“LOCKWOOD & Co.
UNDAKAN MENJERIT”
Judul asli: LOCKWOOD & Co.: THE SCREAMING STAIRCASE
By Jonathan Stroud
Copyright © Jonathan Stroud, 2013
Penerbit Gramedia Pustaka Utama
Alih bahasa: Poppy D. Chusfani
Editor: Barokah Ruziati
Desain sampul: Martin Dima
Cetakan I: Januari 2014; 424 hlm; ISBN 978-602-03-0136-5
[caption id="attachment_310257" align="aligncenter" width="500" caption="Sumber gambar: kutukutubuku.com "][/caption]
Berbeda dengan novel fantasi trilogy Bartimeus, novel Lockwood & Co. The Srceaming Staircase tak lagi menggunakan gaya narator dari beberapa POV (sudut pandang). Dan jangan berharap kamu menemukan guyonan ala Bartimeus yang nyelekit, sarkastis, dan sedikit mbajor di novel ini. Selain itu di sini juga tak ditemukan catatan kaki, hanya glosarium yang menjelaskan kata-kata sulit di akhir halaman (Kupikir ini lebih baik, membuat kita tetap konsentrasi membaca tanpa disela catatan kaki). Pembaca digiring untuk terus mengikuti alur cerita, memecahkan teka-teki dan disergap suspens sampai mencapai klimaks.
Tersebutlah tiga penyelidik paranormal yang masih sangat muda. Mereka tergabung dalam agensi pemburu hantu bernama Lockwood & Co. Masing-masing mempunyai kemampuan “indra keenam” yang berbeda-beda. Anthony Lockwood yang kharismatis bisa melihat pendar kematian. Lucy Carlyle yang temperamental tapi insting investigatifnya tinggi mempunyai kemampuan mendengar gaung dan gema dari dunia gaib. Dan mampu membaca emosi masa lampau. George Cubbins yang analitis dan kutubuku menjadi serupa google berjalan bagi agensi.
Musibah kebakaran terjadi sewaktu Lockwood dan Lucy berusaha menangkap hantu di rumah seorang klien bernama Mrs. Hope. Meskipun akhirnya mereka berhasil menemukan dan menetralisir Sumber. Namun esok harinya, Mrs. Hope marah dan menuntut ganti rugi 60.000 pounds karena rumahnya ludes dilalap api. Lucy merasa bersalah karenanya. Andai saja ia mengambil keputusan untuk membiarkan gadis hantu pergi. Andai saja mereka membawa rantai besi. Sementara itu Lockwood harus diamankan oleh DEPRAC (Depertemen Riset dan Kendali Cenayang) untuk dimintai keterangan. Implikasinya Lockwood & Co. terancam dicabut izinnya jika dalam 4 minggu tak mampu membayar uang ganti rugi.
Saat Lucy bangun tidur di hari berikutnya, dirinya dikejutkan oleh gadis hantu. Bagaimana bisa kediaman Lockwood & Co. yang berpengamanan ketat dikunjungi Pengunjung. Rupanya Lucy membawa artefak psikis berupa kalung liontin milik si gadis hantu. dan nggak kasih tahu Lockwood. Sejak kejadian itu mereka mencari dan menemukan informasi menarik tentang si gadis hantu. Lucy melalui kemampuan membaca emosi masa lalu merasa menjadi si gadis hantu. Sementara George menemukan arsip koran yang menyatakan bahwa kemungkinan si gadis hantu adalah Annabel Ward yang menghilang 50 tahun yang lalu.
Berkat artikel The Times yang berjudul “Ditemukan Setelah 5o Tahun: keberhasilan penemuan jasad korban pembunuhan oleh agensi Lockwood & Co.” Agensi mendapat publisitas yang baik. Mr. Jhon Fairfox, pimpinan Fairfox Iron tertarik menyewa jasa agensi Lockwood & Co. Mengusir hantu di rumahnya di Combe Carey Hall yang mempunyai kisah hantu Kamar Merah dan Undakan Menjerit. Mr. Fairfox menawarkan uang dua kali lipat dari yang diminta Lockwood jika mereka mampu memecahkan kasus Kamar Merah dan Undakan Menjerit. Dan Lockwood langsung menerima tawaran Mr. Fairfox.
Siapakah Mr. Fairfox sebenarnya? Apa motivasinya menyewa Lockwood & Co. Dan apakah Lockwood dkk mampu memecahkan kasus Kamar Merah dan Undakan Menjerit? Dan bagaimana dengan teka-teki liontin si gadis hantu?
Sejak bagian pertama novel ini, Stroud langsung menyergap pembaca dengan suspens (ketegangan). Yakni ketika Lockwood dan Lucy harus berhadapan dengan gadis hantu Tipe Dua. Bisakah mereka lolos dari gadis hantu yang menyerang mereka dan mampukah mereka menetralisir Sumber tanpa rantai besi? (bab 4). Stroud memang piawai menarik minat pembaca. Suspens dibangun melalui teka-teka: siapa sebenarnya gadis hantu yang bernama Annabel Ward; dan siapa Hugo Blake yang masih hidup dan apakah ia terlibat dalam pembunuhan Miss Ward; kemudian tentang makna empat kata yang tertulis di permukaan liontin: Tormentum meum laetitia mea; dan A ǂ W H.I.I.2.115
Salah satu teknik Stroud bikin suspens adalah melalui deskripsi (hlm 175). Berikut petikannya,
Kalungnya terbuat dari rangkaian mata rantai berpuntir dari emas, bersih dan cerah kecuali di beberapa bagian tempat sesuatu berwarna hitam menyumbat lubang-lubang mata rantai. Liontinnya sendiri berbentuk agak oval, kira-kira seukuran buah kenari. Berkat sepatu bot George yang dijejakkan sembarangan, liontin itu agak penyok. Dulu bagian luarnya pasti cantik sekali. Tepinya dihiasi lusinan potongan kecil cangkang kerang-putih merah jambu dan berkilauan, ditanam dengan rapi dalam jala-jala emas. Tapi banyak potongan itu yang sudah copot dan, sama seperti rantainya, di sebagian permukaan rantainya banyak bintik-bintik hitam jelek. Dan yang terburuk (sekali lagi, barangkali gara-gara George) bentuk ovalnya miring ke satu sisi. Aku bisa melihat retakan pada tepinya.
Tapi yang lebih menarik dari semua itu adalah simbol berbentuk hati yang sedikit menonjol agak di bawah permukaan depan liontin. Di sini pola samar dan tipis menandai emasnya.
“Oh!” kataku. “Ada tulisan di sini”
…Tormentum meum laetitia mea.
Namun tidak semua bagian novel dikejutkan dengan suspens. Bagian dua misalnya, penulis melambatkan tempo cerita. Membuat pembaca dapat kembali bernafas tanpa harus megap-megap. Dengan mengisahkan masa kecil Lucy yang berbakat menjadi agen. Dan bagaimana akhirnya ia bergabung dengan Lockwood & Co.
Akhirnya, novel fantasi ini sangat pas dinikmati buat kamu yang mencari bacaan ringan tatkala akhir pekan atau sebelum tidur (Tapi jangan matikan lampu saat membacanya!). Namun meskipun novel ini genre fantasi kita masih bisa memetik nilai kehikmatan di dalamnya. Yang aku suka adalah keberanian Lockwood mengambil resiko menerima tawaran Mr. Fairfox untuk mengunjungi rumah paling berhantu di Combe Carey Hall. Dan dialog ini, “…Oke? Berhentilah mencemaskan masa lalu! Masa lalu hanya untuk hantu. Kita semua pernah melakukan hal-hal yang kita sesali. Namun masa depanlah yang terpenting - benar George?”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H