya haruslah memiliki integritas. Integritas diartikan sebagai kesesuaian apa yang diungkapkan dan apa yang diperbuat. Seorang pemimpin tidak hanya memberikan opini-opini atau janji-janji yang tidak sesuai dengan realita yang ada, pemimpin yang memliki integritas akan banyak berbuat daripada sekedar mewacanakan sesuatu atau hanya membuat janji-janji semu belaka.
Etika kepemimpinan lainnya yakni, seorang pemimpin haruslah ko-operatif. Paradigma kuno mengatakan bahwa leadership adalah suatu hierarkis kekuasaan dari atas ke bawah, paradigma kuno ini sudah tidak relevan dengan keadaan yang ada sekarang, meminjam istilah Rocky Gerung dalam buku the dancing leader. Leadership yang baru diartikan sebagai partnership yang menganggap kepemimpian buka lagi hierarki dari atas ke bawah, tetapi sebuah kepemimpinan yang didasarkan pada “meja bundar” atau musyawarah, rakyat bukan lagi dianggap sebagai bawahan, tetapi rakyat kini dipandang sebagai perunding, dimana pemimpin akan mendengar suara rakyat, dan bermusyawarah serta ko-operatif dalam membuat kebijakan-kebijan yang nantinya akan dijalankan bersama sebagai partner bukan sebagai bawahan.
Kita sebagai bagian dari Bangsa Indonesia, Bangsa yang kita cintai, haruslah bijak memilih pemimpin dan apabila mencalonkan diri untuk memimpin bangsa ini maka pimpinlah dengan hati nurani yang poin-poinnya terinci dalam etika kepemimpinan, mari kita jadikan sejarah kepemimpinan yang mengecewakan ini sebagai pelajaran untuk menatap Indonesia ke depan dengan optimisme tinggi dalam menyongsong Indonesia yang lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H