oleh Iyonnas Al Hayati
Matahari perlahan menunjukkan sinarnya terhalang akan rimbunnya dedaunan, sehingga hanya menyisakan cahaya tipis. Burung-burung berkicau seakan bersenandung berlagu untuk alam. Suara gemercik air beradu dengan bebatuan dengan sahutan dari penghuni hutan lain menambah tentram suasana hutan. Dan inilah tempat tinggal Dino, si harimau sang pilar hutan yang sekarang tengah asyik berjemur bersama anaknya yang sedang menikmati hangatnya sinar mentari di bawah pepohonan rimbun.
Ketika sedang asyik berjemur dan bermain, kegembiraan mereka terpecah oleh bunyi yang tidak mereka dengar sama sekali dan membuat mereka terheran.
"Ayah suara apakah itu" tanya sang anak pada Ayahnya.
"Tunggu sebentar biar Ayah lihat" jawab Ayah.
Di kala mencari suara kebisingan itu, hari perlahan mulai meranjak malam, Doni tersentak akan sesuatu yang tak pernah ia lihat sebelumnya, ternyata para pemburu membawa alat pemotong pohon untuk menebang pohon. Doni bersembunyi di balik pohon hanya merasa terheran, "mengapa mereka melakukan itu? Untuk apa ?" gumamnya. Tak sadar rasa keingintahuan sang harimau membuatnya terus melangkah untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi. Sekelompok pemburu melihat dari kejauhan ada sesuatu yang merayap melalui semak-semak.
"Hei, lihat itu ada harimau menuju kemari ?" oceh sang pemburu kepada temannya.Â
Harimau pun bertanya "Wahai manusia sedang apa kau di sini ?"
"Wah, lihat sepertinya ini akan menjadi uang" kata pemburu tersebut. Pemburu mulai bertindak mengeluarkan senapannya untuk menembak sang Harimau. Namun harimau berkata sekali lagiÂ
" Wahai manusia apa yang hendak Kau ambil dari sini ?" tanya Doni.Â
Pemburu mengatakan "Kau tidak tau harga tubuhmu itu bisa membeli dunia ini?".
Disela percakapan Doni dan pemburu dari kejauhan sang anak berteriak "Ayahhhhhh, pergi dari sini hutan kita sudah mulai didatangi oleh orang asin?". Namun alangkah terkejutnya ketika sang anak melihat Ayahnya dihadapkan oleh senapan yang sudah mengarahkan tembakan ke Ayahnya.
Dengan sigap sang anak berlari dengan kencang ke arah pemburu dan hendak menjatuhkan senapan itu namun naas pemburu tidak sengaja melepaskan pelurunya sehingga melukai sang anak Harimau. Lalu, tanpa sadar Doni menunjukkan aumannya yang begitu gemuruh yang mengguncang pepohonan sampai ke akarnya, melompat keluar anaknya, dan menunjukkan taringnya terbuka dan cakarnya memanjang.
Dia berkata " Wahai, anakku Kau tidak apa-apa?", sang anak hanya merintih kesakitan, seketika para pemburu, lumpuh karena ketakutan, hanya bisa menyaksikan dengan ngeri ketika harimau mengelilingi mereka, matanya terbakar dengan cahaya yang ganas. Tapi bukannya menyerang, harimau itu berbicara dengan suara yang dalam dan gemuruh yang sepertinya datang dari jantung hutan.
Dengan amarah yang membara sang Harimau berkata " Wahai manusia, Aku diam bukan berarti Aku pasrah terhadap apa yang Kau lakukan, tetapi Aku sedang mengumpulkan rasa kekuatanku untuk melawanmu, tapi Kau dengan egoisnya menembakkan anakku yang hanya sedang berusaha menolong ayahnya kesusahan" ucap Doni.Â