Mohon tunggu...
Setiyo Agustiono
Setiyo Agustiono Mohon Tunggu... Konsultan - trainer

trainer, assesor

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mari Perbaiki Persepsi SMK untuk Meningkatkan Daya Saing SDM Bangsa

8 Mei 2018   14:47 Diperbarui: 8 Mei 2018   15:08 558
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Persepsi SMK sebagai sekolah kelas 2 setelah SMU/SMA dan SMK sebagai penunjang penggangguran, harus segera kita hapus.  Pendidikan Kejuruan (SMK) pada Pelaksanaannya  menggunakan pola Pendidikan Sistem Ganda (dual system) yang seharusnya powerfull untuk mencapai siswa kompeten dan terserap industri. 

Memang kondisi pelaksanaan SMK belum betul-betul melaksanakan Pendidikan sistem ganda atau  pelaksanaan belum benar, karena persepsi pendidikan sistem ganda itu dominan di sekolah bukan di industri. Maka Pemerintah berupaya terus untuk memperbaiki pelaksanaan perbaikan Pendidikan Kejuruan (SMK) dengan adanya Inpres No. 9/2016 tentang revitalisasi SMK. Inpres ini harus dapat menjadi solusi kondisi yang ada di Pendidikan Kejuruan (SMK). 

Hasil observasi empirik di lapangan mengindikasikan, bahwa sebagian besar lulusan sekolah menengah kejuruan (SMK) kurang mampu menyesuaikan diri dengan perubahan maupun perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sulit untuk bisa dilatih kembali, dan kurang bisa mengembangkan diri. 

Temuan tersebut tampaknya mengindikasi bahwa pembelajaran di SMK belum banyak menyentuh atau mengembangkan kemampuan adaptasi peserta didik. Studi itu juga memperoleh gambaran bahwa sebagian lulusan SMK tidak bisa diserap di lapangan kerja, karena kompetensi yang mereka miliki belum sesuai dengan tuntutan dunia kerja. (SUMBER).

Kita bisa mengambil kesimpulan bahwa pelaksanaan pendidikan SMK tidak sesuai dengan harapan, mengapa?. Mari kita cermati bahwa Pendidikan kejuruan (SMK) dimana siswa hampir seluruh waktunya yang dihabiskan di sekolah atau lebih banyak waktu di sekolah daripada pelatihan di Industri, sehingga murid sangat sulit untuk mendapatkan kompetensi yang dibutuhkan oleh Industri. 

Para guru pun tidak akan selalu mengikuti perkembangan teknologi sehingga murid-murid SMK jika waktu pelatihan di Industri hanya dengan waktu 3 bulan yang berupa praktek kerja industri (pakerin/PKL) tidak akan mendapat kompetensi seperti yang diharapkan.

Pendidikan sistem ganda (dual system) itu berpijak pada dua kaki, kaki pertama adalah sekolah sebagai tempat menimbah pengetahuan dan kaki kedua adalah industri sebagai tempat melatih ketrampilan. Jika sistem ganda berjalan dengan benar maka siswa mendapatkan kompetensinya. Dimanapun untuk mencapai kompetensi tidak ada yang instant selalu membutuhkan pelatihan dengan waktu tertentu.

 Jika persepsi pendidikan ganda dilakukan untuk mencapai siswa SMK mendapat kompetensinya, maka siswa pelatihan di Industri akan lebih banyak waktu dari pada di sekolah. Efek dari pendidikan ganda adalah memperkecil penggangguran karena Industri yang ditempati pelatihan akan melakukan perekutan siswa dari SMK yang terbaik dan sesuai bagi Industrinya.

Mari kita perbaiki persepsi yang salah dari Pendidikan sistem ganda (dual system) bagi SMK untuk masa depan SDM Bangsa Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun