Mohon tunggu...
Desi Parlina
Desi Parlina Mohon Tunggu... -

Aku bukan seorang penulis tapi aku hanya orang yang suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Terpaksa Menjadi Istri Simpanan

4 Mei 2010   15:32 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:25 463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Teman-teman Ratih sangat antusias mengirimkan foto-foto Ratih ke redaksi majalah remaja. Ratih memang perparas lumayan cantik, wajahnya yang eksotis makin menambah daya tariknya. Ratih terlahir dari keluarga yang tidak mampu. Namun teman-teman Ratih sangat baik kepadanya. Ratih beruntung punya teman-teman yang begitu perduli dengan keadaannya. Ratih duduk di bangku kelas 3 SMU sedangkan adiknya baru duduk di kelas 5 SD. Ayahnya sudah meninggal dunia beberapa tahun lalu akibat kecelakaan. Ibunya bekerja sebagai tukang cuci gosok di rumah beberapa tetangga. Usaha teman-teman Ratih berbuah manis, foto-foto yang di kirimkan ternyata memenuhi kreteria. Ratih berhasil masuk ke babak final. Bukan main senangnya hati Ratih. Dukungan penuh di berikan untuk Ratih. Semua akomodasi dan segala keperluannya menghadapi final pemilihan model itu atas biaya yang di kumpulkan teman-temannya. “Makasih ya teman-teman” ungkap Ratih terhadap teman-temannya “Semoga berhasil ya, Rat” dukung Kiky, salah satu teman Ratih “Aku nggak akan ngecewain kalian semua” ucap Ratih mengharu biru “Kami selalu mendo’akan kamu” begitu kata Tiara, teman Ratih yang lain Ratih menuju ke Jakarta dengan di temani Kiky dan Tiara. Sejuta asa yang bergemuruh didadanya. Tak pernah terbayangkan bahwa dirinya akan menginjakkan kaki di Jakarta. Sebenarnya antara Bandung dan Jakarta tak seberapa jauh tapi karena keterbatasan ekonomi membuatnya tak berani bermimpi untuk melihat Jakarta. “Selamat datang Jakarta” gumam Ratih dalam hati “Aku akan menaklukkan mu dalam genggamanku” tekad ratih saat itu [caption id="attachment_133201" align="alignright" width="140" caption="image : www.mynicespace.com"][/caption] Tibalah acara Grand Final Pemilihan Model yang diadakan oleh salah satu majalah remaja yang cukup terkenal itu. Ratih mempersiapkan dirinya sebaik mungkin, berusaha untuk tidak terlihat grogi. Pertanyaan-pertanyaan dari para juri dilahapnya dengan semua jawaban yang brilian. Akhirnya juri pun memutuskan bahwa Ratih-lah yang layak jadi juara pertama. Ratih tak kuasa menahan haru karena ini kali pertamanya memenangkan ajang bergensi, meskipun sebelumnya Ratih sudah pernah mengikuti ajang-ajang semacam itu. Dengan hadiah yang lumayan besar, Ratih tak lupa membelikan hadiah untuk ibu dan adiknya sebelum dia pulang ke Bandung. Kiky dan Tiara bahagia karena usahanya selama ini tidaklah sia-sia. Ratih sangat menghargai jasa ke-dua temannya itu. Persahabatan mereka pun makin erat. [caption id="attachment_133194" align="alignleft" width="218" caption="rumah-minimalis4.jpg www.triplusdesign.com/images/Projects/"][/caption] Hari berganti…bulan berganti…tahun berganti….karir ratih makin berkibar. Ratih segera memboyong ibu dan adiknya ke Jakarta. Di rumah yang berdesain minimalis itu, mereka tinggal. Ibunya bangga akan keberhasilan Ratih. Sekolahnya berjalan lancar begitu pun dengan karirnya. Taraf hidup Ratih otomatis melonjak naik. Hidupnya bergelimpang harta tapi Ratih tetap menjadi sosok yang baik hati dan tidak sombong. Sebenarnya Ratih memiliki otak yang cemerlang, tapi sayang Ratih tak mampu mengelola kekayaan yang di dapatnya. Sifatnya yang terlalu positif thinking terhadap orang lain tak selamanya berakhir dengan baik. Pergaulan Ratih yang lumayan luas membuatnya makin banyak teman. Celakanya Ratih begitu cepat percaya kepada teman-teman barunya. “Rat, mau ikutan bisnis nggak?’ ajak Susi, teman barunya “Bisnis apaan sih?” Tanya Ratih penasaran “Bisnis yang pasti menguntungkan donk” tegas Susi “Begini bisnisnya..bla…bla…bla…” Susi coba menjelaskan Ratih terpedaya, dengan mudahnya dia memberikan modal yang besar kepada Susi. Awalnya memang Ratih mendapatkan untung yang di janjikan Susi. Dengan begitu Ratih semakin yakin, Ratih semakin melipat gandakan modalnya. Susi tertawa senang karena berhasil meraih hati Ratih. Untuk modal yang kedua ini pun Ratih masih memperoleh keuntungan yang sudah di janjikan Susi. Makin semangat juga antusias, Ratih kembali menaruh modal 5x lipat dari modalnya yang kedua. Dua bulan lebih Susi tak muncul batang hidungnya. Awalnya Ratih tak curiga karena Susi masih bisa dihubungi via telepon. Dengan berkilah sedang sibuk, Susi mencoba menghindar dari Ratih. Usahanya memperdaya Ratih sukses besar. Dibulan kelima Susi tak lagi terdeteksi keberadaannya. Ratih pun akhirnya sadar bahwa dirinya telah tertipu. Bencana tak hanya itu saja, keesokan malam rumahnya di masuki kawanan rampok bersenjata tajam. Mobil, perhiasan dan uang beberapa puluh juta raib dalam sekejap tapi syukurlah dirinya tak sempat dinodai oleh kawanan rampok itu. Hilang sudah hasil jerih payahnya selama ini. Setelah menjual rumahnya, Ratih beserta ibu dan adiknya mengontrak di rumah yang sederhana. Semua harus ditatanya kembali dari awal. Ratih tak kuasa menahan tangis, bebannya terasa begitu berat. Beruntung masih ada ibu juga adiknya yang setia memberikannya support. Beberapa bulan setelah kepindahannya ke kontrakan yang sederhana itu, ibunya mendadak sakit karena jatuh dari kamar mandi yang mengakibatkan ibunya menjadi stroke. Belum juga sembuh dari sakitnya ternyata ada benjolan di punggung ibunya makin hari makin membesar. Tumor ganas kian menggrogoti tubuh ibunya yang mulai melemah. Butuh biaya banyak untuk bisa membawa ibunya ke rumah sakit sedangkan uang tabungannya tak lagi mencukupi. [caption id="attachment_133213" align="alignright" width="240" caption="image : www.mynicespace.com"][/caption] Suatu malam Ratih berkenalan dengan seorang pria di acara “fashion show”. Pria itu bernama Dhimas, seorang pengusaha muda dengan wajah yang menawan membuat Ratih terpukau. Dengan hitungan yang sangat singkat hubungan Ratih dengan Dhimas makin dekat. Bukan hanya itu, Ratih rela “melayani” Dhimas untuk sekedar mendapatkan rupiah. Belakang Ratih baru tau bahwa Dhimas sudah mempunyai istri dan juga anak. Ratih tetap tak perduli, demi mengumpulkan rupiah, dia tempuh jalan pintas itu. “Ratih…aku sangat mencintai kamu” ucap Dhimas suatu ketika “Aku juga….” Jawab Ratih sendu Karena ada satu dan lain hal cinta Ratih dan Dhimas tak bisa di satukan. Lelah dengan kemiskinan yang mendera akhirnya Ratih bersedia menjadi istri simpanan. Semata-mata hanya untuk Kesembuhan ibunya yang mebuat dirinya terdorong untuk mengambil langkah itu. Ratih pikir dengan menjadi istri simpanan Dhimas, hidupnya bisa terjamin bahkan biaya untuk berobat ibunya pasti mudah dia dapatkan. Karir yang makin meredup membawanya terhanyut dalam hubungan terlarang itu. Ratih sadar betul bahwa apa yang dilakukannya adalah sebuah kesalahan tapi lagi-lagi hanya demi kesembuhan dan kebahagiaan adiknya, dia rela mengorbankan dirinya. Entah sampai kapan dia mempertahankan hubungan ini. Andai orang tau…bahwa dirinya terpaksa menjadi istri simpanan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun