Mohon tunggu...
Setiyo Agustiono
Setiyo Agustiono Mohon Tunggu... Konsultan - trainer

trainer, assesor

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Masih Perlukah Pendidikan Kejuruan SMK Saat Ini?

16 Juli 2018   12:05 Diperbarui: 16 Juli 2018   12:13 501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Posisi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)  saat ini, sering dikatakan lulusan SMK menunjang penggangguran. Pertanyaannya apakah masih perlu pendidikan kejuruan SMK jika demikian?

Jawabannya, pertama mari kita lihat dari potensi di Indonesia yang dewasa ini Indonesia terus melakukan pengembangan berbagai bidang dengan melakukan pembangunan infrastruktur dengan nilai cukup besar dilakukan di Indonesia. Kodisi ini dilakukan agar memacu tumbuhnya banyak industri baru diberbagai daerah dan tidak terpusat pada suatu tempat.

 Terkait hal itu, sangat dibutuhkan tenaga kerja level menengah. Struktur kebutuhan tenaga kerja di Indonesia sekarang adalah bagian yang terbesar ada di bagian tengah, yaitu pekerja level menengah (level SMK dan D3).

Di sini, peran lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) menjadi sangat penting dan sangat dibutuhkan. Kebutuhan yang diperlukan untuk lulusan SMK adalah lulusan SMK yang mempunyai kompetensi sesuai kebutuhan dunia usaha-dunia industri (DUDI). Potensi kebutuhan lulusan SMK besar, dan kenyataan yang terjadi banyak penggangguran dari SMK karena banyak lulusan SMK tidak mempunyai kompetensi sesuai kebutuhan DUDI.

Kedua, banyak siswa SMK memilih bidang studi yang kebutuhan tenaga kerja di Industri yang sudah jenuh dan sekolah tidak menutup bidang studi tersebut. Contoh bidang studi bisnis dan manajemen lulusan SMK 2016 sejumlah 348.945 siswa sedangkan peluang kebutuhan tenaga kerja 119.255  (sumber kompas). Sedangkan bidang-bidang studi lainnya masih banyak kebutuhan tenaga kerjanya. 

Bidang Perikanan dan kelautan, lulusan SMK 2016 hanya 17.249 siswa sedangkan kebutuhan tenaga kerja 3.364.297 tenaga kerja. Bidang Agribisnis dan agroteknologi lulusan SMK 52.319 siswa sedangkan kebutuhan tenaga kerja 445.792. termasuk bidang-bidang studi pariwisata, teknologi dan rekayasa. Kenyataan bahwa banyak SMK yang membuka bidang studi bisnis dan manajemen sama dengan meluluskan siswa yang tidak ada lowongan pekerjaannya, dan yang ada lulusan menganggur atau bekerja tidak sesuai bidang studinya.

Ketiga, SMK tidak mempersiapkan siswa untuk lulus dengan predikat siap bekerja dengan kompetensi yang diperlukan oleh DUDI. Siswa lulusan SMK yang ada  tidak mempunyai potensi/kompetensi untuk dapat bekerja di DUDI. Kondisi ini karena siswa SMK waktu belajarnya banya menerima teori/pengetahuan selama 3 tahun sedangkan praktek kerja/praktek lapangan(ketrampilan) paling lama 3 bulan, sehingga tidak terbentuk siswa yang kompeten dan mempunyai sikap kerja/budaya kerja(attitude) yang baik.

Dari ketiga jawaban diatas kita bisa lihat bahwa lulusan SMK yang menganggur karena tidak ada kebutuhan tenaga kerja dari industri (sektornya sudah jenuh) dan lulusan SMK tidak mempunyai kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan DUDI.

Mari kita persiapkan lulusan SMK karena kondisi tingginya kebutuhan tenaga kerja level menengah di masa depan berhubungan dengan percepatan pembangunan infrastruktur. Pembangunan jalan tol baru, misalnya diprediksi akan mempercepat pembangunan aneka industri baru. Sebagai gambaran disetiap pembangunan jalan tol akan ada exit toll, setiap exit tol ini akan memunculkan industri baru. 

Mulai dari Industri otomotif, agro, pariwisata hingga rekayasa Industri. Jika suatu daerah sudah mempersiapkan dan memiliki SMK yang bagus dengan bidang-bidang studi yang sesuai kebutuhan maka otomotis akan mengundang banyak industri besar masuk. Saat Ini banyak industri yang bergeser ke daerah untuk dapat menghasilkan nilai yang lebih baik. Niatnya industri yang spesifik akan bermunculan, Industrinya akan tersebar dibanyak daerah sehingga lulusan SMK tak perlu bekerja ke kota-kota besar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun