Mohon tunggu...
Agung Prasetyo
Agung Prasetyo Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

menulis adalah lentera jiwaku...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Jalaludin Ar Rumi, The Way of Love

18 Januari 2012   16:39 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:43 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

JALALUDDIN AR RUMI

(THE WAY OF LOVE)

Sungguh, cinta dapat mengubah sesuatu yang pahit menjadi manis..

Debu beralih menjadi emas..

Keruh menjadi bening..

Sakit menjadi sembuh...

Penjara menjadi telaga..

Derita beralih menjadi nikmat..

Kemarahan sirna menjadi rahmat..

Cinta adalah sayap yang sanggup menerbangkan manusia

Yang membawa beban berat ke angkasa raya..

Dari kedalaman mengangkatnya ke ketinggian

Dan dari bumu ke bintang tsunariya...

( maulana Jalauddin ar rumi)

Sungguh sangatlah indah gubahan sastra karya seorang sufi Islam, seorang yang sangat mencintai kemanusiaan, dan seorang yang sangat cerdas dalam menyelesaikan berbagai persoalan, beliau maulana jalaluddin Ar-Rumi, atau lengkapnya, Jalaluddin Ar-rumi muhammad bin hasin al khattabi al bakri, beliau dilahirkan di balkh ( afganistan ) 13 september 1207 masehi, beliau diklahirkan di kalangan keluarga yang shalih, ayahnya adalah seorang guru agama di balkh.

Jalaluddin ar rumi adalah seorang pemikir sekaligus sufi yang sangat kharismatik, melalui karangannya yang berjudul al matsnawi al maknawi yang termashur, beliau mengungkapkan berbagai puisinya tentang cinta, beliau mengungkapkan bahwa pemahaman tentang dunia ini hanya mampu dicapai melalui cinta, bukan melalui empiris yang hanya menggunakan indra duniawi, perkataan beliau ini merupakan kritiknya terhadap falsafah barat* (baca yunani)yang sangat mengagung-agungkan akal dan empiris yang berasal dari indera belaka, beliau mengungkapkan, bahwasanya akal terbagi atas dua yakni, akal jasmaniyah dan akal batiniyah, akal jasmaniyah adalah fatamorgana yang hanya akan mengantarkan manusia pada pengetahuan yang dangkal, tetapi akal batiniyah adalah akal yang sesungguhnya, akal yang akan mengantarkan manusia kepada yang maha sempurna, akal yang mengajarkan kepada pengetahuan yang sangat dalam. Tetapi tidak semua manusia mampu membuka akal bathiniyah ini, hanya orang-orang yang mau membuang “jubah” keburukannya dan menyucikan “hatinya”-lah yang mampu membuka hati bathiniyah. Beliau menganalogikannya dengan sebuah kaca, dimana hanya kaca yang bersihlah yang akan ditembus oleh sinar cahaya, apabila kaca tersebut kotor oleh noda, maka sulit bagi cahaya untuk menembusnya, dan apabila seseorang ingin dalam dirinya dimasuki cahaya, maka ia haruslah terlebih dahulu membersihkan kaca itu dari noda-noda yang mengotori kaca tersebut.

Jalaluddin Ar-Rumi pun pernah mengungkapkan bahwasanya manusia adalah makhluk yang sempurna, tujuan manusia diciptakan adalah untuk berbuat baik, manusia diciptakan karena Tuhan memacarkan kepada bani adam- anak cucu adam, cinta dan anugrahnya. Manusia diciptakan sebagai sebaik-baiknya ciptaan (lihat surat at tien). Maka menurutnya manusia seharusnya menebar banyak cinta di muka bumi, bukannya menebar kebencian, baginya, kemanusiaan adalah sangat berharga, dimana setiap nyawa manusia sangatlah bernilai. Rumi mengkritik orang-orang yang membunuh atau menghambakan dirinya pada peperangan, baginya setiap orang apabila memiliki cinta yang mendalam maka dirinnya akan mengerti bagaimana berharga dan sempurnanya seseorang. Manusia diciptakan dengan penuh kasih dan cinta, maka sudah menjadi fitrahnya lah manusia menebar cinta di numi tuhan ini.

Mesikpun beliau merupakan seorang sufi, tetapi beliau menolak untuk meninggalakan kehidupan dunia, seperti yang dilakukan oleh banyak sufi-sufi lainnya. baginya apabila orang-orang yang mampu membuka akal bathiniyahnya, maka ia tidak akan meninggalkan kehidupan dunianya, manusia dibekali potensi, kemampuan dan daya, oleh karena itu manusia diwajibkan mengikhtiarkan kehidupannya di dunia, manusia harus berusaha untuk mendapatkan kehidupannya di dunia, beliau pernah berkata, “bukankah indah apabila harta yang baik dimiliki oleh seorang yang shalih, beliaupun pernah mengungkapkan bahwa apabila seseorang yang mampu membuka hati bathiniyah tidak mau menjadi pemimpin, maka akan ada orang-orang fasik dan dzalim yang menguasai dunia.

Pertanyaan kemudian kepada siapakah manusia seharusnya melabuhkan cinta sejatinya, Rumi pun menjawabnya dengan syairnya yang indah, cinta yang sejati hanya ditujukan kepada sang pencipta yang maha sempurna, pencipta dari segala jagad raya, apabila ia membaktikan  cintanya kepada yang maha sempurna, maka yang maha sempurnapun akan menuntunya kepada kesempurnaan, yang maha sempurna, Dialah Tuhan yang maha kasih dan penyayang.pencipta dari segala makhluq di jagad raya.

Sahabat,

Belajar dari Maulana Jalaluddin Ar-rumi, sebagai seorang manusia, marilah kita menyucikan diri kita untuk membuka akal bathiniyah kita menuju yang Maka Kasih, tebarkanlah cinta terhadap sesama, bukanlah kebencian dan amarah yang akan menghancurkan peradaban dunia, cinta, hanya dengan cinta maka hidup kita akan lebih berharga, sebuah benda kuno yang usang, akan bernilai jika dicintai oleh seorang kolektor pencinta barang antik,

Tebarkan cinta di Bumi, samapaiakan salam perdamaian, maka cinta akan menjelma menjadi sebuah kebahagiaan, kebahagiaan bagi semua, bagi kita, makhluk ciptaan dari Yang Maha pencipta.

Salam sahabat,

Al faqir,

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun