Mohon tunggu...
Sagah Aditama
Sagah Aditama Mohon Tunggu... Administrasi - Biasa Aja

suka sastra

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Air Mata Awali Senyum

24 Maret 2011   19:10 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:28 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di kala mentari kan beranjak pergi, langit seolah muram, seorang ibu menangis penuh luka di tengah jalan penuh duri dengan bayinya yang baru merasakan heli nafas setengah tahun,dia terlihat sayu di setiap tatapannya, dan di kulit lembut bayinya penuh berkas tulang rongga di setiap sisinya, namun tampan terlihat. Air matanya membasahi pori bumi, tak lama kemudian ketika ibu menatap jauh kedepan, datanglah seorang pria beraut wajah begitu alim, dengan sorban dan kain putih terpamampang suci dan cahya yang hiasi raganya, saat langkahnya merapat menuju seorang ibu yang menangis, seraya bertanya penuh iba "wahai kau ibu, kenpa kau menangis?" , tak ada jawab dari ibu, dia hanya memadukan matanya melihat ke arah pria bersorban, dengan senyumnya yang pancarkan cahya suci, pria itu menanyakan hal yang seirama tadi, namun ibu tetap tak menarikan lidahnya tuk menjawab, selang waktu berjalan di bimbing batu, pria itu mendekati ibu lebih dekat, bersama dengan langkahnya dia mengalaunkan nada indah ilahi, bayi yang tadinya menangis karna lapar yang begitu melilit lahirnya. Terdiam dan tersenyum menatap pria berjubah itu, ibu itu tergugah dari tangisnya dan bertanya padanya, "siapa kau? kenpa kau ada di sini? dan kenpa kau terus di sini?" , "aku imam muslim, dan aku di sini untuk menolongmu. karna perintah tuhanku, tuhanku begitu salut dengan ketabahan mu hadapi luka hidup, ibu begitu beruntung, memiliki putra yang yang tampan dan memeiliki pancaran suci masa depan." bersamaan dengan jawab , langkahnya dekati bayi, dan tangannya mengarah ke tubuh yang lembut lalu mengangkatnya. Begitu hebat, dia menghilang dan membawa bayi bersama ibunya ketempat yang indah, pesona lengkapi indahnya.selang beberapa detik saja mereka telah sampai ketempat terindah itu,  pria berjubah suci mempersilahkan masuk sang ibu 'mari bu,langkahkan kaki, ikuti lurus jalanmu. indah kan sampai bersama putra mu." Dan nyata terjadi, setelah anak ibunda beranjak dewasa, anak tersebut telah menjadi seorang pemimpin dengan kebijaksanaannya, kepintarannya, kewibawaanya, kebaikannya, semua yang baik dia punya. berawal dengan hidup yang menyiksa, dan jalan yang terjal dengan akhir yang membuat indah sanubari. Dewandra putra agung nama anak tersebut, pemimpin bangsa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun