Mohon tunggu...
Sagita Putri Pembayun
Sagita Putri Pembayun Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Saya adalah mahasiwa semester 5 yang memiliki ketertarikan di bidang perbankan dan keuangan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pasang Surut Indeks Harga Saham Gabungan akibat Pandemi Covid-19 dan Fenomena Makro Lainnya

26 November 2023   15:29 Diperbarui: 26 November 2023   15:33 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: freepik.com

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah salah satu indikator penting dalam dunia keuangan yang digunakan untuk memantau kinerja pasar saham di Indonesia. Jika dilihat dari grafik Indeks Harga Saham Gabungan Bursa Efek Indonesia, IHSG mengalami kenaikan maupun penurunan pada beberapa tahun terakhir.

            Sepanjang tahun 2018, IHSG mengalami penurunan yang signifikan. Pada awal tahun 2018, IHSG berada di level sekitar 6606,63 poin dan turun sampai level sekitar 6194,5 poin pada desember 2018. Penyebab dari penurunan indeks selama setahun ini diakibatkan oleh beberapa factor seperti perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia, penurunan nilai tukar rupiah, deficit neraca perdagangan dan pengaruh internasional seperti perang dagang dan kenaikan suku bunga Federal Reserve (FFR) Bank Sentral AS.

            Pada tahun 2019, IHSG mengalami pergerakan yang relatif lebih positif dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada akhir tahun 2019, IHSG berhasil berada pada level sekitar 6299,5 poin, lebih tinggi dibandingkan IHSG pada akhir tahun 2018. Penyebab kenaikan IHSG pada tahun ini salah satunya diakibatkan oleh meredanya tensi perang dagang antara Amerika-China.

            Tahun 2020 menjadi tahun yang penuh tantangan bagi IHSG dan pasar saham global dikarenakan adanya pandemi Covid-19.  Harga saham di pasar saham seluruh dunia mengalami penurunan yang signifikan. Di Indonesia, Covid-19 mulai masuk pada tahun 2020 yaitu saat Presiden Joko Widodo mengumumkan dua warga Indonesia di Kota Depok terjangkit Covid-19. Pada bulan Maret 2020, seluruh aktivitas baik sekolah maupun dunia kerja seperti berhenti yang mengakibatkan juga IHSG turun cukup signifikan sampai pada level sekitar 4538,9 poin pada Maret 2020 dari level sekitar 5452,7 poin pada bulan februari 2020.

            Pada tahun 2021, IHSG mengalami pergerakan yang lebih stabil dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dukungan dari stimulus ekonomi dan pemulihan ekonomi secara bertahap memberikan sentiment positif kepada harga saham. Pada akhir tahun 2021, IHSG berhasil mencapai level sekitar 6581,5 poin. Kenaikan IHSG pada taun 2021 ini dikaibatkan karena masyarakat mulai percaya diri dengan fundamental ekonomi yang tetap tinggi walaupun dihadapkan dengan pandemic Covid-19 yang belum usai, selain itu juga diakibatkan oleh pertumbuhan ekonomi yang positif pada tahun 2019.

            PT Bursa Efek Indonesia Tbk (BEI) melaporkan bahwa pada tahun 2022 ditutup dengan kinerja positif dengan IHSG mencapai level 6850,52 poin. Pada tahun 2022, IHSG mencapai posisi tertinggi pada April yaitu sampai pada sekitar level 7228,9 poin. Namun, pada sepanjang tahun 2022, IHSG cukup fluktuatif tetapi cenderung masih menguat. Kenaikan tersebut didukung oleh katalis positif dari dalam negeri terkait data neraca dagang Indonesia yang mengalami surplus.

            Tahun 2023, IHSG berhasil menguat, namun masih cenderung mengalami pelemahan yaitu pada bulan mei-juni. Pada tahun ini, ekonomi belum memberikan dorongan yang signifikan, sehingga IHSG cenderung bergerak datar. Penyebabnya yaitu likuiditas yang masuk ke pasar-pasar negara berkembang masih lebih sedikit dibandingkan pada periode sebelumnya. Selain itu, politik yang semakin memanas menjelang Pemilu dan Pilpres 2024 membuat investor jangka menengah-panjang cenderung berhati-hati dalam melakukan investasi.

Gambar Pribadi
Gambar Pribadi

            Rata-rata IHSG pada 6 tahun terakhir yaitu 2018-2023 mengalami fluktuatif yang cukup signifikan. Terlihat dari rata-rata IHSG pada tahun 2019 sebesar 6324,66 poin mengalami kenaikan dari rata-rata IHSG 2018 yaitu sebesar 6098,58 poin. Namun, pada tahun 2020 IHSG mengalami penurunan yang signifikan dikarenakan pandemic Covid-19 yang menyebabkan mobilitas ekonomi berhenti seketika. Pada tahun 2020 ini belum mengalami pemulihan kenaikan IHSG karena belum optimalnya kebijakan-kebijakan pemerintah dalam mendukung pemulihan perekonomian. Tahun 2021 pasar modal Indonesia mengalami pemulihan dan sukses bangkit dari periode pandemic pada tahun 2020. Hal ini diakibatkan karena pemerintah telah melonggarkan kebijakan PPKM di berbagai daerah yang memungkinkan masyarakat untuk kembali melakukan aktivitas dan mobilitas, termasuk konsumsi. Perkembangan IHSG terus mengalami pergerakan yang positif sejak tahun 2021 sampai tahun 2023, meskipun pelemahan masih cenderung terjadi.

            Dalam konteks IHSG, standar deviasi dapat memberikan informasi tentang volatilitas atau resiko investasi. Semakin tinggi standar deviasi IHSG, maka semakin besar fluktuasi harga saham. Volatilitas yang tinggi menunjukkan perubahan harga yang signifikan dalam periode waktu tertentu. Standar deviasi juga memberikan indikasi tentang risiko investasi dalam saham-saham yang termasuk dalam IHSG. Semakin tinggi standar deviasi IHSG, maka semakin tinggi risiko yang terkait dengan investasi di saham tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun