Sejauh mana kaki melangkah disitu pula kusandarkan cita penuh pengharapan. Semoga goresan pena agung hiang sang widhi menyapa jiwa anak manusia yang lunglai.
Terseretnya anak manusia di dunia yang lagi tak memberi kejelasan akan makna hidup sesungguhhnya. Dengan segala problema yang mendera, mulai dari wilayah domestik sampai dengan sendi-sendi pemerintahan, membuat sebagian dari kita nan rindu sebuah keadilan. Bermimpi akankah datang "ratu adil" dari kayangan merubah segalanya. Kalau seluruh metode sudah di gerakkan dalam melawan problema kemiskinan yang mendera Negeri kita tercinta. Hanya itu pilihan terakhir.
Bagi saya kemiskinan tidak pernah datang dari langit, tapi kemiskinan datang mendarat pada struktur yang membatu di atas muka bumi.
Konsolidasi tidak lagi menuai ide cemerlang dalam mengatasi gizi buruk yang terjadi hampir di setiap kelurahan di penjuru nusantara indonesia. Artinya konsolidasi selalu berujung pada kebuntuan membuat kita yang mengklaim nan rindu keadilan di atas muka bumi ini, dipaksa terus melahirkan ide dan gagasan untuk keluar dari persoalan yang bila di runut satu persatu mungkin akan membuat kita semua akan mengalami demoralisasi.
Untaian kata ini sebenarnya bukanlah buah dari keputusasaan bagi saya secara pribadi, tapi semoga semua ini di maknai sebagai undangan untuk bertemu dalam menyatukan persepsi bersama guna menumpahkan semua potensi diri dalam mengahadang sumber masalah kemiskinan yang mendera bangsa ini. Kalaupun upaya tersebut akan berujung lagi pada sikap mengaharap ratu adil dari kayangan merubah segalanya, bagiku semua adalah upaya yang di dasari semangat nan rindu keadilan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H