Mohon tunggu...
sagalabro
sagalabro Mohon Tunggu... Kaum Marjinal -

Uang bukanlah segalanya, tapi uang bisa membeli segalanya dan segalanya butuh uang, sehingga karena uang kita kenyang, tapi ingatlah ini, uang bisa jadi bumerang, dan kita bisa hancur karena uang, tidak ada lagi rasa sayang, yang ada hanya perang. - Marginal Class -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kartu kuning? Mana Etikamu Kawan?!

8 Februari 2018   08:19 Diperbarui: 8 Februari 2018   11:26 708
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kartu kuning dalam segala pertandingan merupakan sebuah peringatan dari pelanggaran yang dilakukan oleh salah satu 'aktor' yang sedang bertanding. Kalo dalam fisika itu seperti hukum newton 3, jika kita memberikan sebuah aksi terhadap sesuatu maka kita akan mendapatkan reaksi dari sesuatu hal tersebut. Dikehidupan sehari-hari, kalo aksi kita baik maka kemungkinan besar kita akan mendapatkan reaksi yang baik pula, akan tetapi kalo aksi kita buruk, lantas apa yang kita dapat? Ya kemungkinan besar juga dapat yang buruk juga. 

Seperti itu juga dengan topik yang ingin gue ungkapkan pada tulisan kali ini. Baru baru ini ketika Presiden kita tampil diacara dies natalis sebuah universitas terkemuka di Indonesia, tiba tiba saja seseorang pemuda yang diakui sebagai ketua BEM univ tersebut dengan gagah dan berani meniupkan pluit dan mengangkat sebuah buku paduan suara berwana kuning, itu mungkin membuat orang orang disekitar bertanya tanya, siapa dia? Ngapain dia ngelakuin itu? Kok bisa ya? ga malu apa ngelakuin gitu? apakah dia wasit yang kesasar? dan kemudian aksinya ini dihentikan oleh paspampres.

Usut punya usut, ternyata pemberian kartu kuning itu dilakukan karena si ketua BEM ini ingin memberikan peringatan kepada Pak Presiden untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi di bangsa ini. Trus gue mikir keras dan bertanya tanya dalam hati gue, apa iya Pak Presiden gak nyelesain masalah yang ada di negeri ini? Lantas apa gunanya kita memilih seorang pemimpin yg gak nyelesain masalah di negeri ini? Lalu gue mikir lebih dalam lagi dan gue mungkin ketemu jawabannya.  

Setiap pemimpin yang dipilih oleh rakyat itu apalagi seorang pemimpin yang juga menjabat 3 jabatan strategis di negaranya yaitu sebagai kepala pemerintahan, kepala negara, dan panglima tertinggi, dia (pemimpin) itu merupakan seseorang yang pastinya siap mengorbankan segala sesuatu yang ada pada dirinya untuk menjalankan tugas tersebut. 

Trus bagaimana dengan masalah masalah yang muncul? Persoalan memang akan selalu ada selama manusia masih hidup di muka bumi ini dan pastinya yang saya tahu bahwa Bapak Presiden kita ini selalu menyelesaikan segala persoalan yang ada di negeri ini dengan caranya sendiri atau dengan gaya kepemimpinannya. Saya percaya bahwa beliau pasti bekerja untuk menyelesaikan persoalan yang ada dan pastinya mensejahterakan kita semua, dan itu semua butuh WAKTU, gak semudah ngebalikan telapak kaki...eh, tangan maksud gue.

Untungnya Bapak Presiden kita ini gak tersinggung sama sekali terhadap tingkah laku ketua BEM ini, malahan beliau berencana akan mengirimkan dia dan anggotanya langsung ke Asmat. Pandangan gue, ini adalah tindakan yang bijak dari Bapak Presiden kita ini, soalnya apa? Jika si ketua BEM ini dan anggotanya dikirim ke Asmat dan membantu pemerintah dalam menangani kasus yang terjadi sampai selesai dan mendapat hasil yang baik berarti Pak Presiden gak salah kirim orang untuk ngebantu nangani kasus yang ada di Asmat dan mungkin nantinya mahasiswa akan lebih banyak lagi dilibatkan dalam membantu pemerintah menyelesaikan berbagai kasus di negeri ini. 

Tapi kalo sebaliknya, si ketua BEM dan anggotanya ini gak sanggup nangani kasus tersebut, apa yang akan terjadi? Ya pastinya masyarakat bisa menilai sendiri kelakuan mereka dan mungkin akan timbul stigma negatif  di masyarakat bahwa itu semua dilakukan hanya utk cari popularitas murahan atau mereka itu hanya bisa protes doang. Gue gak mengharapkan hal itu terjadi, tapi cobalah kawan, kalian itu adalah seorang siswa, yang ditambahi kata maha didepannya, yang berarti besar dalam artian yang positif, berpikirlah lebih kreatif lagi dalam bertindak, tahan egomu sebagai orang muda. 

Memberikan peringatan boleh, tapi lihat dulu siapa target kalian. Bapak Presiden kita juga merupakan orangtua kita, coba lu bayangin ortu lu diganjar kartu kuning kaya gitu? Bagaimana perasaan kalian. Satu hal lagi yang paling penting dan sering dilupakan yaitu, ETIKA. Semua itu ada etikanya kawan dan kita adalah orang yang berpendidikan tinggi. Gue tau jaman sekarang ini kita bebas mengekspresikan opini kita, namun kembali lagi, ada peraturan yang gak tertulis, tapi itu harus tetap lengket dikepala kita, yaitu etika itu tadi, yang sering kita lupakan. Hargai orang yang telah berkorban buat negeri ini dan JANGAN TANYAKAN APA YANG NEGARA BERIKAN KEPADAMU, TAPI TANYAKAN APA YANG KAMU BERIKAN KEPADA NEGARAMU.

TERIMAKASIH.

SUMBER: 1 | 2 |

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun