Luar biasa kecewa...? Tidak disangka Bacaleg DPRA Aceh yang jumlahnya 30 orang tidak mengikuti tes baca Quran, menurut ketua tes Tgk Akmal Abzal mereka tidak lulus uji tes kecualai ada halangan yang telah dilaporkan ke KIP dengan alasan yang masuk akal, maka akan dites ulang. Namun 8 orang Bacaleg Aceh Jaya yang sudah ikut tes dinyatakan tidak lulus ujian Al-Quran. Yusrizal Usman menyebutkan, kedelapan bacaleg itu dinyatakan tidak lulus tes mengaji karena nilai keseluruhan yang mereka peroleh di bawah 50. “Kita akan segera menyurati parpol yang bersangkutan, sehingga bisa mempersiapkan bacaleg lain untuk diserahkan ke KIP pada masa perbaikan nanti,” kata dia. Sangat ironis dan memalukan, saya selaku orang Aceh merasa terpukul, setingkat mereka yang telah mencalonkan diri untuk menjadi perwakilan rakyat di aceh tidak manpu baca quran. Negeri Syariat ini yang lebih terkenal dengan Serambi Mekkah dari zaman dulu dikenal propinsi yang melahirkan Qari-qari hebat bahkan bertaraf Internasional. Malahan sekitar tahun 1980 keatas, bila ada orang aceh berkunjung atau merantau ke propinsi lain di indonesia, maka mereka bila di ketahui berasal dari aceh langsung terbayang dipikiran orang yang menanyakan 'pasti pinter agamanya.' malahan kalau pergi kemesjid langsung dipersilahkan untuk menjadi Imam Shalat. Tapi sejalan dengan putaran waktu, bila orang aceh keluar propinsi langsung di identikkan dengan GAM ( Gerakan Aceh Merdeka ) atau Separatis yang ingin memisahkan diri dari NKRI hingga tahun 2005 setelah terjadi perdamaian di aceh. Wallahua'lam, orang aceh sekarang kurang perduli dengan budaya yang identik dengan islam. di perkampungan penduduk tidak terlihat lagi ketika malam anak-anak yang mengaji Al-quran dan kitab-kitab di Meunasah atau Mesjid. Mereka asyik dengan menonton atau main game, orang tua bahkan hanya diam saja menyaksikan fenomena seperti ini. Maka tidak heran betapa banyak masyarakat aceh yang tidak bisa baca Quran, Quran berganti dengan Koran. Inilah yang terjadi, negeri Syariat Islam mulai luntur dari syariat, Al-Quran sebagai pedoman hanya sebagai panjangan di lemari-lemari kaca menandakan rumah itu di huni oleh orang islam, bahkan ada yang di makan Rayap. Kalau hal ini terus terjadi dan tidak ada jalan penyelesain, saya yakin 10 tahun kedepan masyarakan aceh akan melihat generasi penurus bangsa dan agama akan buta terhadap bacaan Al-Quran, Mesjid akan sunyi dari lantunan kalam Ilahi, Kaset bacaan Quran kan menjadi menu yang kita dengar di Mesjid-mesjid ketika sore hari untuk shalat magrib. Bacaleg yang sangat berani dan penakut. Di Aceh Jaya saya kira mereka bacaleg yang berani, kenapa tidak.? mereka berani mengikuti tes walau tidak bisa di kabupaten itu, aples untuk tuan-tuan Caleg aceh jaya. Tapi yang tingkat Propinsi berjumlah 30 orang sebagai Bacaleg DPRA Aceh saya kira orang-orang penakut, walau ada yang berhalangan atau alasan yang dibuat-buat. sekali lagi saya salut, dan aples kembali kepada mereka yang membuat Qanun ( undang-undang ) aceh yang mencantumkan bacaan Al-Quran sebagai syarat untuk menjadi Anggota Dewan. walaupun nantinya ada yang lolos dari uji coba dengan berbagai macam tipu daya yang berlaku bagi mereka dengan Fulus berjibun. Aku malu dan aku bangga dengan aceh, aku malu lantaran para Bacaleg DPRA Aceh takut dan Phobia dengan Al-Quran. Itulah Negeriku Aceh Nanggro Serambi Mekkah, Serambi ada di aceh sedangkan Mekkah hanya di Arab Saudi.................
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H