berjalan di antara api yang melumat nyawa tertawa dan bangga akan laknat-Nya masihkah ada sepercik air dalam jiwa? untuk memandikan raga yang mati terbakar nista adakah yang kan memberi secerca cahaya untuk menerangi jalan yang semakin hilang tersesat tak kenal penjuru kuldesak hilang dari keindahan dan hanya tersisa binatang api yang panas menerjang nyawa tanpa cahaya tiada air yang berkenan memberinya kesejukan malah berbalik petaka yang datang jalan hilang dan kaki tak lagi mampu berjalan hanya kenistaan yang membuatnya tertawa membuatnya bangga akan ketidakpastian hidup tersesatlah sudah nyawa ini melangkah semakin hilang dan musnahlah sudah Sagah Aditama Ciputat, 31-8-2012 Karya Sastra ©Sagah Aditama 2012, All Rights Reserved
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H