Mohon tunggu...
Sagah Aditama
Sagah Aditama Mohon Tunggu... Administrasi - Biasa Aja

suka sastra

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Rindu Subuh di Bantaran Sungai

10 Oktober 2011   18:34 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:06 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Dipinggiran sungai kecil lagi dangkal, Seorang pria senja dengan mata sayu, Berdiri menundukan raganya yang telah renta, Sembari melamun dia menangis sendu, Lantas ia berkaca dengan air yang jernih, "Aku juga pernah gagah" ujarnya, Sambil memegang erat tongkatnya, Dia seperti merasakan aroma hawa, Yang menyelusuri tubuhnya, Namun itu hanya bayang semu yang tak nyata, Wajahnya yang keriput menambah aroma sedih, "Aku ingat kala disini, Bercerita manis, bercumbu rindu. Seraya nikamti segar subuh sebelum pagi. Dengan seorang istri, tetapi kini dia telah pergi" Bibirnya bergumam sembari menangis, Air matanya pun menetes diantara aliran sungai. Ternyata Dia tengah rindukan Istrinya yang telah mati, Disini Sang Istri tenggelam, Terpeleset batu kali, Setelah mandi subuh sebelum pagi. Hidup seorang kakek tua, Dengan tulangnya yang rapuh, Sepi sendiri, Tanpa seorang kekasih. Didadanya, Mendekap baju kebaya yang telah lusuh, Menyatakan rindu yang menggebu, "nanti aku kan menyusulnya di surga" Gumamnya lirih.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun