Mohon tunggu...
Erka Rahman
Erka Rahman Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Pemburu kata.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Bagaimana Sutradara Membangkitkan Simpati Penonton

7 September 2014   06:24 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:24 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Scene 1

Joe Brody insinyur nuklir, pemimpin pabrik reaktor nuklir Janjira Jepang memasuki ruang pengawasan. Ia mendengar telah terjadi gempa di sekitar reaktor nuklir tersebut. Ia datangi Takashi, meminta konfirmasi di mana pusat gempanya. Ia tak yakin telah terjadi gempa.

Sewaktu pemerikasaan reaktor, Sandra istrinya, melaporkan telah terjadi kebocoran. Joe bilang, “Lari! Jika ada kebocoran reaktor kau tak akan bertahan 5 menit dengan atau tanpa pakaian.” Joe berinisiatif menjemput istrinya. Menyuruh Takashi mengubah pintu keselamatan ke kendali manual. Takashi menolak tapi Joe nekat dan bilang, “Tetap buka pintunya, istriku masih ada di sana!” Joe sampai di pintu pemeriksaan dan berjanji akan menutup pintuya setelah Sandra dan tim kembali. Sandra tak juga muncul, Takashi sudah tak sabar, ia bilang, “Segel pintunya atau seluruh kota akan terkena radiasi.”

Ketika Joe berpikir tentang implikasi tersebut, Sandra menelpon bahwa ia sudah terlambat dan takkan berhasil. Ia menyuruh suaminya untuk menutup pintunya. Setelah 5 detik sebelum radiasi keluar dari ruang penahan kontaminasi, akhirnya dengan berat hati Joe menutup pintu. Setelah pintu tertutup, beberapa menit kemudian pintu itu digedor-gedor dari dalam. Tapi mereka terlambat. “Maafkan aku,” kata Joe. Dan Sandra berpesan agar Joe menjadi ayah yang baik. “Jagalah Ford,” kata Sandra.

Sementara itu, Ford Brody kecil (tokoh utama) menyaksikan pabrik reaktor nuklir Janjira-tempat orang tuanya bekerja-runtuh ke tanah ketika ia sedang berada di kelas saat pelajaran biologi. Ford menjadi anak piatu.

Scene 2.

Lima belas tahun kemudian, Ford telah menjadi tentara AS di satuan EOD (Tim Penjinak Bom). Ia baru saja kembali setelah 14 bulan dinas militer. Keluarga kecilnya- Elle istrinya seorang perawat dan Sam (5 tahun) anak laki-lakinya-sangat bahagia. Ford mendapat kejutan sayang berupa kue yang bertuliskan “Well Come Home Daddy.”

Sam anaknya benar-benar merindukan ayahnya. Sebelum tidur Sam bilang, “Ayah apakah besok masih di sini?” Begitu juga dengan pasangan suami istri itu. Ford merindukan tawa renyah istrinya. (kenapa laki-laki ingin mendengar perempuannya tertawa dan kenapa perempuan suka dibuat tertawa oleh laki-laki)

Tiba-tiba ada kabar dari konsulat AS di Jepang bahwa ayahnya (Joe Brody) ditangkap karena melanggar batas di zona karantina. Ayahnya adalah korban yang selamat dan ingin mencari kebenaran dibalik gempa yang terjadi di reaktor Janjira. Menurut Ford, ayahnya sinting dan punya teori gila. Tapi Elle bilang, “Ayahmu adalah orang baik dan dia cuma sedang butuh bantuanmu.”

Maka esok harinya Ford terbang ke jepang untuk mengurus ayahnya. Setelah dibebaskan ayahnya tetap keukeuh bahwa musibah di reaktor Janjira bukan karena gempa. Dan ia ingin membuktikannya. Mereka berdua akhirnya pergi ke zona karantina dan mampir ke rumahnya dulu.

Ketika sampai di zona karantina, Ayahnya memeriksa alat pendeteksi radiasi dan alat itu menunjukkan angka nol. Lalu ayahnya berani membuka google dan bilang, “Udaranya bersih. Sudah kuduga radiasi di sini harusnya mematikan. Tapi faktanya tak ada.” Saat mau pulang mereka berdua ditangkap petugas patroli dan dibawa ke bekas pabrik reaktor nuklir Janjira untuk dimintai keterangan.

Hingga akhirnya setelah menyerap tiga reaktor nuklir, makhluk tak dikenali, monster berwujud setengah laba-laba dan setengah kupu-kupu raksasa, bangun dan memporakporandakan bekas reaktor nuklir Janjira. Di tengah-tengah teror itu, Ayahnya jatuh dari jembatan besi. Dan harus menutup mata untuk selamanya. Untuk kedua kalinya Ford kehilangan orang yang dicintainya.

***

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih konkret tentang bagaimana penonton bersimpati kepada tokoh utama, saya menyajikan dua scene diatas. Yang diambil dari film Godzilla (2014) yang disutradarai oleh Gareth Edwards.

Jika kau ngaku seorang movie maniak, maka kau akan memperhatikan bahwa film-film produksi Hollywood sebenarnya mudah ditebak alurnya. Kebanyakan film-film Hollywod, kau tahu, menggunakan resep skenario Struktur Tiga Babak. Begitulah apa yang Seno Gumira Ajidarma bilang dalam Jurnal Kalam yang pernah aku baca. Babak I memperkenalkan tokoh dengan segenap persoalannya. Babak II menggasak sang tokoh dengan krisis yang seolah-olah tak bisa diselesaikannya. Babak III menyelesaikan masalah secara sukses atau tragis.

Yep, diawal cerita (Babak I) kita akan disuguhi dengan perkenalan karakter tokoh utama dengan segenap persoalannya. Kemudian untuk membuat situasi menjadi dramatik, sang sutradara mematikan orang-orang terdekat dari tokoh utama. Tujuannya agar penonton menaruh simpati kepadanya. Lalu penonton diperkenalkan dengan tokoh antagonisnya. Dan cerita dibangun dengan alternatif yang mengerikan.

Pada film Godzilla, penonton bersimpati pada Ford Brody yang harus kehilangan Ibunya ketika ia masih kecil. Dan setelah dewasa ia harus kehilangan Ayahnya. Apakah ia juga akan kehilangan istri dan anaknya?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun