Mohon tunggu...
Setiyo Agustiono
Setiyo Agustiono Mohon Tunggu... Konsultan - trainer

trainer, assesor

Selanjutnya

Tutup

Money

SMK di Indonesia Bisa Jadi Unggulan Jika Semua Kementrian Bekerjasama Terintegrasi

14 September 2017   19:03 Diperbarui: 14 September 2017   19:15 641
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) seringkali berpesan agar pemerintah fokus menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia yang berkualitas sehingga Indonesia bisa melakukan lompatan kemajuan dan mengejar ketertinggalan dengan negara-negara lain. Menurut prediksi, pada tahun 2040 Indonesia akan memiliki 195 juta penduduk usia produktif; dan 60 persen penduduk usia muda di tahun 2045 yang harus dikelola dengan baik agar menjadi bonus demografi demi terwujudnya Indonesia Emas pada 100 tahun kemerdekaan.

Tenaga kerja yang berdaya saing dan kompeten, salah satu di antaranya dilahirkan dari sekolah SMK dengan model pendidikan sistem ganda untuk mencapai kompetensi yang bermutu dan relevan dengan tuntutan dunia usaha dan industri (DUDI) yang terus menerus berkembang.

Namun, data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, proporsi pengangguran terbesar adalah lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebesar 9,84 persen.

Melihat kondisi tersebut, Presiden Jokowi menginstruksikan perombakan sistem SMK, dan reorientasi pendidikan SMK dengan Pendidikan sistem ganda dengan melibatkan secara keseluruhan dengan model yang terintegrasi . Melalui Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 9 Tahun 2016, Presiden menegaskan perlunya revitalisasi SMK untuk meningkatkan kualitas SDM. Inpres tersebut menugaskan untuk meningkatkan kerjasama dengan kementerian/lembaga, Pemerintah Daerah, dunia usaha dan dunia industri secara terintegrasi didalam menghasilkan lulusan SMK yang mempunyai kompetensi bertindak dan siap langsung diserap DUDI.

Program Revitalisasi yang dilaksanakan oleh SMK bereferensi pada pendidikan kejuruan dengan sistem ganda yang selalu; pengembangan dan penyelarasan kurikulum dengan DUDI; inovasi pembelajaran dan pelatihan di DUDI yang mendorong peningkatan kompetensi era persaingan global; pemenuhan dan peningkatan profesionalitas guru dan pelatih/instruktur tempat kerja (magang); serta peningkatan akses sertifikasi kompetensi.

Kondisi yang harus diperbaiki adalah kurikulum dirancang dengan berorientasi pada kompetensi yang dibutuhkan DUDI sehingga pendekatan utama dalam membentuk tahapan pembelajaran yang mengacu pada fase pembelajaran di sekolah dan fase kerja praktik di DUDI, sesuai dengan pendidikan kejuruan sistem ganda yang telah diterapkan di Jerman dimana angka penggangguran terkecil di Eropa.

Peningkatan serapan tenaga kerja lulusan SMK akan didorong melalui praktek kerja di DUDI untuk mencapai kompetensi yang diharapkan kebutuhan DUDI, dan DUDI tempat praktek akan mendapatkan tenaga kerja yang sudah terjamin kompetensinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun